21

5.3K 460 5
                                    

Sudah satu setengah jam aku menunggu di depan kampus Prilly dengan perasaan yang tak menentu. Bagaimana bisa aku lupa mengambil bunga yang dipegang Andin? Mengapa aku sekarang merasa sangat bersalah? Padahal dulu juga kami pernah mengalami hal yang sama, tetapi bedanya dulu kami belum ada komitmen apapun. Apa Prilly bisa mudah memaafkan ku seperti dulu saat ia melihat aku yang tak sengaja sedang berpelukan dengan Fanny?

Berbagai macam pertanyaan muncul di otakku hingga deringan dari ponselku menyadarkanku kembali. Aku mengerenyitkan dahi saat melihat nomor yang tertera di layar ponsel.

0858xxxxxxxx calling...

"Halo?"

"Ali, bisa kamu ketemu sama papa?"

"Papa? Tau nomor aku dari mana?"

"Itu gak penting, Li. Temui papa di cafe Milan. Sekarang"

Telfon diputus sepihak. Aku bingung sekarang. Firasatku sebentar lagi Prilly pulang. Tapi, kalau aku tak menemui papa, bagaimana nasib keluargaku?

"Arrrggghhhhh! Ini salah lo Li! Coba lo gak lupa ambil bunga yang ada di Andin!" geramku kemudian memakai helm dan memutuskan untuk menemui papa di cafe yang letaknya dekat rumahku.

#####

"Papa mau ngomong apa?" tanyaku to the point.

"Boleh papa temui mama kamu buat minta maaf?" ucap papa membuat aku menghentikkan aktivitas mengaduk jus.

"Bukannya Ali mau pisahin mama sama papa. Tapi sekarang keadaannya lagi gak bagus. Ali takut jantung mama kambuh lagi" jelasku, jujur.

"Tapi kamu mau kan, maafin papa?" tanyanya dengan penuh harap. Aku menarik nafas kemudian menghembuskannya perlahan.

"Kalo boleh jujur Ali kangen sama kebersamaan kita. Tapi di satu sisi Ali juga kecewa sama papa yang tiba-tiba ninggalin Ali sama mama" jelasku.

"Papa bakal jelasin sama kamu"

"Saat itu, ada perempuan yang deketin papa. Bodohnya papa terbuai gitu aja sama dia, dan yang bikin papa nyesel sampai sekarang yaitu, ternyata dia cuman manfaatin harta papa. Dan saat papa ninggalin kamu dan mama, itu karena.."

"Karena apa pa?" ucapku tak sabaran.

"Karena papa nikah siri sama dia"

Deg!

Biasanya aku dengar masalah ini hanya di televisi. Di kalangan selebriti. Dan sekarang, ini terjadi dengan hidupku.

"Ali gak ngerti sama jalan pikiran papa" ucapku menggelengkan kepala.

"Kamu denger dulu Li. Setelah kami menikah dan tinggal di apartemen, emang semuanya berjalan biasa aja. Tapi, setelah perusahaan papa hampir bangkrut, papa sering nemuin dia pulang dengan keadaan mabuk. Dan akhirnya papa ceraikan dia"

"Papa kembali berusaha lagi supaya perusahaan gak bangkrut, dan akhirnya sekarang sudah kembali seperti semula. Dan di situ papa sadar. Cuman kamu dan mama harta yang paling berharga di hidup papa. Papa sering liatin kamu dan mama dari jauh. Dan kemarin. Papa yang bayar semua kebutuhan mama kamu" ucapnya membuat aku langsung membulatkan mataku.

"Papa mohon maafin papa, Li. Papa mengaku salah. Papa khilaf" ucapnya lagi, ku lihat ia mengusap wajahnya dan matanya berair.

KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang