Suasana club malam ini cukup ramai, bahkan terkesan padat. Di dalamnya banyak orang yang sedang menikmati dentuman demi dentuman yang dimainkan oleh DJ.
Mungkin bagi orang awam suasana seperti ini sangat mengganggu. Tempat yang mungkin terasa pengap akibat kerumunan orang yang sibuk menggerakan tubuhnya mengikuti dentuman musik yang sangat keras. Tapi tidak bagi Davino Argya, laki-laki yang terlihat mencolok karna wajah western-nya yang kental dan warna rambutnya yang sangat terang. Blonde.
Hampir setiap malam ia selalu mengunjungi tempat ini. Menghabiskan lembar demi lembar uang untuk sekedar membeli minuman dan melupakan semua masalahnya.
"Gimana malem ini? Enak ngga musiknya?" Sapa seorang bartender yang memang sudah sangat mengenal Davino.
"Lumayan."
"DJ-nya cewek. Lo ngga mau kenalan? Gue denger, cantik."
Senakal-nakalnya Davino, ia tidak pernah ingin berkenalan dengan perempuan di club. Karna ia tidak pernah tertarik sedikitpun kepada setiap perempuan yang ia temui di club.
"Ngga deh."
"Kenapa? Lo kan kesini ngga pernah bawa cewek, ya cari aja cewek disini. Banyak kok yang cantik—eh lo sendiri?"
"Gue ngga tertarik.."
"Engga, temen-temen gue belum dateng." Lanjutnya.
"Ohh gitu. Jadi, mau minum apa?"
"Yang kayak biasa aja,"
Merasa paham dengan yang Davino maksud, sang Bartender pun segera membuatkan minuman untuk Davino.
Davino mengedarkan pandangannya ke sekeliling, hingga matanya bertemu segerombolan laki-laki dengan pasangan mereka masing-masing.
Teman-teman Davino sudah datang.
"Lama nunggu bro? Sorry ya, kita kan bawa cewek-cewek jadi biasalah cewek dandannya kan lamaaaaaaaaa bangeeeeet." Ucap salah seorang teman Davino.
"Lumayan, gapapa kali santai." Jawab Davino dengan santainya.
"Lo udah pesen?" Tanya teman Davino yang lainnya.
"Udah Lex, lo pesen aja, malem ini gue yang bayarin."
Mendengar itu Alex, salah satu teman Davino pun langsung memanggil gerombolan teman-temannya yang lain.
"Guys! Davino bayarin kita minum malem ini!"
Teman-temannya pun bersorak penuh kemenangan.
Ya, memang selalu seperti itu. Davino sering me-nraktir teman-temannya minum di club. Walaupun tidak selalu Davino yang me-nraktir. Tapi jika dihitung, Davino lah yang lebih sering me-nraktir dibandingkan teman-temannya.
"Dav, seperti biasa." Ucap Bartender dari arah belakang membuat Davino menoleh.
Ternyata pesanannya sudah siap.
"Pesenan mereka..." Davino menunjuk teman-temannya.
"..gue yang bayar." Lanjutnya.
Sang Bartender membulatkan matanya. Minuman yang dijual di club ini bisa dibilang cukup mahal. Hanya seukuran gelas kecil saja bisa 300 ribu, ditambah jumlah teman Davino yang lebih dari 5 orang. Sang bartender bergumam.
"Ini orang duit darimana.."
Davino mendengar itu, tapi ia tidak perduli. Ia sudah sering mendengar pertanyaan seperti itu dari teman-temannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Who Am I?
Novela Juvenil☑SUDAH TERBIT☑ [Highest rank: #1 on teenfiction] Davino Argya. Siswa yang terkenal di sekolahnya karna di cap sebagai badboy yang memiliki bad attitude dan wajah yang tampan. Banyak wanita yang tergila-gila padanya, bahkan ada yang menamai diri mere...