12

5.6K 465 2
                                    

"Gila lo bro!" ucap Dika sembari memukul bahuku setelah aku selesai bercerita.

"Buset! Biasa aja napaaa" ucapku sembari mengelus bahu yang tadi Dika pukul.

"Ya abis lo gila, baru tiga kali ketemu udah ngajak jalan aja! Keluar kota lagi" ucapnya sembari menghisap rokok dalam-dalam.

"Kalo gue gila ya gue gak ada di sini lah, pinter lo" jawabku menyandarkan punggung pada kursi kantin.

"Eh, ntar malem temenin gue yak" ucapnya sembari menaik turunkan alis kemudian mematikan rokoknya.

"Sorry, gue gak doyan clubbing!" ucapku bercanda.

"Heh, enak aja lo kalo ngomong! Gue tau kalo dunia gue sama lo itu beda, dan gue gak mungkin ajak lo masuk ke dunia lain!" ucapnya tak terima. Memang aku dan Dika itu berbeda drastis, Dika yang bisa dikatakan badboy, sedangkan aku biasa saja.

"Selow kaliii bro! Mau kemana emang?" tanyaku.

"Gue mau dating" ucapnya cengengesan.

"Sejak kapan lo punya cewek? Gak solid lo, gue apa-apa cerita sama lo. Giliran lo, gak cerita deket ama cewek" ucapku pura-pura marah.

"Dih, najong muka looo! Dia temen SMA gue dulu, baru kemaren ketemu lagi" jawabnya.

"Terus fungsi gue apa? Liatin lo berduaan?" ucapku menaikkan kaki kanan ku ke atas kaki kiri.

"Lo mainin biola!"

"Woy, kampret!" ucapku mengejar Dika yang telah lari terbirit-birit menghindar dariku.

#####

"Ma, nanti malem Ali pergi ya. Nemenin Dika pergi, mama kalo ngantuk tidur aja" ucapku setelah sampai di rumah.

"Mau ke..mana?" tanya mama.

"Nemenin dia makan malem bareng pacarnya ma!" ucapku. Kulihat mama tertawa kecil.

"Pasti mama ketawain aku ya! Mama tenang aja, bentar lagi Ali nyusul Dika!" ucapku terkekeh.

"Sa..ma ce..wek yang waktu i..tu kamu ce..ritain?" tanya mama. Aku menggaruk tengkukku yang tak gatal.

"Hehehe, gak tau juga sih ma. Ali masih bingung, takutnya rasa nyaman ini cuman sebatas sahabat aja" ucapku.

Memang benar, aku masih ragu apakah rasa nyaman ini cinta atau hanya sekedar nyaman sebagai sahabat? Aku juga masih takut kalau ia hanya pelampiasan ku dari Fanny. Karena sesungguhnya rasa itu masih ada meskipun sedikit.

"Yakini ha..ti kamu" ucap mama sembari mengelus lengan ku.

"Ali sedang mencari jawaban ma!"

#####

Aku hanya menggunakan kaos putih dibalut jaket hitam untuk menemani Dika. Entah apa yang membuatnya mengajak ku menemani makan malamnya.

"Gue cuman dijadiin supir nih sama lo? Kejam amat lo!" ucapku setelah Dika menelfon minta menjemput.

"Hehehe, lo ikut makan aja. Dia bilang, dia juga ngajak temennya. Siapa tau kan lo cocok gitu, sama temennya. Jadi next time kita bisa double date!" ucapnya kemudian menyalakan radio.

"Lo super aneh! Lo bilang dating. Dating itu makan malem berdua nyet!" ucapku.

"Kan gue bilang ke dianya makan malem biasa, makanya dia ngajak temennya!" jawabnya terkekeh.

"Sue lo!" ucapku menoyor pelan kepalanya.

"Gue tunggu di mobil aja dah" ucapku setelah memarkirkan mobil di restoran tersebut.

"Udah ngikut aja! Kagak ada ruginya kan?" ucapnya sembari membuka seatbelt.

"Gak ada ruginya nenek lo! Lo pasti minta traktir gue dah" ucapku menyilangkan tangan di dada.

"Hehehe.. oke sekarang gue traktir lo" ucapnya sembari menata rambutnya kembali.

"Untuk kali ini kagak deh, gue ngantuk" ucapku sembari memejamkan mata.

"Ayolah, Li!" ucap Dika merajuk.

"Najis loo, udah sono. Keburu dateng noh cewek lo" ucapku mendorong tubuhnya.

"Ck! Okey! Jangan salahin gue kalo lo mati kelaperan!" ucapnya kemudian keluar dari mobilku.

Hari ini. Satu hari setelah kami berlibur, aku belum menghubunginya. Entahlah, ssperti ada sesuatu yang mengharuskan aku untuk menghubunginya. Aku putuskan untuk keluar dan bersandar pada kap mobil kemudian mengeluarkan HP.

Udah bangun lo?

Sent.

Aku tersenyum kecil menatap layar ponselku. Basa-basi yang garing. Namun telingaku menatap suara yang tak asing. Aku melirik ke kanan dan kiri..

"Prilly?!"

Ya, aku mendengar suara ponsel milik Prilly. Setelah ku lihat ke kanan dan kiri, aku mendapatkan gadis mungil itu tengah berjalan sembari memegang ponselnya.

"Oh my god, please! Kenapa ketemunya lo lagi, lo lagi" ucapnya jengah.

"Ah, peres lo. Padahal dalem hati seneng kan ketemu gue lagi?" ucapku kemudian berjalan mendekatinya.

"Dih, GR banget lo" ucapnya sembari memasukkan ponsel dalam saku jeansnya.

"Eh, duduk di sebrang aja yuk!" ucapku mengajaknya duduk di taman yang ada di sebrang restoran.

"Lo gak ada niat nyulik gue lagi, kan?!" ucapnya sembari mengikuti ku menyebrang.

"Ada. Gue mau nyulik hati lo" ucapku memegangi tangannya untuk menyebrang.

"Gombalan receh lo!" ucapnya setelah kami duduk.

"Lo ngapain di sana?"

"Lo ngapain?"

"Yaelah, dia malah balik nanya. Jawab dulu bisa kaliii" ucapku.

"Gue nganter temen gue. Lo?" tanyanya. Aku membulatkan mataku.

"Sama. Temen lo cewek?" tanyaku.

"Bukan, banci"

"Gue sumpahin lo ketemu banci!"

"Ish, mulut lo! Asal jeplak aja. Yaiyalah cewek, lo tau kan temen gue itu satu doang!" ucapnya.

"Gue gak lo anggap temen? Eh iya lupa, gue kan sahabat lo" ucapku jahil.

"Dih, itu kan lo yang anggap gue sahabat" ucapnya.

"Alahhh. Eh, jangan-jangan temen gue temennya temen lo, lagi!" ucapku mengingat-ngingat.

"Bodo ah. Gue pusing sama dia. Dia yang diajakin, tapi gue ikut juga!" ucapnya kembali.

"Berarti itu takdir"

"Paansih lo, gak nyambung!"

"Takdir kalo sekarang kita ketemu lagi!"

#####

Hai!
Nyambung gak sih? Wkwkwkwkk:v salahin otak gue idenya yang muncul gituuu!:v
Votmment ya!

Bandung, 17 May 2016


KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang