Chapter 14

6K 586 6
                                    

Hal pertama yang Seokjin sadari begitu ia terjaga adalah rasa pegal yang amat sangat pada seluruh badannya, terutama lehernya. Butuh beberapa detik baginya untuk mengingat dimana ia berada saat itu dan apa yang terjadi semalam. Tak heran kalau lehernya sangat sakit, ternyata semalaman ia tertidur dengan posisi duduk.

Seokjin meregangkan seluruh tubuhnya seperti seekor kucing sebelum berdiri dari sofa berlengan tempatnya menginap semalaman dan menguap lebar-lebar. Ia kemudian menghampiri ranjang yang terletak di tengah-tengah ruangan dan duduk di pinggirnya, mengamati si pria pemilik kamar yang sekaligus juga merupakan orang yang menyebabkannya berada di posisinya sekarang.

Kim Namjoon.

Seokjin menghela napas. Tanpa sadar jari-jarinya menyingkirkan helai-helai rambut yang jatuh menutupi mata Namjoon. Pria itu terlihat begitu polos dan damai saat tertidur. Ia terlihat lebih gampang dicintai. Berbeda sekali kalau ia sudah terbangun.

"Selamat pagi," Seokjin bergumam pelan. Tak mau membangunkannya.

Setelah beberapa saat duduk disana sambil memainkan rambut Namjoon, Seokjin pun memutuskan ia harus pulang. Ia memang sudah memberitahu orang tuanya bahwa ada kemungkinan ia tak akan pulang semalam, dan kalau ia tak pulang artinya dia menginap di rumah Zitao. Tapi karena suatu kejadian yang tak terhindarkan di malam sebelumnya, Seokjin berakhir di rumah keluarga Namjoon. Ia merasa tidak enak kalau harus berbohong pada orang tuanya lagi.

Maka dengan hati-hati tanpa menimbulkan suara sedikitpun, Seokjin mengumpulkan barang-barangnya dan mengendap-endap keluar dari kamar. Begitu ia sudah aman berada di luar, ia memastikan pintu kamar Namjoon terbanting tertutup dengan pelan, sebelum melanjutkan perjalanannya keluar dari rumah tersebut.

Hanya saja, niat tersebut gagal. Karena begitu ia berbalik, ia langsung berpapasan dengan pria yang merupakan versi lebih tua dan berambut lebih rapih dari Namjoon.

Kim Junmyeon.

Dia tersenyum hangat saat melihat Seokjin yang baru keluar dari kamar adiknya. Dengan baju serta rambut berantakan, ia hanya tinggal menambahkan satu dengan satu dan mengambil kesimpulannya sendiri.

"Selamat pagi, Seokjin." sapanya ramah.

Wajah Seokjin sontak memanas, dan ia cepat-cepat membungkuk untuk menunjukkan kesopanannya. "S-Selamat pagi, Junmyeon oppa."

Sial! Kupikir dia ga ada di rumah!

"Namjoon sudah bangun?" Ia menatap pintu kamar yang barusan ditutup Seokjin.

"Belum." Gadis itu menggeleng, membuat Junmyeon menaikkan sebelah alisnya penasaran.

"Benarkah? Tidakkah kau mau menunggunya sampai terbangun? Mungkin dia mau mengantarmu."

Seokjin tertegun mendengar kalimat Junmyeon. Apakah dia tak tahu mengenai status hubungan Seokjin dengan adiknya sekarang? Mereka sudah tak lagi pacaran. Atau jangan-jangan...

"N-Namjoon kelihatannya lelah sekali. Aku bisa pulang sendiri naik taksi." Seokjin berusaha mengelak dengan sopan. Jangan-jangan Kim junmyeon belum tau kalau ia sudah putus dengan adiknya. Seokjin tak ingin menjadi orang yang menyampaikan berita itu padanya. Itu adalah tugas Namjoon. Bisa-bisa ia dihantui kekecewaan Junmyeon bila ia memberitahu pria itu. Biar saja Namjoon yang menanggung rasa bersalahnya.

Kim Junmyeon adalah salah satu orang di dunia ini yang paling mendukung hubungan Seokjin dengan Namjoon. Alasannya Seokjin tidak tahu. Tapi sejak kali pertama Seokjin mengenal Namjoon, Seokjin juga mengenal kakaknya. Kakaknya adalah seorang pekerja keras. Ia adalah seorang multi-jutawan muda yang menjadi incaran banyak wanita-wanita kaya. Muda, tampan, cerdas, kaya, siapa yang tak mau dengannya? Yang membuat Seokjin bingung adalah mengapa orang itu masih belum beristri sampai sekarang.

LAWLESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang