"Kau yakin ini akan baik-baik saja?" Aku bertanya hal yang sama pada Jane untuk ke-8 kalinya. "Kita masih bisa kembali, Jane. Sadarlah!"
"Semua akan baik-baik saja, Alice."
Karena Jane mengatakan itu juga setelah 8 kali aku mengulang pertanyaanku, akhirnya aku hanya bisa cemberut dan menempelkan salah satu pipiku di jendela mobil. Jane memang orang yang tidak bisa diam dan gila, sama halnya seperti David. Namun, Jane tidak pernah sekalipun mendadak jadi serius apapun situasinya, malah ia akan cenderung lebih cerewet.
Tapi yang dilakukan Jane kali ini kelewat gila. Aku takut dimarahi Mom dan Dad.
Tapi anehnya, aku tidak setakut itu. Malah sesekali bibirku tersenyum tanpa kusuruh.
Ah, aku juga gila.
"Padahal kau juga senang kan kembali kesana?" Jane yang duduk disamping Matt tiba-tiba berkata. "Aku heran, kau itu cuma malu, padahal mau."
Matt tertawa, sedangkan wajahku merah mendadak. "Jane!"
Aku ingin kembali melanjutkan perkataanku tapi nyatanya mobil kami sudah memasuki gerbang perumahan rumah Davis, dan itu sukses membuatku kembali diam sembari mengatur jantungku yang hampir meledak. Tidak, aku tidak takut. Aku hanya gugup, terutama ketika membayangkan reaksi mereka ketika melihatku kembali lagi.
Rasanya ingin meminta pada Jane untuk memutar mobil agar kembali ke rumah, tapi itu sungguh mustahil. Kami sudah tiba di tempat tujuan dan saat itu juga aku melihat Davis membukakan pagar untuk kami. Aku melihatnya dan kurasa ia melihatku entah berapa detik.
Ini saat yang tepat untuk kambuh dan tidur, tapi seperti yang selalu kita ketahui, penyakitku selalu kambuh di saat yang tidak tepat.
Mobil Matt berhenti. Aku tahu harusnya aku turun sekarang, tapi entah mengapa aku tidak bisa bergerak.
Tiba-tiba saja Davis membuka pintu mobil. Aku kaget dan refleks kami bertatapan lagi. Tidak, ia tidak mengulurkan tangannya seperti di film-film, ia hanya membukanya kemudian pergi ke bagasi belakang untuk mengambil tasku.
Kepala Jane menyembul keluar dari jendela mobil. "Aku titip, ya. Nanti aku ambil lagi selesai konser Talyor Swift." Katanya sambil melirikku sekali. Aku sungguh tidak percaya, dia pikir aku barang? Huh!
"Tenang saja." Davis tersenyum. "Aku pastikan ia tidak akan lecet."
Aku melotot ke arahnya. Jadi mereka berdua menganggapku barang?! Aku tidak terima meskipun itu hanya bercanda!
"Bye, Alice. Ingat ya, jangan tidur di halaman!" Kata Jane. Aku hendak berkata sesuatu namun seperti biasa, Jane selalu pergi duluan.
Matt dan Jane sudah hilang dalam hitungan detik. Yang tersisa sekarang hanya aku, Davis, dan suara angin musim gugur.
"Kau gemukan?" Davis memandangku dari kepala sampai kaki. Ia tersenyum menyebalkan. Aku merengut. Kenapa ia begitu menjengkelkan di depanku? Dan itu yang membuatku sebal, kenapa hanya di depanku ia bersikap semenyebalkan itu sedangkan di depan orang lain ia bersikap santai dan bahkan sok cool?
"Kerjaanku memang makan dan tidur," Aku berkata sewot. "mungkin semakin hari akan semakin gemuk."
Davis malah tertawa, "Kau ini memang seperti anak kecil, ya. Aku bercanda, Alice." Katanya. Davis berbalik dan mulai berjalan menuju pintu. Aku mengikutinya di belakang.
Setelah kupikir-pikir itu memang hanya candaan, sih. Namun, entah mengapa dari sudut pandangku perkataannya seperti sungguhan.
Ah, aku memang jadi remaja labil sejak terkena penyakit ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sleeping Beauty
Teen FictionIni cerita tentang Alice. Gadis berumur 16 tahun yang mengidap penyakit Syndrom Kleine-Levin. Kau tahu? itu penyakit langka. Kau bisa tertidur selama berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Tapi, suatu hari, ketika ia terbangun, ia be...