6

120K 8.4K 281
                                    

"Sarapan dulu yuk, Kei.."

Vano memberhentikan motornya didepan tenda bubur ayam yang ada di sebelah pangkalan ojek kompleknya.

"Gue yang traktir ya. Kemarin kan lo udah nolongin gue,"

"Gue ikhlas kok nolonginnya."

"Anggep aja ini buat ucapan terimakasih, kei."

"Iya." kataku.

Selagi menunggu bubur kami dibuat, aku merogoh ponsel dari sling bag.

13 missed call from nadhira.

nadhira: kei kenapa gamasuk?
nadhira: ulangan b.inggris tauu
nadhira: lo dimana sih?

keiya: gue lg ada urusan penting bsk masuk ko

Setelah membalas pesan Nadhira, kumatikan ponselku dan kumasukan lagi kedalam tasku. Tidak lama, bubur ayam kami datang.

"Temen-temen lo nggak tau kan kalo semalem gue nginep dirumah lo?" tanya Vano sambil menuangkan kecap kedalam mangkuknya.

"Enggak, mereka nggak tau."

Vano menyuap buburnya. "Bagus deh, temen-temen lo kan ribet."

"Enak aja, mereka tuh baik-baik!" belaku. "Temen-temen lo tau kondisi lo?"

"Belum," jawabnya. "Nanti aja gue kasih tau mereka."

Aku hanya mengangguk dan kami lanjut menikmati bubur terenak yang pernah kumakan ini.

"Abis ini mau kemana?" tanya Vano.

"Terserah."

"Yaudah lo gue pulangin aja ya ke rumah."

"Kok gitu?" aku menaikkan kedua alisku.

"Katanya terserah?" ia terkekeh, lalu meneguk teh tawar yang disediakan sebelum lanjut bicara. "Nggak kok bercanda. Kita main dulu, ya?"

Setelah selesai sarapan, Vano kembali mengajakku naik motornya. Aku tidak tahu mau dibawa kemana, yang kutahu pasti aku tidak takut berada didekatnya. Justru aku merasa.. aman. Aman? Kenapa aku tiba-tiba merasa aman berada didekatnya?

"Lo tau nggak kita mau kemana?"

"Enggak." jawabku setengah teriak.

"Gue juga."

Aku mengerutkan dahi. "Kok gitu?"

"Iya," katanya. "Biar waktu aja yang jawab."

"Apaansih receh!" aku tertawa sambil memukul bahunya pelan.

"Gue receh aja lo ketawa. Gimana kalo gue lucu beneran coba?"

Lagi-lagi, aku hanya tertawa.

Transmart carrefour.

"Kenapa sih random banget kesini?" tanyaku saat kami memasuki pintu transmart ini.

Vano tidak menjawab melainkan terus berjalan menuju lantai dua gedung ini. Saat kami baru saja ingin naik kelantai tiga, escalatornya masih ditutup.

"Masih tutup," kataku.

"Yah, padahal gue mau ngajak lo naik rollercoaster."

Aku terkekeh, "Nanti aja balik lagi kesini."

"Oke." katanya, "Sekarang lo mau kemana?"

"AEON aja yuk! Mau cari novel."

"Oke. Yuk."

Kami kembali keparkiran, lalu menaiki motor Vano lagi untuk menuju tempat selanjutnya.

"Lo capek nggak? Gue suka lama kalo nyari novel." kataku setelah kami memasuki Gramedia yang ada di mall ini.

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang