Chapter 5

7.1K 693 23
                                    

"Well, well... Min Yoongi..." Namjoon bertepuk tangan begitu Jimin meninggalkan ruangan, diikuti oleh Yo Ra yang mengaku ia harus menelepon seseorang.

Si gadis Min menyipitkan matanya, jijik mendengar Namjoon memanggil namanya dengan nada manis yang dibuat-buat itu. Meskipun begitu, Yoongi tetap tidak berani membalas tatapan-nya. Ia terlalu malu setelah apa yang cowok itu saksikan di dapur ini.

"Siapa sangka kalau ternyata kau juga bisa jatuh pada pesonanya Jimin?" Ia berjalan mendekati Namjoon. "Seorang Min Yoongi yang suci membiarkan dirinya digerayangi oleh seorang playboy! Hah!" Yoongi mengabaikannya, berbalik dan berpura-pura mengecek oven yang masih memanggang cookies-nya.

"Nah, sekarang jangan sombong begitu mentang-mentang kau habis bermesraan dengan Jimin," Bahu Yoongi menegang ketika merasakan pria itu berdiri dibelakangnya. "Kau pikir hanya kau satu-satunya perempuan yang pernah digerayangi Jimin di dapurnya?" sindirnya tajam.

Wajah Yoongi memerah membayangkan Jimin bermesraan dengan perempuan lain di meja tempat Jimin habis menciumnya tadi. Dadanya sesak memikirkan bahwa dirinya hanyalah satu dari sekian banyak perempuan yang pernah dicium Jimin.

Namjoon tertawa kecil melihat bahu Yoongi yang bergidik. "Sebetulnya aku juga tidak tahu apa dia pernah menggerayangi cewek di dapurnya. Ini yang pertama kali aku memergokinya. Tapi aku jamin banyak perempuan yang sudah menghangatkan tempat tidurnya."

Yoongj terbelalak. "A-Apa maumu N-Namjoon?"

"Apa yang sebenarnya kau lakukan disini?" Namjoon memutar badan Yoongi agar gadis itu menghadap ke arahnya.

Yoongi yang masih tidak berani melihat Namjoon, hanya bisa melihat ke bawah menghindari tatapan angkuh cowok itu. "A-Aku... mengerjakan tugas home ec."

"Tanpa celana?" Dia tertawa keras, "Yoongi... Yoongi... Kau seperti baru saja mengakui betapa murahannya kau."

Mendengar kata 'murahan', kepala Yoongi langsung tersentak, "A-Aku tidak murahan!"

Namjoon tiba-tiba menyeringai padanya, seakan-akan sebuah bola lampu baru saja menyala dalam benaknya. "Benarkah? Seluruh tindakan serta ucapanmu mengatakan sebaliknya. Kau tahu aku bisa melihat tempat dimana Jimin mengisap payudaramu tadi."

"K-Kau terlalu vulgar!" Yoongi menjauh dari Namjoon menuju bak cuci piring dan berpura-pura mencuci beberapa gelas kotor yang ada di bak itu, meskipun sebuah mesin cuci piring jelas-jelas berada disampingnya.

"Akuilah Yoongi. Aku mendengar eranganmu saat Jimin menggerayangimu tadi, dan dari suaramu aku tahu kau menyukainya. Kau menyukai Jimin, kau sama saja seperti pacar-pacar Jimin yang lain... Murahan." Sesuatu yang hangat dan basah tiba-tiba menempel di leher Yoongi, membuat gadis itu terlonjak. Begitu sadar bahwa benda itu adalah lidahnya si Kim Namjoon, secara otomatis tangan Yoongi langsung melempar sebuah mangkok melanin dari bak cuci piring ke arah pria itu. Yoongi merasa frustasi ketika mangkok itu tidak mengenainya dan malah jatuh dengan berisik ke lantai, membuat pria itu tertawa.

"A-Aku tidak m-menyukai Jimin."

"Benarkah?" Seringai Namjoon makin lebar mendengar pernyataan gadis itu. Si Min Yoongi baru saja masuk ke dalam perangkapnya. "Kalau begitu buktikan."

Yoongi menatapnya dengan pandangan bingung. Bagian mana dari kata 'tidak' yang tak dimengerti si Kim ini? pikirnya.

"A-Apa maksudmu?" Merasa bahwa Namjoon akan mengatakan lebih banyak omong kosong, Yoongi berbalik dan menghampiri meja dapur, berusaha membereskan bahan-bahan kue yang tadi dia dan Jimin gunakan.

"Sederhana. Buat Jimin jatuh cinta padamu, buat dia memohon-mohon padamu agar kau mau jadi pacarnya. Dan saat itu terjadi, kau kabulkan permintaannya, kemudian kau campakkan dia. Campakkan dia seperti kau mencampakkan mangkok melanin tadi."

LAWLESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang