"Gue percaya sama dia"
Prilly datang dengan membawakan teh hangat ditambah senyumannya yang hangat.
"Huft, okey. Ini urusan lo berdua. Gue cuman ingetin lo, jangan pernah buat adik gue nangis. Apalagi gue tau itu karena lo" peringat Ricky sembari menatapku tajam.
"Siap bang bro. Gue usahain buat dia bahagia terus" ucapku sembari mengapit kepalanya diantara ketiakku setelah Ricky meninggalkan kami.
"Ish! Bau ketek!" ucapnya mengerenyitkan hidung.
"Yang penting lo sayang!" ucapku memeluknya.
"Siapa yang bilang?" tanyanya melepaskan pelukan tanpa menjauhkan wajahnya di bawah daguku.
"Ini" ucapku menunjuk matanya. Ia hanya tersenyum malu-malu kemudian memelukku erat--lagi--
"Jadi kita apaan Li?" tanyanya dengan wajah yang polos menatapku.
"Mau nya apaan?" tanyaku menghirup dalam-dalam aroma rambutnya.
"Terserah lo!" ucapnya terkekeh.
"Oh, jadi ceritanya sekarang lo udah yakin kalo lo cinta sama gue, hm?" tanyaku sembari menatap mata hazel nya.
"Kalo iya gimana, kalo engga gimana?" tanyanya.
"Kalo iya, gue mau resmiin hubungan kita, karena gue gak mau lo diambil orang. Kalo engga, gue bakal terus buat lo cinta sama gue" jelasku panjang lebar.
"Sama aja dong? Akhir-akhirnya juga gue cinta sama lo?" ucapnya membuat aku gemas dan mencubit hidungnya.
"Iya, jadi lo pilih cinta sekarang apa nanti?" tanyaku menangkup pipinya.
"Hmmm" ucapnya sembari mengetuk-ngetukkan jari di dagu seperti berfikir.
"Sekarang aja deh, gimana?" tanyanya menaik turun kan alis.
Aku tersenyum lebar kemudian kembali memeluknya erat, satu hal lagi yang aku tau tentang Prilly. Kalau ia tak pernah basa-basi.
"Resmi ya" ucapku mengelus rambutnya yang panjang.
"Gak sekalian gunting pita?" tanyanya kemudian melepaskan pelukanku dan bersandar di bahuku.
"Boleh, nanti gue siapin!" ucapku.
"Ih, engga ah! Alay!" jawabnya.
"Lah, lo yang minta tadi. Berarti lo yang alay" ucapku tak mau kalah.
"Ih, lo mah gak mau kalah! Kesel" ucapnya dengan bibir yang mengerucut.
"Iya lah, emang ada orang yang mau kalah?"
"Tau ah"
"Hidih ngambek. Jangan ngambek dong, baru juga resmi" ucapku menggodanya.
"Bodo"
"Yaudah kalo ngambek, gue pulang" ucapku kemudian bergegas bangkit dari sofa.
"Eh, jangan dulu" ucapnya menarik kembali tanganku, membuat aku terhempas di sofa.
"Gak mau jauh dari gue ya" ucapku memeluk lehernya.
"Plis, gue gak mau debat sama lo" ucapnya memejamkan mata.
"Oke, oke. Eh iya, masa kita udah resmi tapi manggilnya tetep lo-gue? Gak romantis amat" ujarku.
"Itu menurut lo, tapi menurut gue ini lucu aja, malahan gue suka. Lebih nyaman aja, serasa jadi diri sendiri" ujarnya.
"Bijak amat buk. Eh iya, gue pulang ya. Udah gelap, kasian mama gue nunggu. Besok gue jemput ya" ucapku kemudian bangkit dan mengelus kepalanya.
"Oke. Ayo gue anter ke depan. Ka Ricky kayanya lagi mandi" ucapnya setelah menoleh ke belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenangan
RomanceLima tahun merupakan waktu yang tak singkat untuk melewati hari-hari ini tanpa kehadiran dirimu.