Setelah pulang dari kampus pukul tiga,aku memutuskan untuk menuju bengkel motor yang sudah biasa aku kunjungi untuk mengecek motorku.
"Hey,bro! Motor lo kenapa?" tanya Indra,pemilik bengkel itu yang langsung menghampiriku.
"Gapapa sih sebenernya,gue cuman mau ngontrol si blacky doang" ucapku sambil membenahi rambut.
"Hahaha,mana sini gue cek" ucapnya. Setelah aku selesai merapikan rambut,tiba-tiba mataku menangkap sesuatu.
"Eh Ndra,itu motor punya siapa?" tanyaku pada Indra yang masih sibuk mengecek motor milikku.
"Yang mana bro?" tanya Indra sambil mengedarkan pandangannya.
"Itu yang hampir sama kaya motor gue,cuman warna merah" ucapku sembari menunjuk motor yang tadi pagi hampir membuatku terjatuh.
"Ohh,itu. Punya adiknya temen gue" jawabnya kemudian kembali fokus pada motor ku.
"Gue ngambil minum ya bro" ucapku kemudian masuk ke dalam untuk mengambil minum.
BRUUKKKK!!
Karena aku sedang mencoba menghubungi Fanny,aku tidak melihat bahwa di depanku ada seorang gadis yang sedang berjalan.
"Eh,sorry,sorry" ucapku sembari memasukkan ponsel ke dalam saku celana. Kemudian mengulurkan tangan berniat membantunya.
"Lo?!" ucapku saat ia mendongakan kepalanya.
"Gue gak sengaja,buruan bangun" ucap ku kembali mengulurkan tangan padanya.
"Makanya kalo jalan tuh liat-liat,so sibuk banget" ucap gadis yang waktu itu kutemui sedang bersama Caca.
"Gue bisa bangun sendiri" ucapnya kemudian berdiri.
"Dasar lo. Ngeselin banget" gumamku.
"Apa lo bilang?" tanyanya sembari membalikkan tubuh.
"Lo ngeselin" jawabku enteng sembari memasukkan tangan ke dalam saku.
"Lo lebih ngeselin" ucapnya kemudian meninggalkan ku.
Dasar cewek. Aku langsung mengambil minum kemudian duduk di kursi yang telah disediakan. Sembari terus mencoba menghubungi Fanny.
"Kamu di mana sihh,Fann?" gumam ku sembati terus menelfon Fanny.
"Ya,halo"
Suara di seberang sana membuat aku membuka mataku dan berdiri.
"Sayang,kamu di mana? Kamu gapapa?" tanyaku khawatir.
"Apa sih kamu panik gitu? Aku lagi di rumah baru bangun"
"Besok aku jemput ke kampus ya"
"Hm"
Tut..Tut..Tut..
Telfon diakhiri sepihak. Selalu seperti ini tiga bulan terakhir. Dia selalu mengakhiri telfon duluan dengan nada yang dingin. Aku kembali memijat pelipis ku.
"Bro,udah beres tuh motornya" ucap Indra menyadarkan ku.
"Udah beres? Thanks ya. Nih" ucapku kemudian memberi dua lembar uang seratus.
Saat aku akan melajukan motor ku,tiba-tiba saja aku mendengar...
"Halo? Ka Icky. Jemput aku dong,motor aku belum beres nih!"
Aku mengedarkan pandanganku. Seperti suara gadis yang tadi,namun aku sedikit aneh. Nada nya sangat manja. Sedangkan tiap berbicara denganku,nada dia berbicara selalu jutek.
"Oh,jadi lo yang buat gue hampir jatoh tadi pagi?" ucapku menghampiri gadis itu.
"Lo lagi? Ngapain sih lo di sini? Main nuduh aja lagi!" ucapnya menyilangkan tangan di dada.
"Lo kan yang punya motor ini? Lo gak sadar? Cara lo ngendarain motor kaya tadi pagi itu ngebahayain orang lain. Untung ya,gue ga kecelakaan" ucapku.
"Suka-suka gue lah. Lo ngapain sih nyamperin gue lagi?" tanyanya.
"Gue denger.."
"Motor lo belum beres kan?"
"Ya terus? Urusannya sama lo apa?" tanyanya jutek.
"Lo gue anter" ucap ku sembari menarik tangannya agar mendekat ke arah motorku.
"Ish,apaan sih! Lo gausah so baik! Lo mau bales dendam kan sama gue karena gue hampir tabrak lo tadi pagi? Ngaku lo" ucapnya membuat aku menatapnya aneh. Apa mukaku terlihat seperti orang jahat?
"Cara lo bales dendam tuh ga gentle. Beraninya culik-culikan" ucapnya tersenyum miring.
"Banyak omong lo. Cepet naik,tunjukin ke gue arah ke rumah lo" ucapku kemudian menaiki motor dan menyalakan motor. Kulihat dia hanya diam seperti berpikir.
"Yaudah sih kalo gak mau. Udah mau maghrib juga,lo gak takut?" tanyaku mencoba menakutinya.
"Heh,gue tuh gak penakut kaya yang lo pikirin ya! Enak aja lo!" ucapnya.
"Yaudah lah,gue balik. Awas ada yang liatin lo dari atas sana" ucapku berbisik kemudian menunjuk pohon beringin yang ada di dekat bengkel. Ku majukan motorku pelan-pelan sembari sesekali menggodanya dengan cara menggas mesin motor.
"Huft! Okey! Iya gue ikut balik sama lo. Awas ya lo macem-macem sama gue!" ucapnya mengepalkan tangannya di depan muka ku.
"Kita buktiin aja" ucapku kemudian melajukan motor setelah ku pastikan ia telah naik di atas si blacky.
"Pegangan lo. Lo kira gue tukang ojek apa?" ucapku agak teriak melawan suara motor ku.
"Ogah! Tuh kan lo modus. Gak mau" ucapnya bersikukuh.
"Banyak omong ya,lo!" ucapku kemudian menarik kedua tangannya bergantian.
"Ah!" teriaknya dari belakang. Aku rasa ia terkejut.
"Modus lo!" ucapnya kemudian memukul punggungku. Aku tak menjawab,malas berdebat. Langsung saja ku tarik kembali tangannya.
"Ini ke mana lagi?" tanya ku.
"Belok kanan,lurus terus. Nanti ada komplek. Lo masuk. Rumah gue deket pos satpam" ucapnya jutek.
"Dah nyampe" ucapku. Ku rasakan ia menuruni motor ku dan langsung membuka gembok pagar rumahnya.
Tinnn!
"Apalagi sih?" tanya nya malas.
"Lo tuh bisa ngomong gak sih? Bilang makasih kek,apa kek,dari waktu itu maen pergi aja!" ucapku.
"Thanks" jawabnya terpaksa kemudian membuka pagar.
Tinnn!
"APALAGI!" ucapnya lebih keras.
"Nama lo siapa?"
"Penting buat lo?"
"Nama lo siapa?" tanyaku tanpa menjawab pertanyaan sebelumnya.
"Kirana"
"Nama gue-"
"Gak penting"
Aku menggelengkan nafas kemudian menancap gas menuju rumah. Sesampainya di rumah ku lihat mama telah terlelap,aku mengecup keningnya terlebih dahulu kemudian masuk ke dalam kamar.
"Aneh banget tu cewek. Tomboy. Jutek. Tapi bikin gue penasaran. Kenapa gue bisa kaya gitu ya ke dia? Padahal gue ke semua cewek dingin. Cuman ke dia doang gue gak bisa dingin. Sama Fanny aja gue awalnya dingin,lah sama dia?"
"Gak beres nih otak. Gue harus konsultasi sama Dika nih besok!"
#####
Selamat malam senin!
Maaf baru update lagi,kemaren bikin Epilog PAM dulu,trs badmood bgt jadi gak niat next:(
Votmmentnya dongg! Thank you!Bandung,1 May 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenangan
RomanceLima tahun merupakan waktu yang tak singkat untuk melewati hari-hari ini tanpa kehadiran dirimu.