Chapter 6

6.8K 662 18
                                    

Kim Seokjin izin pulang lebih cepat hari itu dengan alasan tidak enak badan karena flu. Hari-hari berikutnya dia pun tidak muncul di sekolah. Sebagai satu-satunya orang yang melihat Seokjin menangis pada hari itu, Min Yoongi merasa khawatir pada ketidakhadiran gadis itu yang mendadak. Kekhawatirannya makin menjadi-jadi begitu ia melihat teman-teman Seokjin sama sekali tak terlihat cemas dengan keadaan teman mereka dan sekarang malah mengikuti Elise Northway kemana-mana.

Setelah mengetahui bahwa status Kim Namjoon sekarang single, sebagian besar populasi perempuan di Bangtan High School mulai mengincar laki-laki itu lagi. Namjoon-nya sendiri yang habis diputusi oleh pacarnya di hadapan seluruh murid Bangtan High School, bukannya terlihat kecewa ataupun depresi malah justru terlihat menikmati perhatian yang ditujukan padanya.

Yoongi menghela napas saat memberhentikan mobilnya di lampu merah, kemudian menyandarkan kepalanya pada setir. Sebenarnya ia tidak punya waktu untuk memikirkan Seokjin beserta masalah perempuan itu, karena dia sendiri punya masalah yang lebih gawat. Pipinya merona saat wajah tampan si 'masalah' muncul dalam benaknya.

Ya, tantangan bodoh yang Namjoon berikan untuk membuat Jimin jatuh cinta padanya kemudian mencampakkan pria itu. Namun Yoongi merasa lebih bodoh lagi karena menerima tantangan itu. Entah apa yang merasukinya ketika ia menghina Namjoon kemudian menyetujui tantangannya. Sehari setelah kajadian itu, Yoongi berkali-kali menemukan dirinya nyaris memohon pada Namjoon untuk melupakan apa yang diucapkannya tempo hari. Hanya harga diri-lah yang mencegahnya.

Sampai Namjoon tiba-tiba menghampirinya. Atau lebih tepat... mencegatnya.

Saat itu usai pelajaran terakhir dan Yoongi sedang bergegas menuju pintu keluar gedung SMA. Karena Namjoon biasanya selalu bergerombol bersama teman-temannya kemanapun, Yoongi nyaris tidak mengenali pria itu ketika dia sendirian bersandar pada tembok disamping pintu keluar.

"Ternyata kau sudah makin berani ya?" tanya pria itu tiba-tiba. Si gadis Min yakin napasnya hampir berhenti ketika mendengar suara Namjoon. Matanya dengan cepat melihat ke sekelilingnya dan menyadari bahwa gedung SMA sudah hampir sepi. Hanya ada dia dan pria itu di dekat pintu keluar.

Ia menegakkan badannya dan berjalan mendekati Yoongi. "Hanya karena Seokjin bersikap ramah padamu bukan berarti pandangan semua orang berubah padamu. Seokjin itu bodoh. Dia berpikir menggunakan hatinya, bukan otaknya. Jika pemerkosa memelas padanya, dia mungkin akan memberikan tubuhnya."

Yoongi tidak tahu mengapa ia merasa sangat marah saat Namjoon menjelek-jelekkan Seokjin. Beraninya bajingan ini... pikirnya.

"Jujur saja aku terkejut mendengar kau menerima tantangan itu. Maksudku seorang Min Yoongi? Pft!" Dia tertawa mengejek, "Setidaknya kau bisa membuat Youngjae bangga sekarang."

Yoongi menundukkan kepalanya. Tidak, Youngjae tidak akan bangga padanya. Sepupunya itu akan mengamuk jika tahu tentang perjanjian yang dibuatnya dengan si Kim Namjoon ini.

"Hmm let's see... Sekarang tanggal 31 Maret, tepat akhir bulan. Aku memberimu waktu untuk membuat Jimin bertekuk lutut sampai habis liburan paskah, kau mengerti?"

Yoongi terkesiap. Sama sekali tidak terpikirkan olehnya bahwa Namjoon akan memberinya batas waktu. "S-Sampai akhir April?"

"Ya. Jika kau tak kuberi batas waktu, sampai mati pun kita tidak akan tahu siapa yang menang."

Si gadis Min menimbang-nimbang dalam hatinya. Bisakah ia menjinakkan Park Jimin yang liar dalam waktu sebulan?

Namjoon berhenti di depan Yoongi, menyentuh dagu gadis itu dan mengangkat wajahnya. "Jika kau membatalkan ini ditengah jalan, aku akan memastikan kau hidup sengsara sampai kita lulus."

LAWLESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang