Life

5.2K 149 4
                                    

"Apa kau benar - benar akan pergi Ellen?"

"Maafkan aku Zia, kau tau kan Devan menerima promosi. Jadi kami semua harus pindah ke Berlin. Aku akan selalu menghubungi kalian." Ellen memeluk Zia dengan hangat.

"Dean belajar lah dengan giat eoh?! Dan berjanjilah jika kau sudah besar nanti akan menjadi orang yang sukses okey." Ujar Zia pada Dean dan di sambut dengan anggukan kecil darinya.

Semua orang memang sedang mengantarkan kepergian keluarga kecil Devan ke bandara. Beberapa bulan lalu setelah Zia keluar dari rumah sakit, Devan mendapatkan tawaran untuk bekerja di salah satu rumah sakit ternama di Berlin. Dan pria itu pun menerimanya dengan senang hati.

Dean menarik - narik ujung baju Zia pelan, memintanya untuk mensejajarkan tinggi badan mereka. Dengan senang hati Zia pun menurutinya. "Ada apa Dean?"

Dengan ekspresi seriusnya dia menatap manik mata Zia, menangkup kedua pipi Zia dengan tangan mungilnya. "Aku berjanji akan belajar dengan giat dan menjadi pria dewasa yang sukses. Setelah itu aku akan merebut hati tante dari dia." Tunjuknya pada Keenan yang terkejut dengan kata - kata anak kecil itu. "Jadi tunggu aku ya."

Zia tertawa dan mencubit pipi Dean dengan gemas, diiringi dengan anggukan setujunya. "Jangan menyusahkan Orang tuamu okey."

"Dean, apa yang kau katakan?" Tanya Ellen tenang.

"Aku ingin memiliki istri seperti Tante Zia atau Mommy. Tapi aku kan tidak mungkin menikahi Mommy jadi aku meminta Tante Zia untuk menungguku hingga tumbuh dewasa." Jawabnya polos.

Semua orang yang ada di sana hanya menanggapinya dengan tertawa. Karna penerbangan mereka tinggal beberapa puluh menit lagi, akhirnya keluarga kecil Devan pun berpamitan pada semuannya.

Dean terlihat enggan untuk berpisah dengan Zia, sebaliknya dengan Keenan. Ia begitu bahagia karna anak kecil yang sok dewasa itu akhirnya pergi jauh dari kehidupannya dan sang istri. Mungkin ini terlihat kekanakan, namun Keenan merasa lebih cemburu pada Dean dari pada pria dewasa lainnya. Anak kecil itu begitu menarik perhatian Zia, apa lagi sekarang dengan hadirnya Juan di tengah kehidupan mereka. Kedudukannya sebagai pria yang begitu Zia cintai kini telah bergeser di gantikan oleh putra kecil mereka.

***

"Akhirnya penganggu itu pergi juga." Zia menatap suaminya yang tengah berbaring di atas sofa.

"Jangan berkata seperti itu Keenan, dia sangat menggemaskan. Aku pasti akan merindukan Dean nanti."

"Ck... apanya yang menggemaskan, dia menyebalkan. Bahkan dia berani memintamu untuk menunggu nya tumbuh jadi pria dewasa. Apa rusa kecil itu tidak sadar jika dia sudah tumbuh dewasa, kau akan jauh lebih tua darinya. Dan sampai matipun aku tidak akan pernah mengizinkan pria lain untuk merebutmu dari ku." Zia terkekeh mendengar ungkapan bernada cemburu dari mulut Keenan. Lalu menggeser posisinya, agar lebih dekat dengan sang suami untuk memeluknya.

***

Zia sedang asyik memonton acara masak - memasak kesukaannya, dengan serius ia mencatat beberapa resep masakan yang akan dia coba nanti. Keenan yang melihat itu pun memutuskan untuk duduk di samping sang istri, memeluk pinggang wanita itu dengan lembut. Menenggelamkan wajahnya di tengkuk Zia dengan manja dan menggoda.

"Keenan, hentikan. Apa Juan sudah tertidur?"

"Hmm... Sudah." Keenan tetap betah pada posisinya. "Kau tau sayang?"

"Apa?"

"Tadi saat aku bermain dengan Juan. Dia meminta seorang adik, untuk menemaninya. Agar dia tidak kesepian."

"Keenan."

"Hmm?"

Tanpa di duga Zia menjambak rambut suaminya hingga dia tidak lagi menggoda tengkuk sang istri. "Suami ku tersayang, apa kau tau berapa usia Juan kita? Dia baru berusia dua bulan. Jadi bagaimana mungkin bayi berumur dua bulan berbicara dan meminta seorang adik?!" Geram Zia.

Keenan hanya meringis kesakitan tanpa melepaskan pelukannya dari sang istri.

"Aku bercanda Zia." Kekehnya. "Tapi aku memang menginginkan itu. Ini sudah dua bulan, jadi boleh kah aku....?" Zia mengangguk malu - malu sebelum Keenan mengakhiri ucapannya. Ia tahu betul apa yang di maksud oleh suami mesumnya itu.

Keenan pun menggendong istrinya masuk ke dalam kamar, untuk melakukan aktifitas mereka, dan melepas kan rasa rindu yang amat membuncah di dalam diri Keenan dan Zia.

Hidup memang sangat rumit dan sulit. Tapi jika kita melaluinya dengan penuh senyum dan rasa syukur. Percayalah semuanya akan terasa lebih ringan.

Kita hidup memang penuh dengan banyak perencanaan, namun sadarkah kalian. Kita berencana namun Tuhan yang menakdirkan, selalu memiliki drama - drama rumit dan akan berkahir dengan kebahagiaan yang tak ternilai harganya. Jadi tetaplah bersyukur dengan apapun yang kalian dapatkan.

-Keenan-Zia-

-END-

Another LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang