38. Papa Faiq?

21.3K 1.6K 128
                                    

A/n; kalo ada yg di italic itu tandanya flashback yha. Happy reading!

Author POV

Saat sudah sampai di parkiran sekolah, (Namakamu) pun turun dari motor Iqbaal.

(Namakamu) memandang sekolahnya lalu menghela nafas. Hari ini adalah hari pertama ia melaksanakan 4 hari yang menegangkan. Bagaimana tidak, ia belajar dan mempelajari semua dalam kurun waktu 3 tahun. Tapi penentuannya, jatuh pada 4 hari ke depan. Ujian Nasional.

"Yuk." Kata Iqbaal lalu merangkul leher (namakamu).

Mereka pun berjalan memasukki kelas. Di sepanjang jalan mereka hanya berdiam diri, (namakamu) yang lebih tepatnya diam. Jujur, ia masih terngiang akan Dianty, akan kata-kata dalam suratnya, yang mana jika ia mengulang kembali isi surat itu akan membuat air matanya menetes kembali.

"Kamu kenapa? Kok lemes banget? Kamu sakit?" Tanya Iqbaal berturut-turut, lalu punggung tangannya ditempelkan di kening kekasihnya itu.

(Namakamu) menggeleng dan menurunkan tangan Iqbaal. "Aku gapapa."

"Kamu belum sarapan?"

"Udah Iqbaal-ku sayang." Jawabnya dengan nada manis dibuat-buat.

Membuat Iqbaal terkekeh. "Terus kamu kenapa? Curhat dong sama aku. Inget, kita ini satu. Jadi kalo kamu ada masalah, masalah itu akan menjadi masalah aku juga. Dan kita akan bersama-sama menghadapai masalah itu."

(Namakamu) hanya membalasnya dengan senyuman manis.

Betapa beruntungnya ia mempunyai kekasih seperti Iqbaal. Karena jarang sekali ada lelaki yang seperti Iqbaal, maksudnya, Iqbaal sudah lengkap untuk menjadi lelaki idaman. Tampan, baik, sholeh, pintar, apalagi? Semua ada pada Iqbaal. Dan (namakamu) sangat beruntung dapat memilikinya.

"Kamu mau sarapan lagi gak sebelum kita masuk kelas?" Tanya Iqbaal lagi.

"Aku udah sarapan, Iqbaal. Irzan gak mungkin biarin aku lemes pas mikir jawaban nanti." (Namakamu) terkekeh membalasnya.

"Yaudah, kita harus berpisah." Iqbaal melambaikan tangannya dengan mellow. Satu tangannya memegang daun pintu kelasnya.

"Iqbaal." (Namakamu) menggeleng dan terkekeh melihat tingkah Iqbaal yang berlebihan.

"Aku bakal kangen bangetttttt sama kamu." Tangan Iqbaal berpindah ke dadanya, memegangnya dan yang satunya menggantung ke hadapan (namakamu), seolah-olah ia akan berpisah jauh darinya.

"Iqbaal!" Tawanya belum berhenti.

"Aku merindukanmu." Kata Iqbaal terakhir kalinya, sebelum ia masuk ke dalam kelas.

(Namakamu) masih terkekeh lalu ikut melangkah masuk ke kelas sebelahnya.

Bahkan ia hanya terpisahkan oleh kelas, tapi sikap Iqbaal benar-benar seperti ia sudah terpisahkan oleh alam dengan (namakamu). Benar-benar berlebihan.

***

Seperti biasanya, mereka pun akan pulang bersama. Di perjalanan menuju parkiran, mereka berdua asik ngobrol membahas soal-soal yang diujiankan tadi.

"Gak ada yang susah tuh. Biasa aja." Iqbaal dengan nada songongnya berkata.

"Dasar sok!"

"Emang kenyataan." Iqbaal menjulurkan lidahnya lalu berlari.

"Iqbaalllll!" Teriak (namakamu) sembari berlari mengejar Iqbaal, seperti tom yang mengejar jerry, (namakamu) tidak melihat keadaan sekitarnya, akhirnya ia pun menabrak seorang ibu-ibu.

"Aduh." (Namakamu) bangkit dari jatuhnya lalu menepuk roknya yang kotor. "Maaf bu, saya gak sengaj--"

"Tante Tyana?" Kata (namakamu) bingung namun langsung menyaliminya.

She's (Namakamu) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang