Harus terbiasa

3.2K 181 9
                                    

Al kaget setengah mati saat melihat zia tengah duduk di atas wastafel kamar mandi dengan cahaya lampu yang redup. Membuat al mengomel tak jelas di pagi hari namun zia hanya menanggapinya dengan santai lalu pergi meninggalkan al sendirian di kamar mandi. Saat al selesai mandi, zia tengah mondar mandi sambil menatap ke arah luar jendela.

"Kamu ngapain sih pagi - pagi di kamar mandi diem pula. Bikin kaget tau" oceh al.

"Kaget apa takut om? Lagian gue lupa kalo gue ini...." ucapah zia terhenti, membuat al penasaran.

"Om lo hari ini pindah kan? Cepet sana siap - siap trus jangan lupa ke rs ngunjungin mama ya" sambung zia tanpa mengalihkan pandangannya dari jendela.

**********

Setelah mengepak barang - barangnya dan memasukan semuanya ke dalam bagasi. Al berpamitan pada kedua orang tuanya. Sebenarnya sang ibu tidak setuju al kembali ke apartemen lagi, beliau khawatir dengan keadaan psikis al yang sering berbicara sendiri pasca kecelakaan yang menimpanya. Al sadar pasti orang lain akan menganggapnya tidak waras karna mereka tidak bisa melihat zia, namun al meyakinkan sang ibu bahwa dirinya baik - baik saja.

Setelah semua siap al pun berangkat menuju apartemennya yang dulu pernah dia tempati saat sebelum kecelakaan terjadi. Andrew sedang ada perjalanan bisnis ke london bersama Ayah Al menggantikan dirinya, al merasa sangat beruntung memiliki teman yang bisa di andalkan seperi andrew di saat dia sedang dalam keadaan sulit begini.

Al sudah tiba di apartemen miliknya, sedikin berantakan memang karna al tidak menempatinya untuk beberapa waktu. Akhirnya dia pun memilih membersihkannya saat itu juga zia muncul seperti biasa.

"Hai om"

"Bisa gak sih..."

"Dateng pake kode dulu... yakan... dasar om- om telmi gue udah dari tadi kali di sini.. lo aja yang asik beresin baju sampe gak nyadarin keberadaan gue" potong zia.

"Iya.. iya... jangan panggil om bisa kali" protes al.

"Trus panggil apa? Kakek.. kakak... uncle..."

"panggil al aja..."

"Gak sopan lo kan lebih tua dari gue... panggil kak al aja ya... mau gue bantu beresin rumah lo gak?" ucap zia.

"Boleh juga.. emang kamu bisa nyentuh barang... kalo bisa sih silahkan aja" jawab al lalu mulai membereskan apartemen miliknya.

"Ya nggak lah kak... gue kan cuma mau bantu doa... hahaha" tawa zia lalu melompat ke atas sofa.

"Sialan... di kerjain bocah"umpat al.

Zia masih tertawa karna berhasil mengerjai al. Setelah selesai membersihkan seisi apartemen, al mengajak zia untuk pergi ke rs sesuai janjinya. Di perjalanan zia terus saja berceloteh layaknya anak kecil yang tengah di ajak jalan - jalan oleh orang tuanya.

"Kak tau gak gue kayak pernah liat tempat ini" tunjuk zia ke arah cafe di mana dia pernah di tabrak oleh al beberapa waktu lalu.

"Tapi gue lupa.. apa dulu gue sering kesini kali ya" sambungnya.

"Mungkin aja... aku juga gak tau zia"bohong al.

"Kak lo punya pacar?"

"Punya lah... namanya Hana dia model.. kita udah pacaran selama 3 tahun" jelas al.

"Ooo... ada juga yang mau sama lo ternyata ya kak... padahal tampang lo telmi gitu.. lemot trus ngeselin nyebelin... tua... penakut... berantakan... ckckck.... untung gue gak naksir sama laki macem lo gini" cibir zia tanpa dosa.

"Kamu menghina atau apa hmmm" geram al, zia hanya menampakkan senyum tanpa dosanya lalu mengedipkan matanya dengan cepat. Membuat zia tampak seperti gadis kecil yang menggemaskan dengan wajah pucat pasi tentunya.

Another LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang