"Ada perlu apalagi dengan keluarga saya?" ucapku. Sejujurnya aku sangat rindu dengan sosok papa yang ada di hadapanku saat ini.
"Papa mohon maafin papa, Li" ucap Papa sembari memegang bahuku. Sementara aku hanya bisa menatap lantai rumah sakit.
"Ali kecewa sama papa yang tiba-tiba aja ninggalin Ali sama mama dalam keadaan yang gak baik. Papa sama sekali gak ngomong apapun. Dan itu nambah pikiran mama, pa. Apa papa sama sekali gak mikirin apa yang Ali sama mama rasain saat itu? Kami bingung pa. Mama butuh biaya banyak, sementara kepala keluarga yang mencari nafkah gak ada. Gimana kalo mama tiba-tiba tambah parah dan gak bisa diselamatin karena gak ada biaya? Papa gak pernah kan mikir sampe situ? Papa ke mana aja selama ini?" Akhirnya. Keluar semua uneg-uneg yang aku tahan hampir beberapa bulan ini.
"Papa bisa jelasin semuanya Li" papa kembali mengguncang bahuku agar aku menatap wajahnya.
"Untuk sekarang Ali masih nyaman berdua sama mama. Dan keadaan mama juga lagi kurang baik. Kita bisa bicarain ini nanti" ucapku melepaskan kedua tangan papa dari bahuku kemudian kembali menuju ruang rawat mama.
"Siapa, Li?" tanya mama.
"Bukan siapa-siapa ko ma. Gak usah dipikirin ya" ucapku kemudian mengalihkan pandangan ku pada Prilly yang sedang menatapku bingung.
"Ka Ricky belum dateng?" tanyaku sembari mengelus pucuk kepalanya.
"Belum lah makanya gue masih ada di sini juga" jawab Prilly sembari mengerucutkan bibirnya.
"Ish, jutek banget sih pacar gue yang satu iniiii" ucapku sembari mengapit kepalanya di ketiakku.
"Bau asem!" ucap Prilly membuat aku terkekeh dan semakin menenggelamkan kepalanya.
"Assalamualaikum"
Pintu kamar mama terbuka. Aku menegakkan tubuhku dan melepaskan kaitan tanganku di tubuh Prilly.
"Waalaikumsalam. Maaf ya Bang, jadi ngerepotin harus jemput bidadari ke sini"
"No problem. Oh iya tante, kenalin saya kakaknya Prilly" ucap Ricky kemudian menghampiri mama.
"Ma..af jadi ngerepotin ya" ucap mama.
"Gapapa ko tante. Maaf nih tan, buru-buru. Udah malem soalnya" pamit Ricky pada mama.
"Iya, ga..papa. Hati-hati di jalan ya" ucap mama pada Ricky dan juga Prilly.
"Bentar ya ma, Ali anter Prilly dulu" ucapku, mama mengangguk.
"Udah Li, gapapa. Lo jaga mama aja di sini. Kasian mama sendiri" ucap Prilly.
"Yaudah deh, gue anter lo sampe keluar kamar aja" ucapku sembari tersenyum.
"Gue pulang ya. Lo jangan capek-capek. Jangan lupa makan, istirahat. Dan juga jangan lupa mandi!" perintah Prilly membuat aku terkekeh.
"Siap nyonya Ali. Lo juga, kalo udah nyampe langsung kabarin gue. Oh iya, kemungkinan besok gue gak bisa jemput lo, gapapa ya?" tanya ku sembari mengelus kedua pipinya.
"Gapapa kaliii. Gue ngerti" jawabnya sembari tersenyum.
"Ekhemmmm. Yang lain berasa ngontrak ya, gak kasian apa sama yang jomblo?" ucap Ricky yang sedang menyilangkan tangannya di dada.
"Yaudah, lo pulang gih. Kasian abang lo tuh" ucapku kemudian mengecup keningnya dan mengusap kepalanya lembut.
"Jangan lupa pesen gue yang tadi ya! Bye!" ucapnya kemudian masuk ke dalam lift yang sebelumnya telah ditekan oleh Ricky.
"Udah nganter bidadari nya?" ucap mama.
