Ai memposisikan tubuhnya setengah berbaring di ranjang, mencoba untuk mengembalikan kesadarannya setelah peristiwa tak terduga di rumah makan tadi.
Keenan masuk ke dalam kamar dengan membawa segelas air untuk Ai, selama perjalanan tadi ia tidak ingin bertanya banyak hal terlebih dahulu kepada wanita yang ada di hadapannya ini. Dia ingin adiknya ini benar - benar siap untuk bercerita tanpa paksaan sedikitpun hingga mengakibatkan dirinya kembali tertekan seperti waktu itu.
"Istirahatlah. Kau terlihat lelah." Keenan memberika gelas berisi air kepada Ai dan langsung di minum oleh sang adik. "Sebaiknya kau tidur.besok pagi, jika kau sudah siap bercerita maka bicaralah."
Keenan hendak beranjak dari hadapan Ai namun di tahan oleh wanita itu. "Keenan...Temani aku, apa kau tidak keberatan?" Ucapnya lirih namun tetap bisa di dengar oleh Keenan. Tanpa jawaban, pria itu langsung naik ke atas ranjang, merebahkan dirinya di sana bersama Ai dan mendekap tubuh mungil wanita itu dengan penuh kasih sayang.
Ai memejamkan matanya, dekapan Keenan selalu membuatnya nyaman dan damai hingga ia tak bisa berlama - lama memendam keresahan yang meliputi hatinya pada pria ini.
Ai semakin mempererat dekapan di antara mereka. "Mereka...Keluarga ku Keenan." Pria itu mengusap puncak kepala Ai dengan lembut, mendengarkan apa yang ingin di katakan oleh gadisnya. "Ayah dan Ibu ku...Aku memeluk ibu ku tadi. Aku sangat merindukan mereka." Isak tangis mulai terdengar di telinga pria itu. Gadisnya sedang menangis saat ini. Ya dia menangis karna merindukan keluarganya.
Keenan dengan sabar mengusap punggung Ai, berharap dapat membuat tangisannya reda. "Tapi Keenan, aku tidak bisa menemui mereka sebelum dendam ku terbalaskan. Sebelum aku melihat Gracia menderita, aku tidak bisa bertemu dengan mereka."
"Dengarkan aku Ai, jika memang kau merindukan mereka. Temui saja, jangan membuat dirimu tersiksa. Kau ingat dengan janji ku? Aku akan membantu mu membalas apa yang telah Grace perbuat pada dirimu. Aku selalu bersamamu, menjaga dan melindungi mu. Aku juga selalu mencintaimu, aku tidak akan pernah meninggalkan mu kecuali kau yang memintanya." Ucap Keenan dengan penuh ketulusan, membuat Ai semakin merasa bersalah karna tak kunjung memberikan kepastian pada kakaknya, walaupun Keenan dengan sabar selalu menunggu jawaban darinya.
"Sekarang mari kita tidur. Ini sudah larut malam." Ucap Keenan dengan membenahi posisi selimut mereka dan mendekap Ai hingga mereka tertidur.
***
Ai tidur dengan nyenyak berkat Keenan yang tidak melepaskan dekapannya pada tubuh gadis itu. Senyumnya mengembang saat jari lentiknya menelusuri tiap lekuk wajah pria yang masih terlelap di hadapannya ini.
"Selamat pagi." Suara serak Keenan membuat Ai segera menarik tangannya dari wajah pria itu, semburat merah terlukis jelas di wajahnya.
Dia malu karna ketahuan sedang menyentuh tubuh sang kakak diam - diam. "Kau tidak mau menjawab sapaan ku?" Tanya Keenan kini dengan memandang Ai sambil cemberut.
"Bu..Bukan begitu Kee..." Belum selesai Ai menjawab, Keenan sudah mendaratkan sebuah kecupan ringan di bibirnya. Membuat gadis itu semakin tertunduk malu pagi ini.
"Oh.. Astaga lihat lah adik kecil ku yang galak. Kenapa pagi ini jadi pemalu? Bukan kah kita sering melalukan ciuman panas, bahkan kita pernah melakukan yang lebih dari itu." Ungkap Keenan sambil terkekeh, sukses mendapatkan jambakan dari Ai.
"Tutup mulut mu. Aku mau mandi dan membuatkan kita sarapan jadi singkirkan tangan mu dari tubuhku sekarang juga tuan Atthaya." Ucap Ai sinis.
"Apa perlu aku temani untuk mandi?" Candanya.
"Dasar mesum. Cepat menyingkir, perut karet mu ini tidak akan kenyang jika tetap menahan ku di sini." Cibir Ai.
"Aku cukup memakan mu di ranjang. Itu sudah cukup membuatku kenyang Ai." Goda Keenan. Mendengar perkataan itu Ai langsung menendang tubuh Keenan hingga terguling ke lantai dan mengaduh kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Love
AléatoireTAMAT [17 Juni - 10 September 2016] Bukan tentang siapa yang datang duluan. Tapi tentang siapa yang datang dan tak pernah pergi. Do not wait for a happy smile. But, smile for happy. - Gwen Zia -