"Gimana? Udah baikan?" tanya Andin yang sedang menonton televisi di kamar rawat mama. Sedangkan mama sedang terlelap tidur.
"Belom. Dia pinter banget nyembunyiin perasaannya. Dia keliatan biasa aja tau gak?" ucapku memejamkan mata sembari memijat keningku.
"Lagian lo gimana sih, bisa lupa ambil bunga yang ada di gue?" tanya Andin memiringkan tubuhnya menghadap ke arah tubuhku.
"Gue terlalu antusias pengen ketemu dia, Din" ucapku frustasi.
"Hfft, salah gue juga sih, Li. Kenapa gue gak ngasih bunga itu ke elo" ucap Andin kemudian memukul pelan keningnya.
"Udah lah. Mungkin ini emang cobaan buat hubungan gue sama dia" ucapku sembari menepuk pucuk kepalanya dua kali.
"Eh iya, Din. Gue ketemu bokap tadi" ucapku seraya memelankan suara takut tiba-tiba mama bangun.
"Terus papa ceritain semuanya gak?" tanya Andin ikut memelankan suaranya.
"Iya. Tapi kayanya gak mungkin kalo gue ceritain di sini, gue takut mama bangun dan denger semuanya" ucapku sembari mengalihkan pandangan pada mama.
"Oke. Gimana kalo ntar malem gue ajak lo jalan? Bunda bakal ke sini jaga mama" aku berfikir sejenak kemudian mengangguk.
"Permisi, waktunya bu Rina untuk dicek" tiba-tiba saja pintu terbuka menampilkan seorang suster dan seorang dokter.
"Tapi mama lagi-" ucapku terpotong setelah melihat ke arah mama yang sudah bangun dari tidurnya sembari tersenyum ke arahku.
"Semuanya udah stabil, besok pagi atau siang sudah bisa pulang ke rumah ya," ucap dokter tersebut sembari merapikan alat-alatnya lagi.
"Syukurlah. Makasih ya, dok" ucapku sembari tersenyum.
"Prilly mana, Li?" tanya mama setelah dokter keluar dari ruangan.
"Eum.. dia lagi banyak tugas ma, jadi dia pulang dulu" ucapku sembari mengelus tangan mama.
"Kalian gak lagi berantem, kan?" tanya mama. Apa feeling ibu sekuat ini?
"Enggak ko, mama tenang aja" ujarku tersenyum lembut meyakinkan mama. Mama hanya mengangguk saja.
#####
"Kita mau ke mana, Li?" tanya Andin sembari menyalakan mobilnya. Memang tadi Andin menawarkan untuk pergi menggunakan mobil miliknya.
"Lah, kan lo yang ngajak, oneng!" ujarku.
"Ih, oneng-oneng. Enak aja lo kalo ngomong!" jawabnya sembari menatapku horror.
"Ya abis lo aneh. Lo yang ngajak jalan, lo yang nanya juga mau ke mana" ucapku sembari mencubit pipinya. Ahh, pipinya beda sama pipi Prilly. Pipi Prilly lebih berisi. Ahhh, gue jadi kangennn!
"Kenapa ngelamun lo?" tanya Andin yang tak ku sadari telah menjalankan mobil hitamnya.
"Gue kangen Prilly, Din. Daritadi chat gue gak dibales, telfon gak diangkat" ucapku sembari menyandarkan kepala di sandaran jok.
"Sabar, Li. Tiap hubungan itu pasti ada cobaannya buat nguatin cinta kalian. Gue yakin Prilly juga sama ko kaya lo, kangen sama lo" ucapnya bijak membuat aku tersenyum kecil kemudian mengusap kepalanya.
"Bijak amat buk, abis baca buku tentang percintaan ya?" ucapku terkekeh.
"Ih, lo mah. Dikasih tau jugaaa. Ini mau ke mana ih? Kaya orang bego aja kita keliling-keliling Jakarta" ucap Andin mendengus.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kenangan
RomanceLima tahun merupakan waktu yang tak singkat untuk melewati hari-hari ini tanpa kehadiran dirimu.