Sorry for any typo and happy reading.
------
Drrtt...drrtt...drrtt...Sedikit mengerang kesal, karena suara getaran ponselku yang mengganggu waktu tidurku. Mengernyitkan dahi, aku mulai mengambil ponselku yang berada di atas meja kecil, samping tempat tidurku. Tanpa melihatnya lagi aku langsung mengangkatnya.
"Halo?" Ucapku dengan sedikit malas.
"Halo, Ashley. Ya ampun, kau harus mendengar suaramu sendiri saat ini. Kau pasti baru bangun, bukan?" Aku mendengarnya yang sedikit terkekeh.
"Ya. Ada apa kau menelfonku, hm?"
"Bisa kau menjemputku sekarang?"
"Apa? Menjemputmu? Tapi ini..." aku berhenti sesaat, seraya melihat kearah jam dinding yang ada di kamarku.
"Ya ampun Emily, ini masih jam 8 pagi. Masih sepagi ini kau sudah memintaku untuk menjemputmu?"
"Ashley, sejak kapan kau menjadi pemalas seperti ini? Selama di London kau tidak seperti ini." Mendengarnya membuatku sedikit memutar mataku.
"Baiklah, aku akan menjemputmu. Dan kau menginap di hotel apa?"
"Nah, begitu. The Hollywood Roosevelt."
"Ok--but, what? Kau bilang apa tadi? The Hollywood Roosevelt? Kau tau, jaraknya cukup jauh dari rumahku. Kenapa kau tidak naik taksi saja?"
"Aku tidak peduli. Lagi pula Ayah yang memesankan kamar untukku di sini, jadi jangan salahkan aku. Dan aku tidak ingin naik taksi, karena kau tau koperku sangat berat. Dan aku juga memintamu untuk menjadi tour guide ku hari ini." Mendengarnya yang bicara panjang lebar, membuatku sedikit memutar mata. Dan aku membayangkan akan dia yang saat ini sedang tersenyum tidak jelas.
"Ashley?"
"Iya, iya, baiklah. Kenapa kau berubah menjadi menyebalkan seperti ini sih." Ucapku, dan aku mendengar Emily yang sedikit terkekeh dari sebrang sana.
"Ok, sekarang cepat jemput aku. Jangan lama, karena aku tidak suka menunggu."
"Iya, iya, cerewet." Ucapku, dengan nada sedikit kesal. Dan aku mendengar Emily yang tertawa cukup puas dari sebrang sana.
"Baiklah, kalau begitu sampai jumpa Ashley, saudara tiri terbaik ku." Ucapnya, yang kemudian terdengar dia seperti memberikan kecupan. Dan aku langsung memasang ekspresi jijik, karena hal itu.
"Iya, iya, bye Emily." Dan sambungan pun langsung terputus.
Meletakkan ponselku ke atas meja, aku mulai mendudukkan diriku di pinggir tempar tidur. Dan aku mulai meregangkan sedikit otot-otot tubuhku. Setelah merasa cukup, baru aku mulai berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhku.
**
"Jadi, kau mau kemana lagi sekarang? Kita sudah makan, belanja di mall, dan aku sudah membawamu berkeliling LA. Kau mau aku membawamu kemana lagi, hm?" Tanyaku, seraya sedikit menoleh kearahnya, karena aku sedang menyetir saat ini.
"Hmmm...kemana ya?" Ucapnya, yang tampak berpikir. Dan aku sedikit menghela nafasku.
"Bagaimana kalau kita ke taman? Bawa aku ke taman kota kalau begitu."
"Baiklah, kalau begitu." Balasku, dan aku pun mulai mengendarai mobilku menuju taman kota.
Memberhentikan mobilku karena lampu merah, aku sedikit meregangkan otot tubuhku. Menoleh kearah Emily, aku melihat dia yang tampak serius mengetikkan sesuatu pada ponselnya.
"Berkirim pesan dengan seseorang, eh? Serius sekali." Ucapku, dan hal itu membuat Emily segera menoleh kearahku.
"Bukan urusan mu." Ucapnya, dan hal itu membuatku sedikit memutar mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cool Man
FanfictionDingin adalah kata yang tepat untuk menggambarkan akan sikapnya. Dingin dan tanpa ekspresi adalah kesan pertama yang aku dapat ketika bertemu dengannya pertama kali. Dia adalah pria paling dingin yang pernah aku temui. And he is My Cool Man...