Chapter 12

6K 588 10
                                    

Suara dengkuran halus dapat terdengar dari kedua orang yang sedang tertidur pulas di ranjang king-size tersebut. Mereka berdua membentuk huruf 'T' diagonal. Kepala si laki-laki berbantalkan perut si perempuan. Sebuah kipas angin yang menempel di langit-langit mengirimkan deru suara serta angin lembut yang melelapkan kedua orang tersebut. Tirai yang menutup jendela raksasa di kamar tersebut masih tertutup rapat, menghalangi sinar matahari masuk, membuat kedua orang itu tak tahu-menahu bahwa pagi telah tiba dan mereka berdua harus bangun untuk menghadapi... realita.

Bunyi getaran lembut yang diikuti oleh irama ringtone berisik dari sebuah telepon genggam mendadak terdengar dari meja di samping tempat tidur dan mengganggu ketenangan pagi itu.

Si perempuan-lah yang pertama kali mendengar bunyi menjengkelkan tersebut. Ia menemukan dirinya menggeliat di tempatnya serta sedikit meronta-ronta akibat 'suatu' benda berat yang menahan perutnya. Matanya masih setengah tertutup, namun ia cukup sadar untuk merasakan denyutan hebat yang berdentum-dentum di kepalanya. Suara ringtone handphone yang membangunkannya tak menolong sakit kepalanya. Bunyi itu membuat denyutannya makin parah.

Sambil mengerang tangannya berusaha mencari-cari handphone berisik tersebut. Begitu ia mendapatkannya, ia langsung menekan tombol reject tanpa melihat terlebih dahulu siapa yang meneleponnya.

Dan saat itulah ia sadar.

Kedua mata Terangnya terbuka lebar saat ia mengamati handphone di tangannya dengan seksama. Walaupun jenis handphone itu sama dengan punyanya, tapi barang itu bukan miliknya! Ringtone-nya jelas-jelas berbeda!

Lalu... milik siapa?

Dia meletakkan Blackberry tersebut di sampingnya. Bukan hanya handphone, ranjangnya pun terasa asing. Sejak kapan springbed-nya berubah jadi waterbed?

Mengabaikan kepalanya yang berdenyut-denyut, gadis itu pun mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar tempatnya berada. Ini jelas sekali bukan kamarnya. Kamarnya tidak sebesar ini dan jelas-jelas tidak menggunakan kipas angin! Kamarnya menggunakan AC!

Ia terkesiap saat 'benda' yang sejak tadi mengganjal perutnya tiba-tiba bergerak. Pandangannya otomatis turun untuk melihat benda tersebut. Ia menahan jeritan kaget yang hampir keluar dari tenggorakannya saat melihat pria berambut merah itu tertidur pulas dengan berbantalkan perutnya. Pikirannya serta merta menjadi liar. Berbagai hal buruk mengenai apa yang mungkin ia lakukan dengan lelaki ini di malam sebelumnya menyerang benaknya.

Saking paniknya, Yoongi merasa jantungnya hampir keluar lewat mulutnya.

Butuh beberapa menit bagi gadis itu untuk menenangkan diri. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum menghembuskannya perlahan-lahan. Mungkin saja sesuatu yang buruk tidak terjadi karena sesuai penglihatannya, lelaki itu masih berpakaian, sementara dirinya sendiri masih memakai pakaian dari malam sebelumnya.

Lalu... apa yang terjadi?

Si gadis menyerah mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Mengingat hanya membuat kepalanya makin sakit. Karena itulah ia kembali membaringkan kepala pada bantal di belakangnya sambil menatap wajah lelaki yang masih pulas di atas perutnya. Kalau saja ia sedang tidak berada dalam situasi seperti ini, ia mungkin akan tersenyum melihat mulut si lelaki yang terbuka sedikit. Sama sekali tak terlihat seperti dirinya sehari-hari. Saat tertidur seperti ini laki-laki itu terlihat polos dan... menggemaskan.

Wajah si gadis sontak memanas.

"J-Jimin..." Ia berbisik lembut. Ia sudah memutuskan, kalau dia sendiri tak tahu apa yang terjadi semalam, mungkin cowok itu tahu. "Jimin..." cobanya lagi.

Lelaki itu tetap bergeming. Maka si gadis bermata Coklat terang pun mulai mengguncang kepalanya. "Jimin..." bisiknya lagi. Ia takut apabila ia meninggikan suaranya, cowok itu mungkin akan terbangun karena kaget. Dan dari pengalaman, si gadis tahu bahwa terbangun karena kaget bisa membuat seseorang menjadi sangat kesal dan menyebalkan.

LAWLESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang