11

88.9K 7.1K 198
                                    


tubuhku kelu. nafasku tercekat. mataku melebar. apa? apa aku tidak salah dengar? vano dipenjara? apa salah dia? apa yang terjadi?

"k-kok b-bisa?" tanyaku dengan suara bergetar.

"dia nusuk orang, kei. gue ngga tau dia bisa kelewat batas gitu, dia nusuk orang yang waktu itu nyerang dia."

"kok nangis?"

tanpa kusadari, air mata sudah jatuh diatas pipiku. aku masih tak menyangka. kini dirinyalah yang terus berputar diotakku. yang kumau kali ini adalah melihat wajahnya.

fadlan mengusap punggung tanganku, "kalo lo mau ketemu nanti gue anter kekantor polisi."

aku menatap fadlan sambil menghapus bekas air mataku, "makasih ya, fadlan."

"yaudah. nanti gue tunggu diwarping." katanya sambil berdiri.

"lo ngga masuk kelas emangnya?"

ia mengangkat satu amplop yang dari tadi ada digenggamannya, "skors, satu minggu."

aku menghela nafas, lalu ikut berdiri dihadapannya.

"yaudah, gue keluar ya? kan ngga boleh didalem sekolah."

"iya. makasih banyak, dlan."

"sama-sama," katanya sambil menepuk bahuku, "ngga usah dipikirin. vano baik-baik aja kok."

aku tersenyum, dan bilang terimakasih lagi pada fadlan sebelum akhirnya ia kembali keluar sekolah. aku melanjutkan perjalananku kekelas. kuharap, pelajaran hari ini cepat berlalu agar aku bisa cepat-cepat bertemu vano.

"assalamualaikum," ucapku saat memasuki kelas. miss rita sedang menerangkan materi didepan kelas.

"waalaikumsalam, ayo duduk ditempatmu, keiya."

"makasih, miss."

"kei, gue kira ngga masuk. lo telat?"

aku mengangguk.

"lo kenapa?"

"jangan ajak gue ngomong dulu, tha."

-

pelajaran hari ini berjalan lebih lama menurutku. seusai pak budi pamit dan keluar kelas, aku buru-buru membereskan mejaku dan ingin sesegera mungkin menemui fadlan diwarung samping.

"kei, lo kenapa?" atha meraih lenganku.

"tha, plis." aku menarik lenganku, "gue ngga bisa cerita sekarang. tapi gue janji nanti bakal gue ceritain, tapi ngga sekarang."

"janji?"

"iya dhir gue janji." aku menyampirkan tasku di bahu. "gue duluan ya."

aku melangkahkan kakiku dengan cemas keluar sekolah. diwarung samping sudah ramai oleh anak-anak rusuh. untungnya, aku bisa dengan mudah menemui fadlan karena ia sedang mengambil minuman dikulkas warung itu.

"fadlan!"

ia menoleh, "eh, kei?"

aku menghampirinya. "lo jadi kan temenin gue ketenu vano?"

"buat di perjalanan," fadlan memberikanku sebotol air mineral dingin. "ayo kei."

setelah ia berpamitan pada teman-temannya, aku mengikutinya menuju parkiran depan sekolah.

"ayo kei." katanya sambil menyuruhku naik keatas motor maticnya.

"fadlan, makasih ya." kataku saat sudah naik keatas motornya.

"iya,"

duapuluh menit kemudian, kami sampai didepan kantor polisi. memang tak jauh dari sekolahku. aku turun dari motor fadlan dengan perasaan tak menentu. fadlan mengajakku masuk dan ia sedang berbicara pada penjaga untuk izin apakah aku bisa bertemu vano atau tidak.

"sori kei gue ngga bisa nganter sampe dalem," ia duduk disampingku, "gue masih ada urusan. lo ketemuin vano sendiri ngga apa-apa kan?"

"iya, makasih banyak ya fadlan."

ia mengusap pelan punggung tanganku. "gue duluan ya."

"makasih banyak." ia tersenyum dan berlalu.

seorang penjaga menyuruhku untuk masuk dan menunggu diruang besuk. aku meletakkan tangan diatas meja, aku gemetar.

tak lama kemudian seorang berseragam polisi datang dengan vano dibelakangnya. dia disana, dengan kaos putih dan celana jeans nya. aku reflek berdiri. ia menghampiriku, wajahnya lesu, kantung matanya menebal.

"ngapain disini?" ucapnya dingin.

"v-vano.." panggilku lirih.

"ngapain disini?!" katanya lagi dengan sedikit berteriak. "mending lo pulang!" tangannya menunjuk pintu keluar.

"va--"

"gue ngga sebaik yang lo pikir, kei!" teriaknya, aku menundukkan kepala, terlalu takut untuk menatap matanya. "gue bejat! gue brengsek!"

"vano," aku mengangkat wajah dan menatap matanya, ia buang muka. "duduk dulu." aku kembali duduk dikursi yang tadi kududuki sambil menyuruh vano ikut duduk.

"ayo, duduk dulu." pada akhirnya ia duduk dihadapanku tapi matanya belum berani menatapku.

"van--"

"apa lagi?" ia menatap mataku nanar, "gue orang jahat, keiya! bisa aja gue nusuk lo sekarang juga!"

aku menelan ludah. "gue yakin lo ngga bakal lakuin itu."

ia menyunggingkan bibirnya. "lo mau apa kesini? waktu gue ngga banyak."

"gue cuma mau liat lo, van." aku menghela nafas lagi.

vano memajukan tubuhnya, sekarang wajahnya sangat dekat denganku. ia tersenyum. "jadi ada yang kangen nih sama gue?"

"ngg.." kataku kikuk. "bukan gitu, engg, maksud gue bukan gitu, van."

"gue malu sama lo kei," katanya sambil menarik kembali tubuhnya kebelakang.

"kenapa harus malu?" kataku sambil menaruh kedua tanganku diatas meja.

"gue kira setelah lo tau gue kaya gini, lo ngga bakal mau ketemu gue lagi."

aku tak menjawab, takut salah bicara, yang ada pipiku akan memanas lagi seperti tadi saat ia mendekatkan wajahnya padaku.

"lo masih mau nganggep gue temen lo, kei?"

aku mengangguk lalu meraih dan mengusap punggung tangan kanannya.

"makasih."

"waktu habis!" pak polisi yang tadi menghantar vano padaku kini tengah berdiri menatap kami berdua dengan intens.

vano berdiri, begitu juga aku. ia menatap mataku lekat sambil tersenyum. lalu dengan satu gerakan, ia meraih tubuhku kedekapannya. mataku terbelalak, masih belum bisa mencerna apa yang saat ini terjadi. ia meletakkan kepalanya dibahuku, hangat nafasnya terasa ditengkukku.

ia melepas pelukannya dan menatapku lagi sambil tersenyum, "biasa aja kali. baru juga dipeluk." ucapnya sambil terkekeh.

aku tersenyum canggung. sungguh, otakku belum sepenuhnya mencerna kejadian barusan.

"besok kesini lagi, ya?" pintanya. aku hanya mengangguk. "gue masuk lagi ya?"

aku mengangguk lagi. ia tersenyum kemudian berjalan mengikuti pak polisi masuk kedalam sel lagi.

aku terduduk sebentar, masih belum begitu yakin atas apa yang baru saja terjadi. vano, teman sekelas yang sebelumnya tidak pernah bicara denganku, barusan memelukku. aku memejamkan mata sebentar lalu melangkah kepintu keluar, aku pulang dengan perasaan lebih baik dari sebelumnya.[]

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang