16

16.6K 1.2K 203
                                    

Haiiiii, apa kabar teman-teman wattpad? :3

akhirnya setelah dua bulan lebih, MSB aku updateeee!! yeay! maap ya lama banget buat yang nunggu *kaloada*, aku juga selama dua bulan itu sama sekali ga ada nyentuh (?) wattpad, kehilngan mood buat ngelanjutin, galau akut, males berkepanjangan, stress jiwa dan raga(?) hehehe pokoknya maap banget banget banget karena lama banget tapi sekarang aku sudah kembali ke peradaban kok, dan ternyata banyak cerita baru! cerita2 yg aku tunggu juga pada di update xD 

aku kira cerita ini bakal hilang di telan bumi eh ternyata banyak yg comment minta lanjut, sebagai author abal2 yg masih pemula aku seneng bangetttttt. temen2 di kelas yg ga pernah bosen nyuruh lanjutin ini cerita: makasih yaaaa, kalo udah lupa ceritanya baca aja dari awal :p

oke deh, selamat membaca ya. maapkan kalo ceritanya tambah ngawur :')

***

“Kau ingin pulang denganku, sweetie? Aku bisa mengantarkanmu sampai rumah Davis.”

Ini sudah yang ke 8 kalinya David menanyakan hal yang sama sejak pesta berakhir setengah jam yang lalu. Aku hanya bisa menghela napas perlahan dan memaksakan senyumku.

“Tidak perlu, David.” Ini sudah ke 8 kalinya aku mengulang kata tersebut. “Ashley akan mengantarku. Kau urus saja Matt, dia terlihat menyedihkan.”

Matt memang menyedihkan. Setelah hampir 20 botol wine yang ia habiskan, ia seperti akan mati dan terus merancau seperti orang gila.

“Kau juga terlihat menyedihkan, sweetie.” David menatapku tepat di mata. “Aku bisa melihatnya.”

Aku mengeluarkan tawa yang benar-benar terdengar seperti robot. “Apa maksudmu, sih? Sebaiknya kau cepat bawa pulang Matt sebelum ia muntah lagi.”

“Alice,”

Aku tahu. Dia serius. Tidak ada embel-embel sweetie . Aku menyedihkan? Bahkan aku tidak tahu apa yang terjadi padaku.

“Aku oke, David.”

“Sejak Davis pergi kau jadi pelit bicara seperti orang bisu. Kau tidak berdansa lagi dan malah duduk seperti patung. Kau tidak ikut berkumpul ketika acara tiup lilin dan potong kue—untung kau dapat kue dari Ashley. Dan yang paling mengerikan, kau berada di toilet hampir 1 jam dan tidak keluar. Bagaimana mungkin kau oke?”

Oh, apakah itu terlihat mencolok? Bukannya aku pelit bicara, tapi mulutku sedang ingin istirahat. Dan untuk apa aku berdansa kalau aku sudah berputar-putar lebih dari 4 kali tadi? Yang benar saja. Lagipula setiap melihat orang berdansa, aku langsung teringat insiden-gagalnya-dansa-dengan-Davis. Dan itu sukses membuat moodku hancur.

Jadi, mood yang hancur akan membawa sedikit efek pada diriku. Makanya aku memutuskan untuk tidak berkumpul ke area kolam renang untuk acara tiup lilin dan tetap duduk di salah satu sofa sendirian. Tapi sialnya, suara orang-orang di luar sana membuat telingaku panas. Menurutku suara mereka kelewat nyaring seperti menonton konser.

Dan akhirnya aku memutuskan untuk berdiam di toilet. Tapi sayangnya aku ketiduran di sana hampir 1 jam dan baru bangun ketika Ashley menepuk-nepuk pipiku.

“Aku oke, David. Bukankah sudah kukatakan padamu kalau aku tertidur di toilet?”

David terlihat menghela napas. “Yayaya,” katanya. “Kau yakin tidak pulang denganku? Aku yakin Matt bisa bertahan.”

Aku menggeleng mantap. “Tidak perlu. Kau pergi saja.”

Seakan pasrah, David mulai menggotong Matt yang sudah tidak sadar menuju mobilnya. Setelah ia memasukkan Matt ke dalam mobilnya, David kembali menemuiku. “Baiklah, aku pulang duluan.” Setelah itu dia masuk kembali ke mobilnya dan pergi.

My Sleeping BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang