Author POV
Iqbaal memandang kesal (namakamu) yang sedang berduaan dengan Ari di salah satu meja kantin
Kenapa hubungan dengan (namakamu) jadi seperti ini?! Dan kenapa pula (namakamu) sekarang dekat sama cowo lain, dan lebih parahnya itu adalah Ari. Ari Irham.
"Baal.." Iqbaal tersentak saat Dianty mengusap lengannya. "Maaf ya, belum bisa ajak (namakamu) mau ngomong sama kamu." Dianty menunduk seolah merasa bersalah akan janjinya dua hari yang lalu
Iqbaal mengangguk. "Elah, gapapa Dant. Selow aja. Gue mah orangnya penyabar kok."
"Tapi, aku janji. Aku bakal buat (namakamu) mau ngomong sama kamu sekarang." Jawab Dianty mantap
"Makasi Dant." Balas Iqbaal dengan senyum tulus di bibirnya
***
Sedari kemarin (namakamu) bingung, apakah ia harus berbicara sama Iqbaal tentang kelanjutan hubungan mereka
(Namakamu) bener-bener muak sama Iqbaal. Dengan mata kepalanya sendiri. Ia melihat Iqbaal memang lebih memilih Dianty daripada dirinya. Sampai akhirnya, Ari, cowo teman kelasnya yang katanya juga menyukainya mulai mengambil kesempatan untuk masuk saat hubungannya dengan Iqbaal makin renggang
(Namakamu) gak menolaknya, karna dalam hatinya pun (namakamu) ingin memanas-manasi Iqbaal agar Iqbaal tau, dirinya masih mengharapkan hubungannya membaik
"Heh, anak kecil. Kebiasaan banget makan disisain mulu, buat lebaran?" Kata Ari sambil mengusap ujung bibir (namakamu) dengan jempolnya
(Namakamu) merona malu. Persetan dengan Iqbaal. Ia juga dari kemarin mesraan mulu kan sama Dianty? So, bales dikit gapapalah
"Makasi, makin lama makin ganteng deh." Balas (namakamu) dengan nada menggoda sekaligus meledek
Ari menyisir rambutnya ke belakang. "Wiss, iya dong. Gue tau gue makin hari makin ganteng. Ari gitu lho."
"Geer deh." (Namakamu) tertawa sambil mendorong pelan bahu Ari
"(Nam..)"
"Ri.."
"Lo duluan." Ari berkata mempersilahkan (namakamu) untuk bicara duluan
(Namakamu) menggeleng. "Lo dulu aja."
"Ladies first." Ari ikut menggeleng, dan akhirnya (namakamu) pun berbicara sama Ari
"Jadi gini, gue curhat dikit gak papa kan?" Tanya (namakamu) sebelumnya. Ari mengangguk.
"Mau lo curhat kek, dakwah kek, atau ngebacot kek. Gue siap dengerin."
"Aaaaaa, sweet banget sih." (Namakamu) meledek Ari
Lagi-lagi Ari menyisir rambutnya ke belakang, kalo Ari udah kayak gini (namakamu) apal, pasti Ari sedang dalam hormon ke-pe-de-an.
"Gak usah geer." (Namakamu) tertawa dan mendorong bahu Ari (lagi)
Ari menetralisir ketawanya. "Oke, silahkan curhat anakku."
(Namakamu) menggeleng melihat tingkah Ari yang belagak jadi Mama Dedeh.
"Jadi gini MAH." (Namakamu) sengaja menekankan kata 'Mah' itu. Membuat Ari merengut. "Hehe, enggak Ri. Canda elah."
"Jadi gini, gue sama Iqbaal kan makin hari makin renggang aja nih, dan blablabla."
(Namakamu) menarik nafas setelah menceritakan semua, (gak semua sih). Ya, hanya garis besarnya saja, akan apa yang di alaminya saat ini dan tentang kejadian kemarin yang ia menerima foto laknat itu
KAMU SEDANG MEMBACA
She's (Namakamu) ✅
Fanfiction[REVISI] Apapun yang terjadi, ingatlah satu hal; bahwa aku akan selalu ada di samping kamu. [Highest rank #10 in Fanfiction] ©2016 by Echa Ramadhanty