9

101K 7.2K 157
                                    


"jadi itu yang namanya vano?" celetuk bang arya saat kami menaiki escalator untuk menuju food court tangcity mall dilantai atas.

"iya," gumamku.

"sesekali ajak main kerumah lagi tuh," ucap bang arya disertai kekehannya yang khas.

"dih, ngapain?"

"ya main aja. mau abang ajak main fifa,"

"ngga suka dia mainan gituan,"

"kok tau gitu?"

iya juga ya? kenapa aku bisa dengan sok taunya mengatakan kalau vano tidak suka bermain fifa seperti bang arya. "ya nggatau deh, dia kan senengnya berantem."

"siapa tahu suka, kan sekalian kenalan sama abang."

"kan tadi udah kenalan," aku memutar bola mata.

"kenalan yang beneran gitu. kan tadi cuma sebentar."

aku mendesah pelan dan memutar bola mataku.

"ayo silahkan mas, ayam bakar ayam penyetnya." tawar seorang mbak-mbak didepan ruko yang menjual aneka masakan ayam.

"kamu mau?" bang arya menoleh kearahku. aku mengangguk. "yaudah mbak, minta daftar menunya." si mbaknya pun memberikan daftar menu dan note pada bang arya sementara aku mencari tempat duduk kosong. tak begitu sulit menemukan bangku kosong disini. aku memilih untuk duduk didepan ruko ayam tadi.

"kei mau makan apa?"

"aku ayam penyet aja ah, pengen."

"oke ayam penyet," bang arya menuliskan pesananku diatas note, "minumnya?"

"apa ya?" aku berpikir, "air mineral aja lah."

bang arya segera memanggil mbak yang masih stay didepan rukonya itu. "oke, ayam penyet plus nasi 1, bebek goreng plus nasi 1, jus jeruk 1, dan air mineral. ada yang mau ditambah, mas?" kata si mbak mengulang pesanan kami.

"ngga ada."

"ayam penyetnya mau sambal ijo atau merah?"

"merah aja," jawabku.

"oke, ditunggu ya, mas."

bang arya mengeluarkan ponselnya dan menainkannya. aku juga mengeluarkan ponselku, membaca pesan dari vano yang masuk 15 menit yang lalu

revano: kei
revano: udh sampe?

keiya: blm lg mkn

satu menit. dua menit. tiga menit. sampai makanan yang kami pesan datang, tak ada balasan dari vano.

++

"aku langsung keatas ya? capek!" ucapku setelah turun dari mobil bang arya.

"sip."

sampai didalam kamar, aku langsung mengcharger ponselku yang sudah mati, kalau-kalau vano membalas pesanku. sambil menunggu baterai kuterisi, aku memutuskan untuk mandi. setelah mandi, aku mengecek ponselku. masih belum ada balasan ternyata, diread pun tidak.

aku merebahkan tubuhku diatas kasur, lalu wajah vano tiba-tiba memenuhi langit-langit kamarku. aku memejamkan mata, berusaha menghilangkan bayangannya dari mataku.

tung!

dengan satu gerakan, aku meraih ponsel diatas nakas, seketika, hatiku sedikit kecewa mengetahui pesan yang masuk bukan dari orang yang kutunggu.

ericca raisa: kei, udah dapet belom cp-nya?

aku mengeryitkan dahi. dan sepersekian detik kemudian baru sadar kalau tadi saat disekolah, ericca menyuruhku mencari contact person dari cup yang diadakan sma kasih bunda.

keiya: blm sori
keiya: msh ngerjain tugas gue

ericca raisa: yaudh gpp kalo lo sibuk, gue suruh yg lain aja deh

keiya: iya. sori ya er

ericca raisa: sip

setelah itu, setelah aku yakin bahwa tidak akan ada balasan dari vano, aku menaruh ponselku kembali, lalu memejamkan mata.

++

"nanti ngga abang jemput ya?" ucap bang arya sebelum aku turun dari mobil.

"iya," akupun mencium pipi bang arya setelah itu turun dan masuk kedalam sekolah.

"keiya!" seseorang memanggilku, aku menoleh. ericca ternyata.

"hey!" sapaku.

ericca tersenyum. lalu kami berjalan beriringan, "gue udah dapet contact person nya. jadi daftar nih?"

"iya?" aku menoleh, "jadiin ayo. siapa tau menang kan lumayan, tapi kalo bisa sih yang ikut lomba yang anak kelas sepuluh aja."

"kok gitu?"

"ya biar mereka juga ngerasain lomba, er. biar belajar."

"oh gitu," ericca menghentikan langkahnya didepan kelas 11-ipa-1. kelasnya. "gue masuk duluan ya, kei."

aku mengangguk, lalu meneruskan langkahku menaiki tangga menuju lantai dua. saat sampai, dikelas sudah ramai, memang tadi aku sedikit telat makanya sekolah sudah ramai. anak-anak perempuan sedang duduk melingkar ditengah-tengah, ditempat dudukku dengan atha.

"ada apaan nih?"

"eh, lo baru dateng kei?" tanya atha.

"iya. geser dong tan," kataku meminta intan bergeser karena ia menduduki kursiku. "lagi pada ngomongin apaan sih?" tanyaku setelah duduk manis dikursi.

"ngomongin elo, kei." jawab intan sambil terkekeh yang mana disambut tawa oleh yang lain.

"serius," kataku, "kenapa?"

"itu kita lagi ngomongin geng rusuh vano yang kemarin bales dendam."

"bales dendam?" aku mengeryitkan dahi, "bales dendam apaan?"

"ituloh yang masalah vano diserang. nah kemarin mereka pada nyerang anak-anak kasih bunda." jelas almira.

"kasih bunda?" bukannya sma kasih bunda adalah sekolah yang mengadakan cup dan ericca mau mendaftarkan saman kami pada cup itu? "kasih bunda sekolah yang tauran sama anak-anak sekolah kita?"

"iya, kei. terus kemarin kan pada kumpul gitu ya diwarping, nah itu mereka mau bales dendam gitu."

"berarti berantem berantem gitu dong? tonjok tonjokkan?"

"ngga kei, mereka salam-salaman abis itu makan-makan cantik." dhira menatapku lelah bercampur kesal. "yaiyalah kei mereka tauran." lanjutnya sambil menghela nafas.

obrolan kami berhenti saat miss arita masuk kedalam kelas.

kalaupun benar apa kata teman-temanku, pastilah vano kenapa-kenapa. ia pasti babak belur walaupun yang menyerang disini adalah pihaknya. dan, dimana dia sekarang? teman-temannya pun tidak ada yang masuk sekolah. kelas begitu sepi.

dan, seandainya ia kenapa-kenapa, kuharap ia mengetuk pagar rumahku lagi, meringis dihadapanku, dan aku akan dengan senang hati menolongnya.[]

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang