6

6.8K 567 7
                                    

Aku menghempaskan tubuhku di atas ranjang setelah selesai mandi. Mengapa rasanya biasa saja setelah putus dari Fanny? Padahal sebelumnya aku sempat bingung, karena masih sayang. Bahkan aku malah merasa bebas sekarang. Apa benar yang dikatakan Dika? Setelah aku tau semua penyebabnya, maka aku akan mudah melupakannya?

Aku menyentuh perut ku. Tiba-tiba saja bibirku membentuk senyuman. Mengapa rasanya ini sangat nyaman. Padahal dulu Fanny selalu mendekapku, sama seperti yang dilakukan Prilly tadi. Namun tak senyaman dekapan Prilly. Aku bangkit dari ranjang teringat sesuatu.

"Prill, udah sampe. Elah, lo malah tidur" ucapku setibanya di rumah Prilly. Perlahan aku turun dari motor dan menggendong Prilly. Aku menekan bel rumahnya kemudian keluarlah seorang laki-laki yang aku yakini kakaknya.

"Adek gue kenapa?" tanyanya sembari membuka pagar dengan panik.

"Adek lo gapapa. Dia ketiduran. Boleh gue ke kamar adek lo? Kamar adek lo di mana?" tanyaku.

"Oke. Gue percaya sama lo. Lo lurus, terus belok kiri" ucapnya.
Aku segera masuk ke dalam rumahnya dan mencari kamar Prilly.

Sebelum keluar, aku menatap sekeliling kamarnya terlebih dahulu. Berbeda dengan sikapnya, kamarnya terlihat feminim. Aku teringat sesuatu. Aku mengambil ponsel milik Prilly dan menyimpan nomor milikku.

"Semoga kita bisa ketemu lagi" ucapku kemudian mengelus kepalanya kemudian menyelimuti tubuh mungilnya.

"Whatsapp atau telfon? Atau gak usah aja? Tapi kalo dia nanya ngapain, gue jawab apa? Bodo amat dah. Gue telfon aja" aku bergumam sembari memegang HP.

"Halo? Ini siapa?"

Suara di sebrang sana terdengar serak. Sepertinya ia baru bangun tidur.

"Pasti baru bangun deh lo. Coba di cek dulu, siapa yang nelfon lo"

"What?!"

"Sorry, tadi gue nyimpen nomer gue di hp lo, siapa tau lo kangen gue. Lo bisa langsung telfon aja"

"Dih, kepedean banget lo"

"Bangun sana, mandi. Bau tau gak lo"

"Males. Ngantuk. Besok aja"

"Ih, jorok banget lo jadi cewek"

"Bodo amat"

"Kamar lo kok beda banget sih sama sikap lo?"

"Lo masuk kamar gue?!"

"Makanya lo kalo tidur tuh liat-liat tempat. Untung aja lo kagak jatoh tau gak tadi di motor"

"Emang dibolehin sama ka Ricky?"

"Boleh lah. Makanya gue masuk kamar lo juga. Mandi sana"

"Gamau. Udah malem, dingin"

"Besok bangun pagi. Gue jemput"

"Hah?! Mau ngapain. Gak ah"

"Mau nyulik lo"

Aku langsung menutup telfon sebelum ia mengomel. Padahal aku sendiri bingung, mau ngajak Prilly kemana?

Aku menghampiri mama yang sedang makan dengan disuapi Mbak Suti.

"Biar sama aku aja, mba" ucapku mengambil alih mangkok yang dipegangnya.

"Yaudah, mbak ke belakang dulu" jawab Mbak Suti.

"Ka..yanya kamu la..gi seneng ba..nget, ke..napa?" tanya mama. Aku membalasnya dengan senyuman.

"Mama abisin dulu deh makannya. Nanti Ali ceritain" ucapku kemudian melanjutkan menyuapi mama.

"Se..karang kamu ce..rita. Mama pe..nasaran" ucap mama dengan senyuman mengembang.

"Wajar gak sih ma, baru putus terus kita langsung jatuh cinta lagi?" tanyaku.

"Ka..mu putus?" tanya mama.

"Iya, ma. Selama tiga bulan terakhir ini, dia berubah sama Ali. Tapi Ali berusaha sabar sama dia. Dan tadi, Ali udah gak tahan lagi"

"Ka..mu jatuh cin..ta sa..ma siapa? Jangan sam..pai ka..mu salah orang la..gi" ucap mama. Aku mengerutkan kening ku. Apa selama ini mama juga tak setuju dengan hubungan aku dan Fanny?

"Dia tomboy banget tau gak ma. Jutek lagi. Tapi itu buat Ali penasaran banget sama dia. Apa Ali jatuh cinta sama dia ma?" tanyaku.

"Kamu nya..man kalo de..ket dia?" tanya mama.

"Ya, lumayan sih ma. Ali baru ketemu tiga kali" ucapku.

"Se..moga ini yang ter..baik buat ka..mu" ucap mama sembari mengelus rambutku.

#####

"AAAAA"

"Eh, berisik lo. Ntar gue dikira ngapa-ngapain lo lagi" aku yang sedang melihat album Prilly langsung membalikkan badan.

"Lagian lo ngapain sih di kamar gue?" tanyanya masih dengan pakaian yang sama seperti kemarin.

"Kan gue bilang kemaren, gue mau nyulik lo pagi-pagi. Cepet sana mandi. Kebo lo" ucap ku.

"Bawel lu. Keluar dulu sana" ucapnya mendorong tubuh ku keluar dari kamarnya.

"Jangan lama-lama lo" ucapku setelah ia menutup pintu kamarnya.

"Lo udah lama kenal sama Prilly?" tanya Ricky sembari memainkan play station nya.

"Belom. Baru tiga kali ketemu. Itu juga gak sengaja" ucapku jujur sembari membuka majalah mobil milik Ricky.

"Hah?"

"Iya. Tapi lo tenang aja, gue bukan orang jahat ko" jawabku mengerti kekhawatiran Ricky terhadap adiknya.

"Gue percaya sama lo. Jangan sia-siain kepercayaan gue. Karena lo cowok pertama yang deket sama dia" ucapnya. Aku membulatkan mata terkejut.

"Maksud lo? Dia belum pernah pacaran?"

"Jangan kan pacaran, dia gak pernah deket sama cowok. Dia dingin banget sama cowok" jelas Ricky.

"Ngomongin gue semua ya" ucap Prilly keluar dari kamarnya. Ia menggunakan baju berwarna coklat muda dengan lengan tiga perempat dan celana jeans robek-robek.

"Gue bawa adek lo dulu ya, hari ini! Gak usah khawatir, dia aman sama gue. Oke" ucapku menepuk bahu Ricky.

"Siap. Kasih makan ya, adek gue" ucap Ricky.

"Ih Ka Icky apaan sih, emang aku binatang apa?" ucap Prilly dengan bibir yang mengerucut.

"Hahaha,emang kamu gak mau dikasih makan?" tanya Ricky sembari mengacak rambutnya yang tergerai.

"Mau lah Ka!" jawabnya.

"Yaudah, sana berangkat. Li, jangan lupa pesan gue" ucap Ricky.

"Siap, bro" jawabku.

#####

Soreeee!
Mau dibawa kemana yaa Prillnyaaa hahaha. Votmmentnya ya!

Bandung, 7 May 2016

KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang