Minggu, 17 April.
9:57 A.M.
Ruang Kerja Min Sehun."Ayah memanggilku?" Yoongi mengintip dari balik pintu, dan menemukan ayahnya sedang berbicara dengan suara rendah bersama Youngjae sambil berdiri di dekat jendela. Min Sehun menoleh ke arah pintu saat mendengar suara putri sulungnya.
"Ya, Anakku. Masuklah." Ia berjalan ke arah sofa berlengan yang berada di dekat perapian di sisi ruangan. Ia memberi isyarat pada Youngjae untuk meninggalkan ruangan.
Yoongi masuk dengan takut-takut. Meskipun demikian ia tetap menyunggingkan senyum saat berpapasan dengan Youngjae.
Hari itu hari minggu, dan Yoongi sudah berencana untuk mengurung diri di kamarnya, memikirkan foto bermasalah yang ia dapatkan tadi malam. Namun ketika bangun pagi itu, Yoongi menemukan Chisa membawakan sarapan ke kamarnya beserta pesan bahwa ayahnya ingin berbicara dengannya setelah ia mandi dan menyelesaikan sarapannya. Yoongi kaget mendengar ayahnya sudah pulang. Mengingat kesibukan ayahnya, ia selalu berpikir bahwa ia tidak akan berangkat bersama ayahnya ke Daegu, melainkan bertemu dengannya nanti di sana untuk merayakan Paskah.
Sehun menepuk-nepuk tempat di sampingnya, mengisyaratkan pada Yoongi agar duduk di sampingnya. Si gadis menurut dan dengan canggung duduk di samping ayahnya. Ya, canggung. Sudah lama sekali sejak terakhir kali ia duduk di samping ayahnya seperti ini. Terakhir kali mungkin ketika Yoongi masih duduk di bangku SMP.
Ayahnya berdeham sebelum memulai, "Yoongi, adakah yang ingin kau bicarakan pada Ayah?"
Yoongi mengernyit, lalu menoleh melihat ke arah ayahnya. Salah satu alisnya terangkat.
Ayahnya adalah seorang pria dengan kepercayaan diri dan wibawa yang tinggi. Ia selalu memasang ekspresi tenang dan yakin seakan-akan ia adalah pemegang kendali atas semua hal. Jarang sekali ayahnya memasang ekspresi khawatir. Jarang sekali, mungkin bahkan tidak pernah. Namun saat itu Yoongi melihatnya...
Ada sebuah kerutan kecil di antara alis ayahnya.
"Aku...tidak mengerti maksud Ayah," jawab Yoongi tidak yakin.
"Yoongi, kita memang sudah lama sekali tidak melakukan pembicaraan seperti ini." Ia menghela napas, "Ayah memang sangat jarang berada di rumah dan tidak memenuhi peran Ayah sebagai kepala keluarga ini." Ia lalu menambahkan dengan bergumam, "Hal itulah yang membuat Ibumu pergi." Ia bersandar dan melihat ke langit-langit.
Yoongi tahu itu benar, dan memang selalu berpikir demikian. Namun mendengarnya langsung dari mulut ayahnya membuatnya hampir merasa kasihan pada ayahnya. "Ayah, apa Ayah punya sesuatu yang ingin dibicarakan denganku?"
Sehun menoleh lagi pada anaknya dan tersenyum lemah
Hati Yoongi langsung berbunga-bunga. Sudah lama sekali ia tidak melihat ayahnya tersenyum seperti itu padanya hingga ia tidak sadar betapa ia sangat merindukan senyum tersebut. Waktu masih kecil Yoongi sering sekali menggambar macam-macam untuk ayahnya hanya demi melihat senyum dan mendengar pujian dari mulut tersebut.
"Well...sebenarnya iya."
Yoongi kini duduk menyamping, menghadap ayahnya, untuk mendengarkannya dengan lebih seksama. "Apa itu, Ayah?"
"Aku mendengar banyak orang membicarakanmu...tentang pesta kemarin."
Jantung Yoongi nyaris berhenti. Orang-orang membicarakannya? Membicarakannya bagaimana? Apakah orang-orang bergosip tentang dia dan Jimin? Tapi bukankah wajar bila seorang remaja putri sepertinya bersama-sama seorang pemuda seperti Jimin? Apa yang perlu digosipkan? Apakah karena keluarga mereka? Namun yang paling penting adalah Yoongi mengutuki dirinya sendiri karena tidak memberitahu ayahnya soal pesta semalam. Sebelum pergi ia seharusnya memberitahu ayahnya lebih dulu. Dan lihat apa yang terjadi? Ayahnya mendengar ia datang ke pesta tersebut bukan dari mulutnya sendiri, melainkan dari mulut orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAWLESS
FanfictionMenjinakkan Park jimin yang liar mungkin sulit, namun jika berarti Namjoon akan berhenti menindasnya, Yoongi akan melakukannya. Hanya saja, dia tidak tahu kalau cinta selalu muncul disaat yang tak terduga YoonMin/MinYoon Gs!Yoongi [Remake ff Lawless...