Author pov.
Hari ini Fiandra ke sekolah menemui guru BP Jacklyn.Jacklyn berangkat bersama ibundanya.Saat di depan gerbang Jacklyn memilih untuk turun dari mobil ibundanya dan berjalan masuk sendirian ke dalam sekolah.
"Pagi bu ketua.Kesambet apaan dateng pagi?" Tanya Jean dengan nada mengejek.
"Nyokap ngadep pak Jingga." Balas Jacklyn sambil berlalu berjalan mendahului Jean.Sesampainya di kelas ia langsung duduk lalu menagkup kepalanya.Ia benar benar kesal di buat Fiandra ,membangunkannya pagi sekali dan sekarang sampai sekolah masih sepi.
Ibunda Jacklyn memasukki ruangan pak Jingga.Duduk,tak lama setelah ibunda Jacklyn duduk pak Jingga mengeluarkan suaranya.
"Walah sibuk terus ya bu Fin?" Ucap Jingga pada Fiandra sambil tersenyum,mereka sudah kenal dekat berhubung Jacklyn sering masuk ruang BP.
"Iya pak ,saya keluar kota mulu jadi baru sempat kesini pak." Balas Fiandra dengan terkekeh pelan.
"Oh tidak apa buk.Oke jadi saya mulai bahas tentang Jacklyn- " pak Jingga menghela nafas sebentar."Bagaimana keadaan di rumah selama ibu di luar?apa Jacklyn terkontrol?" Tanya Jingga.Fiandra terdiam,dia memikirkan apakan putri semata wayangnya terkontrol selama ia tidak di rumah.
Findra tidak bisa menjawab pertanyaan itu."Tidak pak,apa anak saya bikin ulah lagi pak?" Tanya Fiandra.
"Oh tidak tidak,saya hanya menanyakan saja buk,saya tidak berniat menyinggung tentang keadaan rumah ibu.Namun saya sangat menyarankan Jacklyn di kontrol,dia sudah besar buk,dia sudah mengerti mana yang membuat dia bahagia dan mana yang membuat dia tidak nyaman.Saya tidak mau Jacklyn terjerumus pada pergaulan yang lebih parah dari ini.Jacklyn perempuan buk,dan dia masih membutuhkan pengawasan orangtua.Kapan saja dan dimana saja dia bisa melalukan apapun yang dia anggap menyenangkan tanpa memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya." Jingga berbohon tentang perbuatan Jacklyn yang terpergok clubbing ,Jingga tidak mau menjadikan beban untuk Jacklyn maupun orangtuanya.
"Me-memangnya Jacklyn ngapain pak?dia tawuran lagi ya pak?" Tanya Fiandra.
"Tidak buk tidak.Saya hanya menghinbau untuk orang tua saja.Sejauh ini Jacklyn tidak membuat onar.Saya hanya menyarankan untuk tidak melepas Jacklyn apalagi disaat ibu tidak dirumah." Ucap Jingga halus."Iya pak ,tapi kenapa ya Jacklyn?" Tanya Fiandra penasaran.
"Tidak ada apa apa bu Fin,saya melakukan ini untuk semua orang tua murid.Ibu tenang saja,Jacklyn tidak membuat ulah.Apa ada kesulitan dirumah dengan Jacklyn?" Tanya Jingga,Jingga memang tergolong guru yang peduli."Ti-tidak pak,tapi dirumah saya tidak pernah melihat Jacklyn belajar.Selalu main sama Randy,selalu main laptop,main hp." Ucap Fiandra.
"Ibu seharusnya tidak memusingkan itu,cara belajar anak berbeda.Daya tangkap anak berbeda,mungkin Jacklyn lebih banyak menangkap pelajaran di sekolah.Atau dia lebih banyak googling,lagi pula nilai dia stabil kok buk,selalu naik.Namun telatnya ini guru guru tidak kuat buk."
"Saya takut aja pak takutnya dia malah nyontek makanya nilainya bagus gitu,apalagi dia suka kelayapan sampe malam.Jacklyn memang selalu kesiangan kalo tidak ada saya pak,apalagi kalo saya gak di rumah.Kadang saya gak sengaja malah kontak fisik sama dia karena emosi.Beda banget sama Riel yang lebih tertata hidupnya."
"Maaf bu Fin,bukan masalah itu juga.Saya sedikit menyinggung suasana rumah,pemicu dia keluyuran itu juga karena keadan rumah yang membuat dia gak nyaman.Dan juga mungkin dia memiliki masalah yang ibu gak tau,coba ajak Jacklyn ngobrol buk,siapa tau di jadi mau cerita." Fiandra mengangguk pelan,dirinya merasa bersalah,seakan menelantarkan Jacklyn ditambah lagi tidak ada sosok pendamping yang membantunya menjaga Jacklyn.
"Iya pak pasti saya coba,saya juga mau suruh mama yang nasehatin tapi Jacklyn malah tambah kesel kalo tau saya yang ngadu ke neneknya."
"Itu bisa dibicaran berdua saja buk,pasti Jacklyn lebih nyaman bercerita sama bundanya dari pada neneknya."
"Permis—" ucap seseorang mengintrupsi.Fiandra menoleh ke arah pintu ,pria berjas hitam itu berdiri menatap Fiandra.Mata mereka saling bertemu,mata hangat itu.Fiandra terdiam sejenak.
"Kamu ngapain Fin?" Tanya pria itu,mantan suami Fiandra.
"Loh bapak dateng pagi ini juga?ayo mari duduk pak." Ucap Jingga pelan."Eh,engga aku—,pak kayaknya saya harus berangkat sekarang.Mari pak,Mas aku duluan." Findra bangkit dari duduknya lalu pergi.
"Tunggu Fin," Fiandra menghentikan langkahnya namun tidak berbalik badan.
"Kita perlu bicara,ak—" belum selesai pria itu berbicara Fiandra langsung menjawab.
"Lain waktu ya mas,mari pak mas." Fiandra terus melangkah tanpa memperdulikan pria yang menatap Fiandra penuh arti.Hapir saja air mata Fiandra menetes.Namun ia sadar ia bukan remaja labil yang pantas untuk menangisi pria masa lalunya.Langkah Fiandra berhenti lalu meraih ponselnya untuk menghubungin Jacklyn.
"Bunda udahan?" Tanya Jacklyn tiba tiba dari belakang.
"Aduh kaget ih bunda!udah sayang,bunda berangkat ya baik baik di sekolah." Fiandra mengelus puncak kepala anaknya lalu memberikan tanda salib di dahi anaknya."Bunda Dee bukan anak kecil lagi.Oke bunda hati hati,Dee mau ke pak Jingga minta tanda tangan hm." Balas Jacklyn sambil menunjukkan buku bersampul biru di tangan Jacklyn,tentu saja itu buku point atau buku pelangaran.Hanya Jacklynlah buku pelanggarannya di tanda tangan oleh guru BP karena ia terkenal sebagai master dari segala master yang mahir memalsukan tanda tangan.
"Eh— istrirahat aja Dee pak Jingga ada tamu tadi." Ucap Fiandra sedikit panik,karena keberadan pria itu.
"Yaudah yaudah nanti aku taro bukunya aja.Bunda berangkat gih,bye bun." Ucap Jacklyn sambil melambaikan tangannya.Begitupun Fiandra yang tidak ambil pusing,ia langsung berjalan meninggalkan putrinya.
Setelah benar benar pergi,Jacklyn menatap sebentar buku di genggamannya lalu berjalan keruangan pak Jingga.
///
Loha!? Pa kabar ,sorry baru update lg 😂.
Thanks untuk 8K+++++ reader😆.
![](https://img.wattpad.com/cover/53462899-288-k207008.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Badboy vs Badgirl
Teen FictionJacklyn memang anak nakal, bahkan masuk dalam kategori keterlaluan. Jacklyn mengenal rokok sampai dunia malam terburuk lainnya, namun ia punya cara sendiri untuk membahagiakan ibunda kesayangannya. Semua kebiasaan buruk itu hanya pelarian dari dunia...