Chapter 28

4.6K 554 67
                                    

Senin, 18 April
12:21 P.M.
Dengan Choi Minho.

Minho menutup buku di tangannya saat ia melihat mobil hitam yang besar tersebut parkir beberapa meter dari tempatnya duduk.

Hari itu adalah hari pertama liburan paskah dan Minho berniat mengajak seorang gadis berambut pirang makan siang di sebuah restoran meksiko yang selama beberapa minggu ini selalu ia lewati namun tak pernah ia masuki. Karena sedang libur sekolah, gadis berambut pirang tersebut mendedikasikan seluruh waktunya di toko bunga miliknya. Dari hasil pengamatannya selama ini, toko tersebut memiliki cukup pegawai yang membuat gadis itu sebenarnya tidak perlu bekerja di sana. Kehadiran gadis itu di hari-hari yang tidak menentu membuat Minho menebak bahwa bunga pasti adalah hobi si gadis. Hobi yang sangat disukainya.

Sebenarnya, mengajak seorang gadis makan siang bukanlah hal yang sulit. Kau hanya tinggal menelepon atau mengirimnya SMS atau mendatangi rumahnya dan mengutarakan tujuanmu. Kalau dia bersedia kalian bisa langsung pergi, kalau tidak, ya kau tinggal membuat janji di waktu yang tepat.

Sayangnya bagi Choi Minho tidak semudah itu.

Ia menghabiskan banyak waktunya di kafe di depan toko bunga Seokjin, berusaha mengumpulkan keberanian untuk menyeberang jalan dan menghampiri gadis itu. Membeli satu tangkai atau satu buket bunga kemudian mengajaknya mengobrol. Namun Minho selalu menemukan dirinya kembali duduk di kursinya dan menatap gadis itu lebih lama.

Minggu-minggu sebelumnya Minho tak pernah membawa buku dan yang ia lakukan saat duduk di situ hanyalah mengamati setiap gerakan Kim Seokjin seperti seekor elang. Namun belakangan ini ia menyadari bahwa dirinya terlihat seperti seorang penguntit. Maka ia pun mulai membawa buku agar ia tidak terlihat terlalu mencurigakan.

Saat itu pukul dua belas lewat. Beberapa menit lagi Kim Seokjin harusnya keluar toko dan bersama dua orang pegawai perempuannya berjalan ke kedai ramen favoritnya. Minho berniat mencegatnya sebelum dia keluar toko dan mengutarakan tujuannya hari itu. Namun bukannya berdiri dan menyeberang ke toko tersebut, Minho malah duduk di sana, memelototi sebaris kalimat tak bermakna di bukunya seperti orang tolol. Dalam hati ia terus-terusan membuat skenario tentang yang akan dikatakan Seokjin saat berbicara dengannya. Apakah ia akan menganggapnya aneh? Atau mungkin dia akan menganggapnya penguntit karena tiba-tiba muncul di situ?

Tetapi ketika mobil hitam yang besar tersebut berhenti tak jauh dari hadapannya, pikiran Minho buyar dan dia langsung menurunkan bukunya.

Ia mungkin akan tetap bergelut dengan pemikiran bodohnya seandainya ia tidak mengenali pemilik mobil tersebut.

Park Jimin.

Minho menyipitkan mata saat pemuda berambut merah itu turun dari mobil. Meskipun saat itu musim semi, namun matahari siang itu bersinar tanpa ampun, membuat sebagian besar orang yang beraktivitas di luar rumah mengenakan kacamata hitam mereka. Termasuk Minho dan Jimin. Ia melihat saat lelaki itu menyeberang jalan, lalu menghampiri Seokjin yang kebetulan sedang merangkai pesanan sebuah buket untuk seorang pemuda di meja panjang di depan tokonya. Ia berdiri di sana menunggu Seokjin menyelesaikan urusannya. Kedua tangannya terlipat dan ia terlihat tidak sabar.

Bagi Minho, Park Jimin bukanlah ancaman seperti Kim Namjoon. Ia tahu betul bagaimana hubungan Jimin dan Seokjin. Mereka hanyalah teman yang memiliki beberapa kelas bersama-sama dan terkadang makan siang di meja yang sama. Minho juga tahu siapa saja gadis yang dekat dengan Jimin, atau mencoba untuk dekat dengannya. Mungkin dia terdengar seperti penguntit sungguhan. Namun itulah yang ia dapat dengan selalu bersembunyi dari pengelihatan orang lain dan mengamati orang-orang dari belakang.

Minho tidak sadar saat ia mengeluarkan uang dan meletakkannya di bawah gelas es teh di hadapannya. Ia lalu meninggalkan kafe tersebut dan menyeberang jalan menuju toko bunga Seokjin. Pada dasarnya Minho bukanlah orang yang suka ikut campur urusan orang lain. Namun apabila hal tersebut menyangkut Kim Seokjin, ia membuat pengecualian. Ia sebenarnya sadar bahwa dengan menguping pembicaraan Jimin dan Seokjin (yang sepenuhnya bermotif rasa ingin tahu), level penguntit-nya baru saja naik satu tingkat. Namun Minho tahu bahwa ia terkadang menemukan dirinya melakukan hal-hal di luar akal sehat apabila Kim Seokjin terlibat di dalamnya.

LAWLESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang