Without sugar ☕

920 49 4
                                    

Semuanya anak RachingBad berada dalam ruangan Jacklyn, kecuali Randy yang sudah ditarik keluar oleh Riel karena pria itu ingin mencari tahu dengan siapa Jacklyn kecelakaan.

"Dimana orangnya? Gue harus ketemu orangtuanya." Ucap Riel pada Randy. Randy langsung mengambil ponselnya untuk menghubungi orangtua dari Reyhand. Riel menunggu Randy yang sedang berusaha menelefon ayah Reyhand.

"Riel, Dee nyariin kamu. Bunda mau manggil dokter." Ucap Fiandra cepat dan membuat kedua pria itu langsung berhamburan masuk ruangan Jacklyn. Riel langsung mendapati Jacklyn sudah membuka matanya.

"Hei." Ucap Riel sambil mengusap puncak kepala adiknya. Air mata Jacklyn menguap begitu saja, melihat abangnya, melihat dirinya yang penuh luka, dadanya yang sakit, nafasnya yang sesak, tangannya yang sakit dan terasa remuk.

Riel menunduk, mengusap air mata adiknya. "Jangan nangis, dokter bakal meriksa lu abis ini." Ujar Riel menenangkan Jacklyn, Riel sendiri merasa terluka mengingat ini kali pertamanya melihat Jacklyn menangis setelah sekian lama tidak pernah menangis seakan hatinya telah kebal. Tak lama kemudian dokter masuk dan memeriksa Jacklyn, dan semuanya bernafas lega karena Jacklyn sedang masa pemulihan dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Rachingbad membuat lingkaran dan menyapa Jacklyn dengan senyum lebar mereka sekalipun masih terlintas kekhawatiran diraut wajah mereka. Jacklyn tersenyum, ia belum kuat sama sekali untuk mengucapkan terimakasih karena nafasnya masih sesak.

"Cepet sembuh dong biar gue bisa ngopi gratis di cafe Dreana hehe." Ucap Kelvin yang membuat Dreana berdehem keras. Semuanya tertawa kecuali Jacklyn yang hanya tersenyum. Mereka kembali berbincang bincang, sesekali tertawa karena lawakan receh Randy.

Setelah menghabiskan waktu kurang lebih tiga jam akhirnya Rachingbad pulang, karena Jacklyn butuh istirahat setelah sadar dari masa kritisnya. Fiandra, Riel, El dan Dreana tidak henti hentinya mengucapkan terimakasih pada semua Rachingbad yang datang dan membuat Jacklyn semangat lagi.

Setelah semua pulang, Fiandra menghampiri anaknya. Tersenyum lebar dan mengeluarkan air mata bahagianya.
"Happ-ppy birth-day bunda" Susah payah Jacklyn mengucapkan selamat ulang tahun pada ibundanya, tapi ia berhasil mengalahkan sesak nafasnya dan rasa sakit pada semua badannya.

"Makasih anak bunda, terimakasih kadonya bunda suka." Ujar Fiandra lalu mengecup puncak kepala anaknya bertubi tubi. Betapa bahagianya Fiandra saat ini, rasa lelahnya telah hilang begitu saja melihat senyum anaknya dibalik nebulizer oxygen yang menghalangi senyuman manis Jacklyn.

Didalam pikiran Jacklyn saat ini adalah keadaannya yang jauh dari kata baik. Ia tidak bisa menggerakkan kaki ataupun tangannya. Ia memikirkan Reyhand yang pasti tak lebih baik dari keadaanya sekarang. Ia memikirkan gagalnya surprise di ulang tahun Fiandra tahun ini. Ia menyusahkan banyak orang kali ini.

Bagaimana Reyhand. Itu yang ada dalam pikiran wanita itu, tak ada satupun yang memberikan kabar tentang Reyhand? Jacklyn khawatir pada pria itu. Jacklyn takut sesuatu yang buruk terjadi.

Kalau aja gue gak ajak Reyhand. Dia bakal baik baik aja sekarang, dia mau ujian sekolah sebentar lagi. Ini pasti bakal ngehambat persiapan ujian nasional dia.

Jacklyn memejamkan matanya sebentar, menenangkan dirinya yang sedang khawatir pada Reyhand. Diwaktu yang bersamaan Fiandra sedang membuka kado dari El dan Dreana sambil duduk manis di samping anaknya. Fiandra terus tersenyum saat anak sulungnya datang menghampirinya dan memberikannya kotak brudu kecil berwarna biru.

"Ini apa?" Tanya Fiandra, tangannya membuka kotak brudu itu.
"Buat my first love yang sering Riel ajak perang dunia." Fiandra tersenyum lebar melihat kalung emas putih dengan lontion berbentuk angsa dengan permata kecil.

Badboy vs BadgirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang