“Mom?”
Berkeringat, bau, dan berantakan. Hal-hal seperti ini selalu kurasakan setiap kali aku terbangun. Aku bahkan tidak bisa menerka berapa hari aku tertidur. Dan aku tidak mau tahu, sangat jijik membayangkan kau tertidur hingga beberapa minggu dan tidak mandi sama sekali.
Tapi sekarang ini aku punya masalah.
Yang aku ingat, aku tertidur di mobil karena tidak tahan menunggu Mom menebus obat. Ketika mobil itu berjalan, aku sudah tidak tak tahu apa yang terjadi. Sekarang ketika aku bangun, aku nyaris tidak ingin turun dari tempat tidur ini.
Ini bukan kamarku.
Tadinya aku berpikir Mom merenovasi kamarku untuk mengganti suasana. Tapi ini benar-benar berbeda. Tidak ada satupun perabotan dikamar ini yang kukenal. Aku turun dari ranjang, mendekat ke jendela dan membuka tirainya. Ada hal yang benar-benar harus aku pastikan.
Dan benar saja. Ini memang bukan kamarku.
Bahkan ini bukan rumahku. Sejak kapan halaman rumahku teradapat banyak bunga?! Oh, yang benar saja, Mom tidak suka berkebun.
“Mom, Dad?” Suaraku benar-benar parau. Aku benar-benar takut bahkan sudah menangis. Seingatku semuanya berjalan normal-normal saja, tapi kenapa aku bisa tersesat sampai dirumah orang begini?
Aku membuka pintu kamar dengan hati-hati. Ternyata benar, bukan hanya kamarku dan halamannya saja yang berbeda, seluruh isi rumah ini benar-benar berbeda.
Tenang, Alice, tenang. Mungkin saja Mom dan Dad memutuskan untuk pindah rumah.
Aku menoleh kekanan dan kekiri untuk memastikan arah mana yang akan kuambil. Ternyata, setelah ku teliti, aku berada di lantai dua rumah ini. di sebelah kananku ada dua pintu dan disebelah kiriku ada tangga menuju lantai bawah. Mungkin aku akan menemukan mereka di lantai bawah, jadi akhirnya aku lebih memilih arah kekiri.
“Jane?” panggilku sekali lagi. Bukan memanggil, tapi berbisik lebih tepatnya. Rumah ini teralu sepi dan sedikit… menakutkan. Tidak ada respon, yang kudengar hanya suara langkahku sendiri yang turun ditangga ini.
“Mom, Da—”
“Oh, kau sudah bangun rupanya,” tubuhku menegang. Kakiku berhenti menuruni tangga. Tidak. Aku bahkan sama sekali tidak mengenali suara yang memotong ucapanku barusan. Satu-satunya laki-laki di keluarga kami hanya Dad, dan suara Dad tidak mungkin berubah menjadi seperti remaja. Dad sudah 50 tahun lebih. Aku tahu persis itu.
Dengan keringat dingin yang bercucuran, aku berbalik. Menatap seseorang yang berdiri diujung atas tangga. Laki-laki itu terlihat seumuran denganku, bahkan, dari tempatku berdiri aku bisa melihat warna matanya yang biru itu ketika ia menyipitkannya kearahku.
“Err, kau, siapa?” Tanyaku dengan suara bergetar. Laki-laki itu menaikkan sebelah alisnya. “Harusnya aku yang bertanya, kau siapa? Kenapa kau bersembunyi di jok belakang mobil kami?”
Apa?
“Maaf, tapi aku tidak pernah masuk ke dalam mobilmu.” Sergahku cepat. Ia langsung terkekeh. “Jangan bodoh, kau bahkan tidur dimobil kami.”
Dahiku berkerut. Apa maksudnya?.
“Tidak mungkin! Aku ingat terakhir kali aku masuk kedalam mobilku sendiri dan tidur disana.” Protesku dengan nada tinggi, aku bahkan menghentakkan salah satu kakiku karena kesal. “Jangan-jangan, kau menculikku!” tambahku sambil memicingkan mataku.
“Apa? Hey bung, seharusnya kau berterima kasih. Aku dan ayahku berbaik hati membawamu kesini dan tidak melemparmu kejalan raya saat kau tertidur!”
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sleeping Beauty
Teen FictionIni cerita tentang Alice. Gadis berumur 16 tahun yang mengidap penyakit Syndrom Kleine-Levin. Kau tahu? itu penyakit langka. Kau bisa tertidur selama berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Tapi, suatu hari, ketika ia terbangun, ia be...