22. Gagal

19.4K 1.8K 135
                                    

Author POV

Iqbaal bersiul sembari keluar dari kamar mandi, hari ini tanggal merah, jadi ia sedikit bermalasan dengan mandi pada jam 10.

Lalu, ia menjatuhkan dirinya di sofa dan mengambil handphonenya. Iqbaal pun membuka rekaman kiriman Irzan kemarin yang belum sempat ia buka, karna handphonenya keburu lowbat.

Irzan : mengirim rekaman suara

'Gue males ah minta maaf sama Iqbaal duluan. Emang gue cewe apaan. Gak ada sejarahnya cewe minta maaf ke cowo, kalo emang ada itu cewenya yang bego terus cowonya yang banci.' Suara (namakamu) dalam rekaman ketara sekali bahwa ia geram.

'Tapi lo akan maafin kan, kalo Iqbaal minta maaf sama lo?' Kali ini terdengar suara Irzan bertanya.

'Tergantung. Gue liat dulu usaha dia semana.'

Selesai. Rekamannya hanya sampai disitu saja. Dan dibawahnya Irzan mengirimkan pesan kembali.

Irzan : lo pikirin bae bae bro!

Iqbaal tersenyum melihat isi pesan itu. Ternyata ia memang sudah diterima penuh oleh Irzan, yang membuat Irzan menjadi sangat percaya kepadanya.

Memang harusnya begitu kan? Semua orang harus percaya, bahwa Iqbaal benar-benar mencintai (namakamu) dan tidak mau kehilangan (namakamu).

"Oke. Besok gue akan minta maaf dengan cara gue." Iqbaal tersenyum memikirkan apa yang akan ia lakukan besok di sekolah untuk mendapat maaf dari (namakamu), dan lebih baiknya, Iqbaal bisa mengajak (namakamu) menyudahi break sialan itu.

•••

"(Nam), laper."

"Makanlah. Susah amat." Jawab (namakamu) cuek tetap membaca novelnya.

Irzan merengut, tapi matanya tetap fokus ke televisi, ya, saat ini Irzan tengah main PS. Benar-benar kekanakkan.

"Bikin sendiri. Gue lagi sibuk." (Namakamu) tetap saja ogah membuat makanan untuk Irzan. Bukannya ia malas atau apa, cuma kalo ia lagi baca novel, jangan harap (namakamu) mau disuruh-suruh.

"Auah jahat." Kata Irzan kesal. Ia mematikan langsung televisinya, dan berjalan keluar rumah.

"Bodo." Balas (namakamu) dengan suara pelan.

"Gue mau jalan aja sama Dean." Ucap Irzan ngambek. Setelah berlari ke kamarnya untuk mengambil dompet dan kunci motor. Irzan langsung keluar rumah.

"Gih dah pergi. Siapa juga yang ngelarang." (Namakamu) terkekeh melihat tingkah Irzan yang ngegemesin kalo lagi ngambek gitu.

Irzan masih ragu untuk keluar meninggalkan adiknya. Entah kenapa ia merasa gak enak kalo ia meninggalkan (namakamu) sendiri dirumah.

"Lo yakin gak mau bujuk gue supaya gak pergi?" Tampang Irzan berusaha semelas mungkin, kayak kucing minta dikasih makan daging.

(Namakamu) menggeleng sedikit terkekeh. "Enggak. Udah sana pergi."

Bener-bener adek durhaka. Gak tau bales budi banget, gue udah bantu banyak buat kesenengan dia.

"Oke. Kalo itu mau lo, gue pergi. Bye!" Kata Irzan kesal merasa gak diperhatikan oleh (namakamu).

"AWAS LO KANGEN SAMA GUE!"

"Dih geer."

"DAN AWAS KALO LO MINTA NITIP MAKANAN KE GUE!"

"Gue bisa delivery kali." Lagi-lagi (namakamu) mengucapkan itu sangat pelan.

(Namakamu) menggeleng saat ia masih mendengar dengan jelas kalo Irzan memain-mainkan gas motornya.

Kita liat aja. Irzan seberapa lama bisa ngambek sama gue. (Namakamu) tersenyum miring.

She's (Namakamu) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang