34. Kenyataan

18.8K 1.6K 123
                                    

Author POV

Terkadang, apa yang kamu pikir tidak nyata adalah nyata adanya. Dan kadang, apa yang kamu anggap tidak akan terjadi akan terjadi.

Seperti sekarang adanya, Iqbaal berpikir tidak akan ada sahabat yang mengkhianatinya, tapi kini ada. Dan Iqbaal yakin bahwa (namakamu) tidak akan pergi meninggalkannya, namun ternyata kini, (namakamu) malah meninggalkannya.

Meninggalkannya dengan luka yang buruk. Iqbaal tidak tau harus berbuat apa, rasanya Iqbaal ingin menangis meraung-raung didepan (namakamu). Agar gadis itu tau, bahwa Iqbaal sangat kehilangannya dan setiap malam selalu menangisinya. Karna Iqbaal pernah dengar, bahwa jika seorang lelaki menangis karena wanita, sudah dipastikan air mata yang jatuh adalah tanda cintanya pada wanita itu.

Iqbaal ingin (namakamu) melihat, kalau ia sangat amat mencintainya. Terbukti dengan tetesan air mata setiap ia mengingat masa-masa bersama (namakamu).

Disaat Iqbaal tengah merenung, renungannya sedikit terpecah karna ponselnya berbunyi.

Nasim : Besok pulang sekolah, jangan pulang dulu ya bro. Gua pengen ngomong penting sm lo.

Apa ini? Penting? Apa lagi hal yang penting ketika dia ngerebut cewek gue?

Baru saja Iqbaal ingin mengetik balasan untuk menolak ajakkan Nasim, sebuah pesan masuk kembali.

Nasim : Please jgn berpikir lo gak mau dateng. Ini tentang (namakamu).

Cih. Mau ngomong apa dia soal (namakamu)? Mau ngomong kalo dia udah berhasil dapetin hati (namakamu)? Setan.

Lagi-lagi pesan kembali masuk saat Iqbaal ingin mengetik balasannya.

Iqbaal yang geram tidak membuka pesan itu dan langsung menelpon Nasim.

"GUE GAK AKAN MAU KETEMUAN SAMA LO!" Semprot Iqbaal saat Nasim mengangkat telponnya.

"Please bro. Gue bisa jelasin semuanya. Tentang gue sama (namakamu)--"

"APA?! LO MAU JELASIN APA?! HAH? MAU JELASIN KALO LO UDAH BERHASIL BIKIN (NAMAKAMU) LUPA SAMA GUE?! IYA?!"

"Bro, gak gitu. Gue sama (namakamu) gak ada apa-apa."

"Gak ada apa-apa tapi lo peluk-peluk (namakamu), pegang tangan (namakamu), jalan bareng (namakamu), itu yang namanya gak ada apa-apa." Ucap Iqbaal dingin. Nadanya berubah seiring emosionalnya sudah stabil.

"Gue ngelakuin itu demi lo. Tapi lo gak sadar-sadar!"

Iqbaal yang sudah kepalang kesal, memutuskan telepon itu.

Tidak berapa lama, pesan kembali masuk.

Nasim : lo harus ikut gua besok! kalopun lo gamau, gua akan seret lo! sekalian gua seret otak lo biar lo mikir!

Setelah membaca pesan itu, Iqbaal menggeram lalu melempar handphonenya ke kasur.

***

Irzan berdecak saat melihat (namakamu) memakan sarapannya dengan ogah-ogahan. Padahal sedikit lagi bel masuk berbunyi. Ditambah belum kena macet dijalan, Irzan yakin, jika (namakamu) masih terus ogah-ogahan makan, adiknya akan telat.

"Makan yang bener napa nyet." Kata Irzan kesal. Karena cara makan (namakamu) yang ogah-ogahan sangat memakan waktu. Ia saja yang sarapan terakhir sudah selesai.

"Udah ya Jan. Gue lagi gak nafsu sumpah." Balas (namakamu) sembari meletakkan sendoknya.

"Ngga. Apa-apaan lo." Irzan dengan gemas mengambil piring (namakamu) yang berisi nasi goreng lalu menyuapkannya pada (namakamu).

She's (Namakamu) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang