Chapter 4

7.6K 755 37
                                    

Setelah pembicaraan yang menghancurkan hati dengan seorang wanita yang ia duga bernama Elise, Min Yoongi pun akhirnya kehilangan selera makannya dan langsung naik ke kamar tidur. Ia membutuhkan waktu kurang lebih setengah jam untuk menenangkan dirinya dan akhirnya berhasil menerima kenyataan bahwa Park Jimin memang laki-laki dangkal brengsek yang suka melanggar janji.

Dia memutuskan untuk langsung tidur malam itu. Namun ketika ia mau cuci muka, Yoongi ngeri melihat bayangannya sendiri di cermin. Rambut berantakan, mata sembap, hidung merah, dan wajah yang basah karena air mata. Merasa malu karena seseorang yang bahkan tidak memikirkannya melakukan ini terhadapnya, Yoongi pun akhirnya memutuskan untuk berendam air panas, dengan harapan setelah mandi ia akan melupakan segala hal yang terjadi hari itu.

Sehabis mandi, Yoongi mengolesi sekujur tubuhnya dengan lotion beraroma vanilla, lalu mengenakan baby doll yang sudah lama namun sangat nyaman dipakai. Ia tidak lupa meneteskan minyak marjoram pada bantalnya, agar ia bisa tidur nyenyak malam itu. Sebelum naik ke tempat tidur, Yoongi mematikan semua lampu kamarnya dan merasa lega karena kegelapan begitu menentramkan dirinya. Belum lagi otaknya sempat untuk berpikir macam-macam, Yoongi sudah jatuh tertidur. Ternyata minyak marjoram-nya benar-benar ampuh.

~(Lawless)~

Yoongi terbangun karena suara-suara seperti seseorang memindahkan perabotan melintasi lantai kayu yang keras. Ia mendengarkan lagi dengan seksama dan menyadari bahwa itu suara guntur. Sebentar lagi hujan, pikirnya. Ia melihat pada jam diatas meja samping tempat tidurnya, dan menyadari saat itu sudah lewat tengah malam. Tapi dia tidak peduli, ia turun dari tempat tidur kemudian berjalan melintasi kamar.

Jika ada satu hal yang paling dikagumi Yoongi di dunia ini, itu adalah hujan. Ia tidak tahu bagaimana mulanya, namun sejak Yoongi bisa mengingat, ia sudah sangat menyukai air. Waktu kecil ia senang bermain dibawah hujan, membiarkan tetesan-tetesan yang dingin itu menyejukkan wajahnya, membasahi dirinya, dan menghilangkan segala kecemasan yang dirasakannya. Ibunya dulu sering mengomelinya kemudian bercerita tentang bagaimana mengerikannya jika ia terkena pneumonia. Tapi Yoongi tidak mendengarkannya, karena kecintaannya pada hujan melebihi rasa takutnya pada pneumonia.

Yoongi tersenyum ketika melihat langit terbelah oleh sabetan kilat, kemudian ia memejamkan matanya dan menunggu datangnya suara guntur. Detik berikutnya, suara gemuruh terdengar menggocangkan kaca-kaca jendela diikuti dengan hembusan angin yang kencang. Si gadis Min membuka pintu kaca yang menghubungkan kamarnya dengan balkon diluar, membuat tirai-tirai jendela berterbangan.

Dahan-dahan pohon disekitar rumahnya meliuk-liuk karena tiupan angin yang akan membawa hujan. Angin juga menerbangkan rambut Yoongi yang panjang dan membuat baby doll yang dipakainya melekat erat pada tubuhnya. Ia melangkah keluar dan menghirup dalam-dalam aroma hujan yang datang mendekat.

Bukan, bukan hujan. Yang akan datang kali ini adalah badai.

Yoongi bersandar pada pagar balkon, mencondongkan tubuhnya sedikit, dan menikmati saat-saat sebelum badai menghantam bumi. Ketika titik-titik air pertama jatuh dan membasahi wajahnya, Yoongi tetap tidak bergeming dari tempatnya di pagar balkon. Sudah lama sekali sejak terakhir kali dia merasakan air hujan di wajahnya.

Kilat menyambar lagi, kali ini menerangi seluruh pekarangan rumah Min. Saat itulah Yoongi melihat sebuah mobil Range Rover hitam yang berhenti persis di depan gerbang rumahnya. Pemilik kendaraan itu kelihatannya sedang berdebat dengan salah seorang penjaga gerbang.

Yoongi tidak mengenal seorang pun di keluarganya yang mengendarai mobil seperti itu, dan siapapun yang mengendarakan mobil itu tidak mungkin teman Yoongi. Kalaupun itu ayahnya dengan mobil baru, tidak mungkin penjaga gerbangnya terlihat bersikeras tidak mau mengizinkan mobil itu masuk. Yoongi menyipitkan matanya dan berusaha melihat siapapun itu yang duduk di kursi pengemudi. Namun karena jaraknya yang terlalu jauh, usahanya sia-sia.

LAWLESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang