Nathan

2.3K 127 2
                                    


17+ karna mengandung kata - kata yang menurut saya kasar. Harap bijak dalam membaca. 17+ bukan berarti ada adegan enaenanya ya 😂

Selamat membaca reader

Pagi ini kediaman keluarga Farhan nampak ramai kembali sejak kepulangan sang putri dari rumah sakit.

Mereka semua sedang bercengkrama di ruang tamu kecuali Grace yang menolak untuk bertemu dengan Zia ataupun Sarah.

"Semuanya ayo makan dulu mama udah masak banyak loh hari ini." Ucap Nazwa penuh suka cita. Dia sambut dengan teriakan antusias dari Nathan dan Sarah.

Saat Zia berusaha untuk berdiri ingin berjalan menuju ruang makan Al segera membantunya. "Biar aku bantu."

"Gak usah Al biar aku aja yang mapah Zia." Sela Nathan dengan di iringi tatapan seolah berkata bahwa Zia adalah miliknya.

**

Waktu menunjukan hampir larut malam, semua telah berpamitan pulang kecuali Al yang sengaja berlama - lama hanya agar dapat berdua dengan Zia.

"Gak pulang kak? Maaf bukan maksud ngusir tapi kan ini udah hampir larut dan gak enak gitu sama tetangga."

"Iya aku pulang. Tapi besok mau kan jalan sama aku? Tadi udah izin sama om dan tante juga."

"Kalau mereka mengijinkan, Zee sih gak papa kak." Senyumnya.

"Yaudah kalau gitu besok pagi aku jemput ya. Aku pulang dulu." Pamit Al seraya mengecup puncak kepala Zia.

Rona bahagia terpancar di wajah gadis itu. Namun hatinya berkecambuk atas sikap yang Al lakukan terhadapnya. Di satu sisi dia telah berjanji akan berusaha membuka hatinya untuk Nathan.

Namum di sisi lain sikap Al terhadapnya membuat pertahannya seolah runtuh. Dia takut jika hatinya kembali terpaut pada Al lagi. Tidak, tentu saja itu tidak boleh terjadi. Bagaimana pun Al sudah memiliki wanita yang lebih ia cintai.

Kenyataan itu membuat Zia tersadar. Berusaha sekuat mungkin untuk mengontrol hatinya yang sudah di buat berantakan oleh seorang Alvaro dan memulai segalanya dari awal bersama Nathan.

**

Dia berkali - kali menatap pantulan dirinya di cermin berusaha menetralkan perasaannya. Mamanya sudah berada di ambang pintu menunggu dirinya untuk keluar karna Al sejak tadi sudah menunggu di ruang tamu.

Dengan di bantu sang mama Zia berjalan perlahan menemui pria yang sejak tadi menatap kagum padanya.

Mereka berdua pun pamit, tante nazwa mewanti - wanti agar Al berhati - hati di jalan.

Mobil silver milik Al melaju membelah jalan pagi itu menuju ke sebuah taman yang di penuhi berbagai jenis bunga indah dari seluruh belahan dunia.

Sesampainya di tujuan mereka di sambut dengan pepohonan yang rindang dengan bunga - bunga indah yang sengaja di tata rapi menyusuri lorong taman yang di hiasi tanaman rambat di atasnya.

Zia sangat senang tak henti - hentinya dia berdecak kagum. Dengan tangan Al yang melingkar di pinggang rampingnya sedikit membuat gadis itu merasa canggung namun Al tidak mempermasalahkan itu, justru ia sangat senang bisa berdekatan seperti ini dengan Zia.

Mungkin orang - orang yang melihatnya akan mengira kalau mereka adalah pengantin baru saking eratnya dekapan Al pada pinggang Zia.

"Ah. Aku lelah bisakah kita duduk sebentar?" Al memandang Zia dengan senyuman khasnya lalu memapah gadis itu agar duduk di salah satu bangku yang jauh dari keramaian.

"Apa kau haus?" Zia hanya menggeleng pelan.

Mata indah Zia tak lepas dari pemandangan indah di hadapannya. Namun dia merasa terusik saat menyadari Al yang sedari tadi juga sedang memandangnya tanpa henti.

"Kenapa? Apa ada yang salah dengan ku?"

"Iya.."

"Apa yang salah?" Zia mengeryit bingung.

