Chapter 3

6.6K 793 24
                                    

"... jadi mengingat bahwa kau sama sekali tidak bisa dipercaya untuk menjaga dirimu sendiri, aku dan Jong in memutuskan untuk menyewa seseorang untuk tinggal disini. Jangan khawatir, dia bukan gadis murahan seperti gadis-gadis yang selalu kau bawa kesini. Anaknya baik, dan kami akan memberinya uang dengan jumlah yang pantas. Kalau kau mau melihat tampang anaknya, aku punya dokumennya disini," gadis pirang itu menyelesaikan ceramahnya, kemudian meletakkan dokumen yang dimaksudnya di atas meja kopi di ruangan adiknya itu. Menyadari bahwa si adik sama sekali tidak mendengarkannya, ia menghela napas kemudian dengan nada yang lebih keras memanggil nama adiknya, "Park Jimin, apa kau mendengarkanku?"


"Hn." jawab Jimin singkat. Cowok berambut merah itu hanya setengah mendengarkan kakaknya. Konsenterasinya sepenuhnya berada pada Pokemon Platinum yang sedang ia mainkan di Xbox-nya. Meskipun sesekali ia akan mem-pause game itu untuk meneguk smirnoff disampingnya.

Ji Eun menghela napas sekali lagi. Jika saja adiknya memperhatikannya seperti ia memperhatikan Pokemon-entah-apa-itu, dunia pasti akan menjadi tempat yang lebih baik.

"Kalau begitu apa yang barusan kukatakan?"

"Tentang kau dan Jong in yang harus pergi ke luar negeri untuk pekerjaan..." jawabnya sambil lalu, kemudian mencomot tiga batang pocky dari mangkok diantara botol-botol smirnoff.

"Kau benar-benar tidak mendengarkan." Ji Eun menyerah dan menjatuhkan dirinya ke atas sofa empuk yang berwarna maroon dibelakangnya.

Kakak beradik itu sedang berada di ruangan yang Jimin sebut sebagai game room, karena disanalah Jimin menghabiskan waktunya untuk bermain game. Karena Jong in sudah pergi duluan ke Roma pagi itu, si kakak tertua-lah yang mendapat tugas memberitahu adik mereka tentang sitter barunya. Ketika Ji Eun datang sore itu, ia senang karena pelayan mengatakan adiknya berada di rumah, dan tidak kabur entah kemana bersama teman-temannya. Namun ekspresi senang di wajah Ji Eun langsung berubah menjadi jengkel begitu melihat adiknya sedang main Xbox, dan masih mengenakan seragam sekolahnya. Begitu adiknya sedang main dengan benda itu, dia rasanya berada di dunia lain dan sulit diajak bicara.

Disinilah dia sekarang, dengan lengan menutupi matanya, menyerah setelah tiga kali mencoba memberitahu adiknya tentang seorang pengawas yang disewa oleh dia dan Jong in yang akan tinggal di rumah itu selama mereka pergi ke luar negeri untuk urusan bisnis. Mereka berdua sempat khawatir dengan adiknya yang akan bebas sebebas-bebasnya begitu mereka pergi. Tapi ketika Kyungsoo, pacarnya Jong in mengatakan bahwa ia punya kenalan yang punya usaha menyalurkan baby-sitter, Jong in dan Ji Eun pun tertarik. Adik mereka memang bukan baby lagi, tapi karena kenalannya Kyungsoo itu bilang mereka juga punya orang untuk mengawasi anak remaja, Park bersaudara itu pun langsung menyewa jasa mereka.

Tapi... Ji Eun melihat kembali ke arah adiknya yang masih serius dengan Pokemon-nya, kalau anak itu tidak mau mendengarkan kakaknya, bagaimana ia mau mendengar orang lain?

Pikiran Ji Eun kemudian buyar ketika terdengar ketukan dari luar game room itu, dan masuklah seorang pelayan muda dengan telepon di tangannya. "Maafkan saya Mistress Ji Eun, Master Jimin," Ia membungkuk hormat pada kedua orang di ruangan itu, "Seseorang ingin bicara dengan Master Jimin di telepon."

"Bilang aku tidak bisa diganggu." jawab Jimin otomatis. Namun Ji Eun langsung menyela.

"Tunggu. Siapa yang mencari Jimin?"

"Seorang gadis."

"Apa dia punya nama?"

"Ya. Namanya..." Pelayan itu terdiam sebentar untuk mengingat, "Min Yoongi."

Alis Ji Eun terangkat, dan perlahan-lahan ia menoleh ke adiknya. "Seorang Min?"

Jimin menekan tombol pause lagi dan untuk pertama kalinya sejak Ji Eun datang, ia melihat ke arah kakaknya, dan seketika tidak suka dengan ekspresi di wajah wanita itu. Rasanya seperti dia merencanakan sesuatu. "Jangan berpikir macam-macam. Aku tidak kenal."

LAWLESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang