"Oh, sudah bangun?"
Saat aku membuka mata, pemandangan yang kulihat benar-benar aneh. Aku melihat Jane, dengan tank top dan celana pendek. Ia di kamarku dengan vacum cleaner dan yang lebih aneh, ada apa dengan sapu tangan yang ia gunakan di kepalanya? Kenapa ia menggunakan style yang sama seperti Mom saat bersih-bersih?
Apalagi dengan roti yang tersangkut di mulutnya. Sungguh itu gayanya Mom, makan sambil bersih-bersih.
"Jangan cuma memandangku dong, aku sangat butuh bantuan." Jane menggeser benda itu seolah kesurupan, "Aku akan telat, ya Tuhan, cucian kemarin belum kujemur! Oh, sial, bahkan aku belum belanja!" lalu ia memekik pelan, "Harusnya Mom disini!!"
Aku masih setengah sadar saat aku menjawabnya. "Kenapa kau buka gordennya?"
Jane melemparkan bonekaku yang jatuh di lantai dan itu tepat mengenai wajahku. "Untuk apa lagi? Supaya kau cepat bangun." Mulutnya sedang dipenuhi roti tapi masih saja ia berceloteh. "Aku heran. Kau sudah minum obatmu, belum? Kenapa tidurmu masih lama?"
Aku merengut, tapi aku menunjuk-nunjuk roti yang menjuntai di mulutnya. Ketika ia sedang di dekat ranjangku, ia memajukan badannya ke arahku jadi aku bisa mengambil setengahnya.
"Kau harusnya sudah terbiasa denganku, Jane." Aku berkata santai, kemudian mulai memakan roti itu. "Akan kujemur setelah mandi, tenang saja."
"Tidak, tidak. Jangan keluar rumah lagi, Alice. Aku tidak mau melihatmu tidur di halaman lagi."
Sebenarnya, setelah malam perpisahan itu, aku tidur tidak cukup lama dan itu sangat menjengkelkan. Aku tidur 2 hari dan kemudian Jane sudah menyuruhku ini-itu. Jadi ceritanya entah di hari ke berapa, saat itu sebelum pergi ke kampus, Jane menyuruhku membersihkan daun-daun di halaman, tapi ia berkata kalau ketika pulang ia melihatku sudah berselimut daun-daun di halaman.
Dia bilang saat itu ia benar-benar syok karena aku terlihat kedinginan dan mungkin saja hampir mati. Tapi aku juga sudah lupa, jadi aku tidak begitu perduli.
"Ayolah Jane, kenapa kau sewot sekali, sih? Lagipula aku yang mencucinya kemarin."
"Ya, kau cuci itu kemarin tapi kau juga tidur saat melakukannya."
"Astaga, Jane. Itu karena kau menyuruhku melakukannya pagi-pagi sekali kemarin! Wajar saja jika aku tidur."
"Ya, dan kau baru bangun pagi ini. Benar-benar wajar, Alice."
Aku memutar bola mataku sambil meniup poniku. Saat aku ingin membalas perkataannya, Jane sudah lari ke kamarnya dan tak ada henti-hentinya menyumpah karena ia sudah terlambat.
Aku turun dari ranjangku dan menuju ke kamarnya, tapi ia menguncinya dari dalam. Tapi sumpah demi apapun, sepertinya di dalam sana sudah terjadi gempa karena selain suara teriakan panik milik Jane, aku mendengar suara benda berjatuhan berulang kali.
"Kalau kau sangat butuh bantuan, harusnya kau membiarkanku melakukannya." Aku berteriak sambil menggedor pintunya, namun ia tak megindahkanku sama sekali.
Entah berapa detik setelah aku mengatakan itu, Jane membuka pintu buru-buru dengan roll rambut di poninya yang ungu.
"Oke." Ia mengatakannya sambil menuruni tangga dengan cepat dan aku di belakangnya. "Kalau kau mau jemur, jemur saja. Aku juga sudah tidak sempat lagi."
Aku menatap punggungnya tidak percaya. Cepat sekali ia mengubah keputusan.
"Oh, tapi lanjutkan dulu apa yang kulakukan tadi. Oh, jangan lupa siram mawar-mawarnya Mom, sudah tiga hari tidak kusiram,"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sleeping Beauty
Teen FictionIni cerita tentang Alice. Gadis berumur 16 tahun yang mengidap penyakit Syndrom Kleine-Levin. Kau tahu? itu penyakit langka. Kau bisa tertidur selama berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Tapi, suatu hari, ketika ia terbangun, ia be...