"Kenapa kau membuat ku tak bisa melupakan mu? Kenapa kau harus hadir dengan sejuta keindahan yang membuatku dilema Zia. Jika saja kita bertemu lebih awal mungkin aku tidak akan pernah mengizinkan pria lain menyentuh mu bahkan memberikan perhatian lebih padamu." Zia berusaha mencerna semua perkataan Al. "Katakan lah aku gila dan egois namun sesungguhnya, aku sangat kesal melihat mu bersama Nathan Zee."

Zia hanya memandang datar ke arah Al. "Kau egois. Berhentilah memberikan harapan padaku jika kau tidak berniat melanjutkannya. Aku sudah berusaha merelakan mu karna aku hanyalah orang baru dalam hidup mu jadi jangan pernah bersikap seolah aku mengejarmu." Kata - kata itu terlontar begitu saja dari mulutnya.

**

Nathan berulang kali memeriksa ponselnya. Semalam Zia bilang dia akan keluar bersama Al, berpuluh - puluh pesan dan panggilan ke nomor Zia telah ia lakukan namun tak ada balasan dari gadis itu.

Zia memang selalu jujur padanya sejak mereka berdua mengungkapkan perasaan masing - masing, walau secara nyata hubungan mereka tidak terikat sama sekali . Tapi tetap saja ada perasaan tak suka saat mengetahui gadisnya bersama lelaki lain.

Suara ketukan pintu menyadarkan dirinya.

"Masuk." Seorang wanita yang tidak asing lagi bagi Nathan duduk di hadapannya.

"Ada apa?" Ketusnya saat wanita tak kunjung bicara.

"Jauhi Zia."

"Apa hak mu?"

"Dia tidak pantas untuk mu Nathan dia itu hanya wanita jalang yang sok polos!" Ucapnya dengan nada tinggi sedikit membuat Nathan tercengan sekaligus geram.

"Jaga bicara mu dan pelankan suaramu. Ini rumah sakit Gracia." Balas Nathan dingin. "Apa itu yang namanya sahabat? Menghina sahabatnya sendiri di belakang mereka? Atau kau memang seperti ini?"

"Ya. Aku seperti ini karna dia. Karna jalang itu telah merebut segalanya dari ku. Karna pelacur itu telah merebutmu dariku Nathan. Dia tidak pantas hidup dia tidak pantas untukmu!"

Rahang Nathan mengeras menahan emosi atas perkataan Grace. "Sudah ku bilang jaga ucapan mu Grace. Dan ingat satu hal aku bukan milik siapapun. Bahkan aku tidak tertarik sedikitpun pada wanita berhati busuk sepertimu. Walaupun aku tidak bersama Zia sekalipun aku tidak akan pernah melihat ke arah mu Grace sadarlah apa kekurangan mu. Kau memang cantik sangat cantik namun hatimu yang membuat semua nya seolah sia - sia."

"Jika tidak ada keperluan lain. Pergilah masih banyak pasien yang mengantre setelah dirimu."

Grace menatap Nathan tak percaya. Dengan emosi yang tertahan dia bangkit meninggalkan ruangan Nathan dengan berkata. "Aku akan mendapatkan mu apapun caranya. Dan akan melenyapkan jalang itu agar dia tak menganggu kebahagiaan ku lagi."

Nathan mengusap wajahnya kasar. Dia rasa Grace sudah tidak waras, ya dia mengetahui semua cerita tentang Grace dari Sarah secara tidak sengaja semalam saat mereka tengah berkumpul di rumah Zia. Sarah berharap dia bisa melindungi Zia dari kegilaan yang Grace lakukan.

Dia memang tidak menyangka jika wanita yang di anggap sahabat oleh Zia itu ternyata segila itu. Dia memang tidak terlalu mengenal Grace, mereka bertemu hanya saat Nathan memeriksa keadaan Zia. Itu pun jika mereka berdua tengah menyempatkan waktu untuk menjenguk gadis itu saat pulang kerja saja.

Nathan sendiri tidak menaruh perasaan curiga atau apa pun terhadap Grace. Yang dia lihat wanita itu baik dan sangat menyayangi Zia seperti Sarah namun ternyata sebaliknya.

"Ku rasa dia membutuhkan seorang dokter ahli jiwa." Gumamnya pelan.





Another LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang