Chapter 22

5.7K 573 22
                                    

"Dua puluh lima koin."

Sebatang rokok terselip di bibir Kim Namjoon saat ia merogoh dompetnya untuk mengeluarkan beberapa lembar uang tunai.

"Sepuluh ribu won." Perempuan di meja kasir arcade tersebut menjawab dengan bosan sambil meletakkan dua puluh lima koin yang diminta si rambut hitam. Mulutnya mengunyah permen karet sementara matanya tertuju pada permainan spider solitaire yang ada di layar komputer di hadapannya.

"Shit." Namjoon mengumpat saat tak menemukan lembaran sepuluh ribu di dompetnya. Ia belum ke ATM dan di dompetnya hanya ada uang lima ribu. Untungnya tak jauh dari arcade tersebut ada sebuah mesin ATM. "Hei, aku kehabisan tunai. Aku ke ATM dulu."

Perempuan tersebut-masih tidak melihat ke Namjoon-hanya mengangkat bahu dan menjawab, "tentu saja, kawan."

Namjoon memutar mata, kemudian berbalik dan hendak meninggalkan tempat itu.

Hanya saja langkahnya terhenti ketika melihat orang yang sedang mengantri di belakangnya.

"Hai," Jeon Jungkook mengangkat tangan kanannya. Kemudian menepuk bahu pemuda di hadapannya. "Kubayarkan saja dulu."

Karena sudah memegang dompetnya sejak tadi, Jungkook langsung menarik keluar dua lembaran sepuluh ribu, dan menyodorkannya pada si penjaga kasir. "Tambah dua puluh lima koin lagi."

Namjoon memperhatikan gadis di depannya. Ia sebetulnya kaget bertemu dengan Jungkook di tempat itu. Pengunjung arcade tersebut sebagian besar laki-laki. Jika ada perempuan pun pasti mereka adalah janda pemabuk atau lansia yang tak punya kegiatan lain pada akhir pekan tersebut. Bukan perempuan modis berambut Coklat dengan jaket dan sepatu boots dari kulit ini.

Setelah transaksinya selesai, Jungkook berbalik dan memberikan setengah koinnya pada Namjoon.

"Pertama kali kesini?" tanya Namjoon pada si rambut coklat saat mereka berjalan menjauhi meja kasir.

"Tidak. Aku sudah kesini sejak SMP." Kedua orang itu berjalan ke arah mesin yang sama. "Tapi tak pernah jam segini."

"Pantas kita tak pernah bertemu. Mau duel?" tantang Namjoon saat menyadari bahwa mereka berniat memainkan permainan yang sama.

"Yang kalah harus membeli soda." Jungkook mengedipkan sebelah matanya.

Namjoon mendengus. Yang benar saja.

Setengah jam dan lima permainan kemudian. Namjoon merasa seperti baru saja ditelanjangi di depan umum. Dari lima game, kelima-limanya dimenangkan oleh Jungkook!

Gadis itu tersenyum penuh kemenangan saat melihat wajah tak percaya Namjoon. "Sudah kubilang, aku sering kesini sejak SMP."

Namjoon menghembuskan napas kesal. Kemudian menarik keluar sebatang rokok baru dan menyalakannya. "Baiklah, baiklah. Kau mau soda apa?"

Si rambut coklat malah tertawa ringan. "Aku cuman bercanda. Jangan dianggap serius. Aku kesini bukan untuk mengalahkan orang-orang dan membawa pulang soda gratis."

"Aku juga tidak."

"Hei, kau mau main racing game?" Ya, Namjoon mau. Tapi tidak bersama perempuan itu. Dia datang kesana malam itu bukan untuk bersenang-senang dengan salah seorang teman sekolahnya. Ia ingin sendirian. Tapi bahkan sebelum dia bisa menjawab, Jungkook sudah lebih dulu menarik tangannya. "Oh, kau berpikir lama sekali."

Namjoon melepaskan tangannya dari Jungkook. "Hei. Aku kesini bukan untuk bermain bersamamu."

"Tapi aku yang membelikan koinmu." Dia mengangkat bahu. "Jadi wajar saja kalau kau menemaniku sekarang."

LAWLESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang