16. Drama Queen

21.8K 1.8K 143
                                    

(Namakamu) POV.

Gue membuka pintu kamar dengan lemes. Setelah gue lempar asal tas gue, gue menjatuhkan tubuh gue begitu aja di atas kasur

Nangis. Lagi. Lagi. Gue nangis. Kenapa. Gue. Cengeng. Gini. Sih?!

Lo bukan cengeng. Tapi, lo lagi memiliki beban yang cukup berat. Suara dari arah kanan gue terdengar

Ngapain lo pikirin perasaan dia? Lebih baik lo pikirin perasaan lo, perasaan pacar lo. Pikirin Iqbaal! Suara dari arah kiri gue membalas

Gue menggeleng keras. Bukan. Bukan. Gue bukannya gak mikirin perasaan Iqbaal. Tapi, tapi ini beda..

Gue tertawa sumbang, saat gue sadar, kayaknya kisah gue klise banget. Antara pilih pacar atau sahabat.

Harusnya dua caption itu gak bisa di satuin dan di bandingin. Satu sisi lo punya pacar yang perasaannya mesti dijaga, karna dia satu dari beberapa orang yang lo sayang dan menyanyangi lo. Beda sisi saat lo punya sahabat. Gue tau, sahabat kalo di bandingin pacar kayaknya kalah jauh pacar. Karna sahabat adalah orang yang bener-bener setia, bahkan saat lo diputusin pacar lo, lo curhat ke siapa? Sahabat.

Kata-kata terakhir itu lah yang buat gue lebih milih sahabat.

"Gara-gara Iqbaal.."

Gue menganga kaget. Gila. Siapa yang kaget saat pacar lo disebut sebut jadi salah satu penyebab sahabat lo sakit?!

Gue menggeleng. "Gak. gak mungkin." Tatapan gue ke Dianty bener-bener tatapan orang gak percaya tapi kecewa. "Iqbaal gak mungkin bikin lo sampe sakit berat gitu Dant. Lo jangan ngaco!"

"Gue gak ngaco! Kita udah kenal berapa taun si (nam)?! Sampe-sampe lo gak tau gue itu kayak gimana." Dianty berkata sambil menahan air mata

Benar. Dianty benar. Dianty adalah sahabat gue yang otaknya lebih bener daripada yang lain, lebih alim, dan jarang boong.

"Tapi Dant- gimana bisa lo kena tumor otak gara gara Iqbaal?" Gue di tarik Dianty untuk duduk. Gue menatap dia yang lagi menatap lurus ke depan. Gue siap. Gue siap jadi pendengar baik untuk sahabat gue.

"Ceritanya saat gue berumur 8 tahun. Waktu itu gue lagi main-main di taman bunga. Lo tau kan, gue suka banget sama bunga?"

Gue mengangguk.

"Karna itu, gue main ke taman bunga saat mama gue pergi. Padahal mama udah ngelarang gue, tapi tetep aja gue bandel."

Kali ini gue mengangguk sambil tertawa sumbang. Dianty pun ikut tertawa.

"Dan saat gue selesai ambil bunga sebanyak yang gue mau. Gue nyebrang jalan pengen pulang. Tapi-"

Dianty menangis lagi, gue mendekap Dianty dan mengusap punggungnya

"Shhh.. udah Dant, gak usah cerita lagi, gue paham kok." Kata gue mencoba menghentikan Dianty bercerita

Dianty menggeleng. Menutup mulutnya dan melepas pelukkan gue.

"Engga. Lo belom paham. (Nam).." Gue pun akhirnya mengangguk dan Dianty kembali bercerita

"Saat itu ada mobil yang nabrak gue dengan keras. Gue gak merasa apa-apa, yang gue rasa sebelum gue pingsan adalah rasa sakit yang terasa sakit banget di kepala gue."

Dianty menunduk dan memegang kepalanya, membuat gue sedih. Gue gak berfikir kalo Dianty punya masa kecil yang gak mengenakkan

"Dan dari situlah. Gue denger mama gue sebut tumor otak. Gue nangis dan nanya ke mama apa itu tumor otak. Tapi, mama gue cuma nangis dan meluk gue."

She's (Namakamu) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang