24

5.1K 596 27
                                    


Aku bisa mendengar pintu depan dibuka walaupun aku memejamkan mataku. Tentu saja, tidur siangku tidak nyenyak sama sekali. Aku sudah menghitung domba, tapi aku tetap terjaga hingga sekarang, pukul 5 sore.

Aku berkali-kali mengumpat sendiri. Bukan karena apa, kurasa aku terlalu tegang dan aku butuh tidur. Tapi penyakitku tidak pernah kambuh saat aku ingin. Ditambah lagi karena pesan Ashley tadi. Ugh, sungguh aku bisa gila.

Otakku sudah cukup lelah menebak perasaan Davis, dan sekarang aku harus berpikir apakah Emma memang benar seperti itu. Oh, yang benar saja. Aku enam belas tahun, aku punya sindrom, dan aku tidak siap dihadapkan dengan masalah seperti ini.

Suara ramai di lantai bawah mau tak mau membuatku terusik. Mataku berat tapi bukan itu masalahnya. Aku juga tidak mungkin bisa tidur dengan keributan di bawah, jadi aku memutuskan untuk turun.

"Hai sweetie!"

Suara David dengan lancar memasuki telingaku saat aku memasuki dapur. Aku mengangkat tangan sekadarnya sambil berkata 'hai'. Kukira akan banyak orang, ternyata hanya ada Davis dan David. David duduk di kursi sambil sesekali melirik beberapa kotak pizza. Davis berdiri menatap deretan lemari, jadi ia membelakangi aku dan David.

"Pakai piring yang besar atau kecil?" Kata Davis tiba-tiba

David tertawa cengengesan. Aku menatap punggungnya bingung. Apa piring sungguh di perlukan?

"Tidak usah pakai piring," Kataku sambil duduk di kursi. Mataku berbinar menatap kotak-kotak itu. "Kita mau pesta lagi?" lanjutku sambil mengingat pesta penyambutan beberapa hari lalu.

Tidak ada yang merespon perkataanku. David hanya melihatku sambil senyum-senyum, dan Davis masih tidak bergerak.

Aku merasa kesal seketika.

"Davis, berbalik dan duduklah. Kita bisa makan ini tanpa piring."

Davis langsung berbalik dan duduk di sampingku. Ia membuka salah satu kotak dan David langsung menyambar sepotong tanpa disuruh.

Saat aku dan Davis melihatnya, David malah membalas melihat kami. "Apa? Aku juga ikut menyumbang untuk beli ini."

"Ya, kau menyumbang satu dolar." Kata Davis.

Aku refleks tertawa meskipun tidak terbahak-bahak. Davis memberiku sepotong pizza dan kami makan tanpa suara entah berapa menit. Aku mengambil lagi sepotong saat aku sadar kalau aku tidak makan siang.

David mulai bercerita tanpa henti. Mulai dari pelajaran yang mustahil ia mengerti, hubungannya dengan Nicole yang sudah end, sampai persiapan pertandingan basket di sekolahnya.

Davis merespon lebih baik daripada aku yang hanya tertawa garing. Dan Davis semakin lancar merespon ketika mereka berbicara tentang basket, meninggalkanku yang akhirnya makan potongan pizza yang ke-3.

"Ah," Ditengah obrolan mereka, Davis menyeletuk tiba-tiba. "Dad lembur, jadi makan saja banyak-banyak."

Aku hanya mengangkat bahu sambil mengambil potongan ke-4. Jadi ini alasannya pizza-pizza ini di sini.

Mereka juga membeli beberapa bir kaleng, tapi aku sungguh tidak bisa meminumnya. Aku sedang membuka kulkas untuk mencari soda saat pintu depan terdengar dibuka. Aku mendapatkan apa yang kucari, dan aku sudah melihat Sammy di meja makan sedang kegirangan melihat pizza.

"Oh, hai Alice!"

Melihat dari caranya saat menyapaku, aku yakin moodnya sudah kembali seperti biasa. Aku tersenyum lebar. "Hai, Sam!"

My Sleeping BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang