Duduk setengah berbaring di ranjang inapku, seraya memakan makan siang ku, aku pun mulai memikirkan akan kondisi Ibu.
Sejak aku terbangun dari mimpiku tadi, membuatku tidak bisa untuk tidak memikirkan Ibu. Aku takut, mimpiku tadi akan benar-benar terjadi. Aku tidak mau kehilangan Ibu.
Aku berhenti sesaat dari aktivitas makanku, dan berpikir sesaat.
Aku harus menghubungi Ibu.
Tapi, aku harus menghubunginya dengan apa? Sekarang aku tidak tau ponselku berada dimana.
Mendengar suara pintu ruang inapku yang terbuka, membuatku tersadar dan segera mengarahkan pandanganku kearah pintu.
"Hi, Ashley." Muncullah Emily, yang mulai memasuki ruang inapku.
"Hi, Emily. Kau datang sendiri?" Tanyaku, kepadanya yang mulai berjalan mendekat kearahku.
"Ya, seperti yang kau lihat. Dan ini, aku bawakan beberapa buah-buahan. Dan kau juga dapat salam dari Ayah dan juga Ibu." Ucapnya, seraya meletakkan sebuah kantung plastik keatas meja.
"Kenapa mereka tidak datang?"
"Tadinya mereka ingin datang bersama denganku sepulang aku sekolah, tapi ketika aku pulang sekolah tadi, mereka bilang harus mengurus suatu urusan mendadak yang sangat penting. Jadi mereka tidak bisa datang menjenguk mu bersama denganku."
"Oh, begitu."
"Hey, jangan merasa sedih, ok? Kan ada aku di sini." Ucapnya, seraya tersenyum. Dan hal itu membuatku balik tersenyum kearahnya.
"Ohya, dimana Harry? Biasanya dia selalu berada di sini, didekat mu." Ucapnya lagi, seraya menyeringai pada kalimat terakhir yang dia ucapkan. Dan hal itu membuatku sedikit memutar mata.
"Dia sedang pergi keluar."
"Kemana?"
"Aku tidak tau. Mungkin dia pergi pulang ke rumahnya." Ucapku, dan Emily tampak mengangguk.
"Kau tidak menghabiskan makan siang mu itu?" Tanya nya, seraya melihat kearah nampan yang ada di pangkuanku.
"Aku sudah tidak berselera." Ucapku, seraya memberikannya nampan itu, dan Emily pun meletakkan nampan itu ke atas meja.
"Ohya, apa kau sudah menjawabnya?" Tanya Emily, kepadaku. Dan seakan mengerti dengan apa yang dia maksud, membuatku sedikit menghela nafas.
"Belum."
"Kenapa? Aku yakin, kau sudah merasa sangat nyaman berada di dekatnya, bukan?"
"Ya, memang...tapi aku masih ragu..."
"Untuk apa kau masih ragu? Hanya tinggal katakan 'ya', dan keraguanmu akan hilang."
"Ya, tapi...sudah lah, kita bicarakan ini lagi nanti."
"Baiklah, kalau begitu."
"Ohya, Emily, bisa aku pinjam ponsel mu?"
"Untuk apa? Kenapa kau tidak pakai ponsel mu saja? Oh, kau ingin menghubungi Harry, ya?" Ucapnya, yang kemudian menyeringai. Dan hal itu membuatku memutar mata.
"Aku ingin menghubungi Ibu ku, Emily. Dan sekarang aku tidak tau ponselku ada dimana, aku rasa ponselku hilang."
"Oh, baiklah, ini." Ucapnya, yang kemudian mulai memberikanku ponsel miliknya.
"Aku pinjam ponsel mu sebentar, ya?" Ucapku, dan Emily mengangguk.
Mengetikkan nomor ponsel Ibu pada ponsel milik Emily, dan setelah itu aku mulai mendialnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cool Man
FanfictionDingin adalah kata yang tepat untuk menggambarkan akan sikapnya. Dingin dan tanpa ekspresi adalah kesan pertama yang aku dapat ketika bertemu dengannya pertama kali. Dia adalah pria paling dingin yang pernah aku temui. And he is My Cool Man...