Keenan tengah mengamati tas yang berisi buku - buku tebal di tangannya sejak mereka kembali ke Tanah Air, adiknya ini jadi gemar membaca berbagai jenis buku. Baru setahun mereka kembali dari Jepang tapi tumpukan buku di rumahnya sudah memakan tempat satu ruangan besar di sana dan kini dia masih ingin menambah koleksi bacaannya lagi.
"Apa kau tidak ada pekerjaan lain selain membaca." Gerutunya saat Ai kembali menumpukkan beberapa buku di tangannya.
"Aku harus mempelajari banyak hal yang tidak aku ketahui Ken." Balas Ai membela diri. "Lagi pula siapa suruh kau dan ayah melarang ku untuk bekerja di luar."
"Kami melakukan itu karna tidak ingin terjadi sesuatu hal yang buruk terhadap mu adik kecil ku."
"Berhenti menyebutku adik kecil Keenan, aku sudah dewasa. Umurku bahkan sudah lebih dari duapuluh tahun." Sungut Ai tak terima di sebut adik kecil.
"Begitukah? Kalau begitu mari menikah dengan ku dan menjadi istri yang baik untuk kakak mu ini." Perkataan Keenan membuat Ai terdiam untuk sesaat. Dulu kata - kata itu pernah terlontar dari mulut seorang pria yang ingin dia nikahi. Bayangan - bayangan buruk berputar kembali di benaknya, membuat tubuhnya lemas seketika dan hampir saja limbung jika ia tidak menahan tubuhnya dengan tangan.
"Kau baik- baik saja? Apa ada yang sakit?" Tanya Keenan khawatir.
"Ya. Aku baik - baik saja. Hanya sedikit lelah mungkin." Jawab Ai dengan senyum meyakin kan.
"Aku bayar buku mu dulu. Kau tunggu di sini dan jangan kemana - mana setelah ini kita pulang dan kau bisa beristirahat di rumah."
Keenan segera membayar semua buku milik Ai lalu setelah itu mengajak sang adik untuk pulang.
"Aku tidak ingin pulang."
"Kenapa? Kau butuh istirahat." Ucap Keenan yang sudah membukakan pintu mobil untuk Ai.
"Adik mu ini butuh udara segar. Bisakah kita beristirahat di sana saja." Tunjuk Ai ke sebuah taman yang berada tepat di sebrang toko buku, yang mereka masuki tadi.
"Kau yakin tidak ingin pulang?" Tanyanya lagi. Ai menganggukan kepalanya dengan penuh keyakinan. Lalu berlari mendahului sang kakak yang masih mematung di samping mobil.
***
Ai duduk di bawah pohon rindang sambil menghirup udara sore di taman agar memenuhi seluruh rongga paru - parunya. Kakinya terasa kebas akibat Keenan yang tengah tertidur pulas, dengan pahanya sebagai bantal.
Karna tak tega jika harus mengganggu tidur sang kakak, akhirnya ia hanya bisa pasrah saat ini hingga Keenan terbangun nanti.
"Aku tidak akan pernah menjauh dari mu, aku akan terus bersama mu hingga aku tak lagi bernafas Ai." Gumam Keenan dalam tidurnya.
Apa dia bermimpi tentang ku? Batin Ai. Senyum itu terlukis di bibirnya saat dia mendengar gumaman - gumaman Keenan di sela tidurnya.
Ada rasa bahagia yang menyelimuti hatinya, ia tau betul jika sejak lama Keenan menaruh hati padanya begitu pun sebaliknya. Namun ketakitan Ai akan masa lalunya lah yang menjadi penghalang antara cinta mereka.
Gadis itu berusaha mati - matian menutupi perasaannya kepada sang kakak. Ia tidak ingin menyakiti siapapun lagi. Ia takut jika Keenan akan terluka karna mencintainya.
Di usapnya kepala Keenan lembut, seakan takut jika pria itu terbangun dari tidurnya karna perbuatan Ai.
Keenan mengerjapkan matanya, berusaha mengumpulkan kesadarannya kembali. "Berapa lama aku tertidur?" Tanyanya dengan suara serak dan masih dalam posisi tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Love
De TodoTAMAT [17 Juni - 10 September 2016] Bukan tentang siapa yang datang duluan. Tapi tentang siapa yang datang dan tak pernah pergi. Do not wait for a happy smile. But, smile for happy. - Gwen Zia -