Sore ini, sepulang sekolah, setelah ganti baju dan cuci kaki, aku berniat untuk tidur sebentar untuk merenggangkan tubuhku. Kurebahkan tubuhku diatas kasur, kubiarkan jendela besar dikamarku terbuka, supaya angin bisa masuk. Perlahan kupejamkan mataku.
Duk! Duk! Duk!
Baru saja aku ingin tertidur pulas, pagar rumahku seperti ada yang mengetuk. Ah, mungkin ada orang iseng, batinku.
Duk! Duk! Duk!
Kudiamkan, malah makin jadi. Maka, dengan malas, kulangkahkan kakiku menuju halaman untuk melihat siapa gerangan yang menganggu tidur siangku hari ini.
Setelah mengambil kunci gembok yang digantung di samping pintu rumahku, aku melangkah kepagar dan membukakan gemboknya lalu menggeser pagar besiku itu.
"Vano?"
Revano. Teman sekelasku.
Yang jadi pertanyaanku, mau apa dia kemari?
Dan, bagaimana dia tahu rumahku?
Bukankah kita tidak pernah saling bicara?
Revano meringis memegangi wajahnya yang memar, ada darah disudut bibirnya. Ia babak belur.
"Sorry, kei.." kalimat pertamanya padaku, "Boleh minta tolong?"
![](https://img.wattpad.com/cover/74133433-288-k16820.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity
Teen FictionKami sekelas. Tapi, percayalah, aku tidak pernah berbicara dengannya. Dengan si pembuat onar di kelas. Dengan si murid paling urakan di sekolah. Suatu hari, dia menggedor pagar rumahku. Wajahnya memar, terdapat darah di ujung bibirnya. Dia babak bel...