-Kita-

2.7K 128 4
                                    

"Untuk apa kau kemari?" Tanya Zia dingin.

"Kenapa kau bicara seperti itu Zee. Dia kan calon suami mu." Farhan terlihat membela Nathan.

"Papa saja yang menikah dengannya." Sungut Zia. "Apa tiga tahun ini membuat nyali mu menciut? Kenapa kau berlindung di balik Papa. Bukan kah kau juga seorang ayah? Dengarkan aku, bahkan calon anak ku pun tidak menyukaimu Nathan, jadi cepat pulang dan urusi saja putri kecilmu itu." Zia berkata seperti itu dengan tenang, terlihat begitu dingin dan tidak ingin di bantah.

"Aku mohon." Dia mengakhiri ucapanya dengan menangkupkan kedua tangannya di depan dada, dan memperlihatkan wajah tanpa dosa dengan penuh harap.

Mendengar ucapan yang begitu kurang ajar dari mulut putrinya membuat Farhan menggeretakan giginya menahan emosi, namun sejurus kemudian Zia menatap manik mata sang Papa dengan penuh peringatan. Meski di hiasi senyum manis yang lebih terlihat seperti sedang mengintimidasi kedua pria di hadapannya.

"Kalian bicaralah tentang pernikahan dan semacamnya. Aku tidak perduli, dan carilah pengantin wanita untuk pria itu." Ucap Zia dengan nada mengejek sambil menunjuk ke arah Nathan. "Atau Papa bisa menggantikan posisi pengantin wanitanya. Upss... Maafkan putrimu yang kurang ajar ini Papa. Tapi jika Papa terus saja memaksakan kehendak itu padaku... Jangan harap putrimu ini akan diam saja."

"Kau..." Dunia Farhan serasa ingin runtuh, bagaimana mungkin putrinya bisa menentangnya sampai sejauh ini.

Zia yang dulu begitu manis dan penurut. Tapi lihat lah, karna cinta dia berubah menjadi seorang anak yang pembangkang.

Sejujurnya ini bukan keinginan Zia,namun saat melihat Nathan entah kenapa emosinya selalu saja tidak dapat di kendalikan.

"Maaf Zee, aku hanya menuruti apa kata Om Farhan, terlepas dari itu semua. Aku juga masih mengharapkan kamu. Lupakan masa lalu kelam itu dan mari berjalan ke masa depan bersama ku dan Kanaya." Nathan sebisa mungkin tidak terpancing oleh perkataan yang di lontarkan Zia.

"Makan saja harapan mu itu sendiri. Kau memiliki anak dan aku juga sama. Mungkin anak mu mengijinkan kau untuk menikah lagi, tapi bayi ku tidak. Dia hanya memihak pada ibunya." Tegas Zia.

"Omong kosong apa yang kau ucapkan nak? Mana mungkin janin yang bahkan belum bisa bergerak itu bisa memilih." Sela Farhan.

Zia mengendikan bahunya masa bodo. "Papa tidak akan mengerti, karna Papa tidak pernah mengandung, benarkan Ma." Zia mengalihkan pandangannya pada Nazwa, lalu tersenyum saat melihat Mamanya itu mengangguk setuju.

Zia membangun benteng es yang begitu tinggi dan tebal, seolah memperingatkan Nathan bahwa hatinya tidak memiliki sedikit pun tempat untuknya saat ini ataupun selamanya.

Perdebatan yang begitu sengit dan dingin terus saja terjadi di rumah itu hingga kedatangan Keenan mengalihkan pandangan semua orang yang berada di sana, termasuk Zia yang terlihat bahagia dalam diamnya, karna dapat melihatnya lagi, orang yang begitu dia rindukan. Sebaliknya dengan Farhan dan Nathan yang sedikit tidak nyaman atas kedatangan Keenan secara tiba - tiba. Nazwa dengan ramah mempersilahkan pria itu masuk dan bergabung bersama mereka, atau lebih tepatnya Farhan, Zia dan Nathan.

"Untuk apa kau kemari." Cerca Farhan tanpa basa - basi.

"Saya ingin melamar Zia." Jawab Keenan dengan tenang. Nathan hanya dapat menggeretakan giginya menahan emosi.

Sedangkan Zia, tentu saja dia tersenyum bahagia. Melihat rona bahagia di wajah Zia semakin membuat Nathan geram di buatnya.

"Berani - beraninya kau melamar putri ku, di hadapan calon suaminya..."

"Itu calon suami Papa. Zia kan sudah menolaknya mati - matian." Sela Zia santai. Farhan langsung melotot ke arah putrinya sebagai tanda peringatan.

Another LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang