"Tapi kalo lo nggak mau juga nggakpapa sih," kata Vano. "Gue nggak mau ngejerumusin lo kehal yang nggak bener juga," ia menyenderkan punggungnya lagi.
"Cabut kemana? Bukannya lo masih sakit?"
Vano terkekeh, "Kan udah gue bilang, gue nggak kenapa-kenapa, Keiya! Besok juga udah ilang nih memarnya."
"Yaudah besok lo mau kemana?" tanyaku. "Gue temenin."
Rntah ada setan apa yang merasuki tubuhku, aku menawarkan diri untuk menemani Vano bolos. Tapi menurutku, hanya sekali bolos, tidak masalah.
"Beneran, Kei?" matanya berbinar menatap mataku.
Aku mengangguk.
"Besok anterin gue pulang dulu. Abis itu kita jalan-jalan, gimana?"
Aku mengangguk lagi. "Deal."
"Yes!" Vano tersenyum riang. "Makasih banyak ya, Kei."
"Iya iya. Sekarang lo istirahat, oke?"
Vano mengangguk dan segera menarik selimut. Tanpa alasan yang jelas, aku tersenyum. Ketika aku melangkah dan membuka pintu kamar untuk kembali ke kamarku, Vano memanggil namaku.
"Good night, Kei."
Aku tersenyum dan berlari masuk ke dalam kamar. Aku merebahkan tubuhku diatas kasur, sambil menatap langit-langit kamarku yang berwarna ungu. Masih belum begitu yakin kalau ini benar-benar terjadi. Revano, teman sekelas yang tidak pernah saling bicara padaku, kini ada dirumahku. Di rumahku! Aku meraih ponsel di atas nakas, daritadi sore, aku belum mengecek ponselku.
2017 SWAG (172)
999+ unread messages11 IPS 3 👌(28)
562 unread messagesSAMAN CANTIK (22)
81 unread messagesala-ala 💕 (5)
100 unread messagesbang arya
2 unread messagesatha syahirani
15 unread messagesbang arya: abang blm bisa pulang nih. kayanya nginep kantor
bang arya: awas ya kamu macem2 sama vano!keiya: Y
Setelah membalas line dari bang arya dan tanpa membalas atau sekedar melihat pesan dari yang lain, aku memejamkan mata.
Ketika membuka mata, hal yang pertama kali kurasakan adalah dingin. Aku kedinginan. Dan entah bagaimana, selimutku ada dibawah kasur. Semalaman aku tidur tanpa dilindungi selimut. Aku meraih ponsel diatas nakas dan mengetik pesan untuk temanku, memberitahu dirinya bahwa hari ini aku tidak bisa masuk sekolah.
keiya: atha, tolong ya hari ini gue diizinin dulu
keiya: ada urusanatha syahirani: preet
atha syahirani: kmn aja lu
atha syahirani: line gue ga dibls dr kmrnkeiya: lg ada urusan nih. sibuk gue
atha syahirani: alesan
keiya: bener. izinin gue pokoknya gamau tau
atha syahirani: y
Setelah itu aku mengunci ponselku dan bergegas mandi. Bermodalkan celana jeans dan kaos putih polos serta sling bag, aku keluar kamar dan mendapati vano sudah ada didepan kamarku, memakai seragam yang kemarin.
"Baru mau diketok.." ia terkekeh
Aku tersenyum, "Yuk!"
"Jadi nih?"
Aku mengangguk yakin.
"Bukan karena lo takut sama gue, terus ikutin kemauan gue kan, Kei?"
Aku mengernyit. Apa yang ada dipikirannya? Aku tidak pernah takut pada dirinya. Tidak pernah! "Bukan," desisku. "Ayo!"
Kami berjalan menuju halte depan komplekku, menunggu taksi yang lewat. Kalau pagi begini, kebanyakan taksi yang lewat sudah terisi oleh penumpang. Jadi harus ekstra sabar menunggu.
Setelah penantian yang panjang, akhirnya taksi yang kami tunggu datang. Setengah jam kemudian, Vano memberhentikan taxi kami di depan sebuah rumah dengan pagar hitam menjulang tinggi, kutebak ini adalah rumahnya.
"Yuk masuk, Kei."
Aku mengangguk dan mengikuti Vano dari belakang. Berjalan di belakangnya membuat aku sadar kalau aku sangatlah pendek, lihat saja, kepalaku hanya sebatas dadanya.
"Aduh, Bang Revan, darimana saja sih? Mbok khawatir tau nunggu Bang Revan pulang semaleman." Wanita paruh baya yang sedang duduk diteras sembari memainkan kain lap nya dengan cemas mendadak berdiri saat kami menaiki tangga rumah itu. "Abang nggak kenapa-kenapa, kan?"
Vano menggeleng menatap wanita itu. "Bikin minuman buat temen saya, Mbok."
"Eh, nggak." sahutku. "Nggak usah Mbok." aku tersenyum pada Mbok.
Vano menuntunku untuk masuk kedalam rumahnya dan duduk diatas sofa ruang tengahnya.
"Gue ganti baju dulu. Lo tunggu disini aja ya.."
"Iya."
Rumah Vano berlantai 3, lebih besar dari rumahku. Tapi sama sepinya seperti rumahku.
"Neng, mau minum apa?" Mbok menghampiriku.
"Nggak usah, Mbok. Tadi aku udah minum."
"Neng namanya siapa?"
"Keiya."
"Neng mau tau nggak? Neng Keiya itu cewek pertama yang dibawa Bang Revan loh!" Mbok memberitahu dengan semangat.
"Oh ya?" aku hanya tersenyum. Meskipun tidak terhitung cewek yang berusaha mendekatinya, Vano terlihat tidak pernah terlihat bergandengan dengan siapapun. "Dia kalo dirumah dipanggil Revan, Mbok?"
"Iya Neng. Panggilan kesayangan dari Bundanya," jawab Mbok. "Tapi orangtua Bang Revan udah nggak ada non. Mbok juga suka kasian sama Abang, jadi nakal semenjak ditinggal orangtuanya. Makanya Mbok udah anggep Bang Revan anak mbok sendiri. Dia itu Neng, meskipun keliatannya galak atau nakal, tapi sebenernya baik. Nggak pernah kasar kalo sama Mbok."
Senyumku tidak bisa kutahan lagi. Dari sudut pandang Mbok, Vano kelihatannya anak yang baik.
"Yuk, kei!" Vano baru saja turun dari tangga mengenakan jeans dan kaos putih yang ia balut dengan jaket kulit warna hitam.
"Eh, kok bisa samaan gini ya bajunya?" si Mbok bicara dengan nada meledek. Dengan itu aku sadar kalau pakaian kami hampir senada.
"Apasih Mbok?" desis Vano. "Saya mau pergi dulu," ia lalu menoleh untuk menatapku. "Ayo, Kei.."
Aku tersenyum pada mbok, "Pergi dulu Mbok."
Mbok hanya tersenyum dan mempersilahkanku pergi. Saat keluar, kudapati Vano sudah duduk diatas ninja hitam yang sebelumnya tak kusadari berada disitu.
"Naik motor aja ya, Kei?"
"Iya."
"Ayo naik.."
Ketika aku naik keatas motornya Vano, tercium wangi maskulin dari tubuh vano; parfumnya.
"Pegangan, Kei."
Dengan ragu, dan untuk pertama kalinya, aku menyentuh bahu Vano.
"Iya, nggak apa-apa sekarang pegangannya di bahu." kata Vano sambil terkekeh ringan. "Tapi percaya deh Kei. Suatu hari nanti, lo bakal ngelingkarin tangan lo di pinggang gue buat pegangan."[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity
Ficção AdolescenteKami sekelas. Tapi, percayalah, aku tidak pernah berbicara dengannya. Dengan si pembuat onar di kelas. Dengan si murid paling urakan di sekolah. Suatu hari, dia menggedor pagar rumahku. Wajahnya memar, terdapat darah di ujung bibirnya. Dia babak bel...