"Udah, hehehe. Ali bersih-bersih dulu ya, ma" ucapku kemudian masuk ke dalam kamar mandi.
#####
"Sorry banget Din, gue gak jadi ke rumah lo. Mama tadi masuk rumah sakit"
"Astagfirullah, kok bisa? Sekarang gue aja deh yang ke sana bareng bunda sama ayah"
"Jantungnya kambuh. Eh, gak usah Din. Ayah pasti baru nyampe kan? Besok lagi aja"
"Gapapa. Biar sekalian capek. Lo kasih tau aja nama rumah sakit sama ruangannya oke?"
"Yaudah deh, iya. Thanks ya"
Aku menutup telfon dan memasukannya ke celana jeansku. Aku kembali terfikir percakapan ku bersama papa. Apa harus aku mempertemukan mama dan papa kembali? Siapa tahu dengan bertemunya dengan papa, mama bisa sembuh secara perlahan? Tetapi kalau sebaliknya bagaimana?
"Kenapa, Li?" tanya mama. Sepertinya mama melihat aku mengusap wajahku gusar.
"Ahh, gapapa ko ma. Ehiya nanti Andin sama tante Vanya mau ke sini"
"Kamu bilang sama mereka?" tanya mama.
"Iya, ma. Karena awalnya Ali mau kesana. Cuman karena mama dirawat, jadi aku ceritain" jelasku.
Mama hanya mengangguk sebagai jawaban. Tak lama kemudian pintu terbuka dan muncullah Andin, Tante Vanya, dan Om Hafizh.
"Yaallah mbak, kenapa mbak gak pernah cerita sama kita?" ucap tante Vanya sembari mengelus lengan mama.
"Mbak gamau ngerepotin kalian, Nya" ucap mama.
"Mbak gak ngerepotin Vanya sama sekali mbak. Vanya udah tau semuanya mbak. Mulai sekarang mbak harus cerita sama Vanya kalo ada apa-apa" ucap Tante Vanya membuat aku tersenyum haru.
"Li makan yuk. Lo pasti belum makan malem kan? Mama biar dijaga bunda sama ayah" ucap Andin.
"Boleh deh. Kantin rumah sakit aja tapi ya, gue lagi males keluar" ucap Ali. Andin mengangguk kemudian mengajakku keluar.
"Din gue butuh saran lo, nih" ucapku setelah selesai menyantap makan malam.
"Apaan?"
"Tadi papa dateng. Menurut lo, gue ketemuin mama sama papa dulu terus papa ceritain semuanya. Atau papa ceritain sama gue dulu, baru gue ceritain ke mama dan ketemuin mereka?" tanyaku.
"Hm.. menurut gue sih mendingan papa ceritain dulu sama lo semuanya. Baru lo cerita sama mama dan ketemuin mereka. Karena gue takut mama malah jadi drop sama kedatengan papa yang tiba-tiba" jelas Andin. Aku menganggukan kepala sebagai tanda setuju.
"Oke. Thanks ya, lo emang sahabat terbaik gue. Kalo misalkan suatu saat gue minta lo buat jagain mama karena mau temuin papa gak papa kan?"
"Gapapa lah. Lo kaya baru kenal sama gue aja sih, Li. Eh iya. Lo masih utang satu cerita sama gue" ucapnya sembari mengacungkan jari telunjuknya.
"Hahaha. Okey, gue baru jadian sama dia kemaren. Dan lo tau, dia itu unik. Tomboy banget, tapi manja. Jutek lagi. Bahkan sekarang pun dia gak mau pake aku-kamu, dan lebih milih pake lo-gue"
"Gue malah ngerasa kita kaya sahabatan, karena dia tetep ceplas-ceplos, jutek, gengsi lagi. Tapi gue suka, karena cara dia nunjukin sayangnya itu unik. Gue harap dia cewek yang terakhir buat gue"
#####
Halooo, lama gak ketemu ya? Hahaha. Aku ngetiknya tadi malem karena insomnia:v jadi maafkan kalo gaada feelnya:v Jangan lupa vote&comment!
Bandung, 24 June 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenangan
RomanceLima tahun merupakan waktu yang tak singkat untuk melewati hari-hari ini tanpa kehadiran dirimu.