keesokan harinya, aku kembali masuk kesekolah, diantar oleh bang arya. aku belum menceritakan tentang keadaan vano pada siapapun termasuk bang arya.
"nanti abang pulang agak malem kayanya," ujar bang arya saat aku mau turun dari mobilnya.
"ohya?" aku menoleh, "kenapa?"
"temen abang ulang tahun, dia buat party gitu sekantor diundang."
"oh, yaudah." kataku setelah itu mencium pipinya dan tangannya lalu melangkah masuk kedalam sekolah.
saat aku sampai, dikelas masih sepi. hanya ada beberapa tas murid yang ditinggal oleh yang punya entah kemana. aku melirik jam, sudah jam setengah tujuh, itu berarti aku tidak begitu kepagian, mungkin menang teman-temanku saja yang kesiangan.
aku duduk dikursiku, atha juga belum datang. saat tanganku sedang meraba kolong meja untuk mencari pulpen yang sepertinya ketinggalan disana, tanganku menyentuh sesuatu yang keras. kuraih dan ternyata itu adalah sebatang coklat silverqueen tanpa keterangan milik siapa dan untuk siapa.
aku berusaha mengabaikan coklat itu kalau-kalau itu adalah milik teman kelasku yang tak sengaja tertaruh dikolong mejaku. tak lama kemudian rini masuk kedalam kelas dan menghampiriku.
"kei, tadi ada titipan buat lo dari fadlan."
"titipan apa rin?" tanyaku bingung.
"coklat, tadi gue taro dikolong meja lo."
"ini?" aku mengangkat coklat itu keudara.
rini mengangguk. "dari fadlan?" tanyaku.
"iya,"
"thanks ya, rin."
"iya. gue kedepan lagi yaa!"
"iya rin."
aku segera meraih ponsel ditasku, dan mencari kontak fadlan, ingin bertanya padanya mengapa memberiku coklat.
keiya: dlan
keiya: kok lu ngasih gue coklat?fadlan: bukan gue kei
fadlan: tp vano-
sepanjang pelajaran, aku tidak bisa berkonsentrasi. pikiranku masih saja terfokus pada coklat yang hingga kini masih terbungkus rapih, belum kusentuh sama sekali. maksudku, untuk apa vano memberiku coklat?
"itu coba siapa yang begong dibelakang?"
atha menyiku lenganku. "kei," matanya mengarah pada pak asep yang sedang menerangkan materi naik haji didepan kelasku.
"kamu? keiya? kenapa begong?"
"ngga pak," aku bingung harus jawab apa karena pada kenyataannya aku memang sedang melamun.
"ngga bagaimana? coba kamu ulangi apa yang tadi saya jelaskan?"
"nggg..." aku menoleh pada atha, ia hanya menatapku iba tanpa memberitahuku apa yang barusan pak asep jelaskan karena pak asep terus melihat kearah kami.
"nah, ngga bisa jawab kan?" desisnya, "mending kamu keluar keiya, daripada didalam tapi tidak mendengarkan."
aku mendesah, lalu bangkit dan melangkah santai kedepan pintu. saat sudah diluar kelas, aku bingung mau kemana. sekolah terlihat lenggang karena kbm sedang berlangsung, hanya ada anak kelas 11-ipa-1 yang sedang olahraga dilapangan. pada akhirnya aku memutuskan untuk kekantin.
"pakde, mau bakso ya satu. pake mie putih sawi!" kataku pada pakde penjual bakso. aku kemudian duduk dimeja depan ruko bakso ini, kantin sangat sepi, hanya ada aku.
"kei!" errica dengan seragam olahraganya melambaikan tangan kearahku.
"hey!" kataku sambil melambaikan tangan juga. ia menghampiriku dan duduk didepanku.
"pakde bakso ya satu, pake sawi yang banyak!" katanya memesan bakso, "kok lo ngga belajar kei?"
aku tak langsung menjawab karena baksoku sudah datang. "dikeluarin pak asep." jawabku sambil menuangkan saus dan sambal ke dalam mangkuk baksoku.
"serius?" pekik ericca, "kok bisa?" ia menuangkan kecap kedalam mangkuk baksonya yang baru saja datang.
aku mengedik, "ngga tau tuh,"
ericca hanya mengangguk dan memilih menikmati baksonya seperti aku.
"kei, lo udah tau vano dipenjara?" aku menelan ludah. lalu dengan reflek meraih botol minum ericca.
"eh, sori er, keselek tadi."
ericca hanya terkekeh bingung.
"gue udah tau," kataku menjawab pertanyaan ericca tadi.
"tau dari mana?" tanya ericca sambil menyuap baksonya.
"tadi anak-anak pada ngomongin,"
memang benar. tadi saat sebelum bel masuk, teman-teman kelasku pada membicarakan vano yang disedang dipenjara. aku juga sudah menceritakan apa yang terjadi kemarin pada atha dan dhira.
"ngga nyangka," desis ericca, "gue kira cuma mau nonjok aja. eh, sampe nusuk gitu, ngeri banget."
aku hanya terkekeh seraya ericca pamit kembali kekelas karena masih ada pelajaran. kalau aku, karena sudah tidak ada pelajaran lagi hari ini, aku ingin pulang. oke, ralat, aku ingin menemui vano di kantor polisi.[]
![](https://img.wattpad.com/cover/74133433-288-k16820.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity
Fiksi RemajaKami sekelas. Tapi, percayalah, aku tidak pernah berbicara dengannya. Dengan si pembuat onar di kelas. Dengan si murid paling urakan di sekolah. Suatu hari, dia menggedor pagar rumahku. Wajahnya memar, terdapat darah di ujung bibirnya. Dia babak bel...