Sudah seminggu Al pulang dari rumah sakit. Seminggu itu pula al histeris karna di hantui oleh Zia. Bahkan ayah dan ibu al ragu jika al sudah sembuh. Dokter bilang al sudah sehat mungkin dia membutuhkan psikolog, mungkin saja dia tauma karna menyebabkan seseorang luka parah. Andrew dengan rutin selalu menemani Al bahkan terkadang menginap karna Al begitu menyedihkan. Hana dengan berbagai alasan menolak bertemu al karna ada banyak pemotretan.
"waaaaa......" al kembali histeris seusai keluar dari kamar mandi.
"Plis jangan ganggu aku..."
Al berlutut di lantai menundukkan kepalanya dengan gemetar karna kini zia tengah berdiri di atas ranjang milik al.
"Lo harus tanggung jawab" ucap zia dingin.
"Aku gak sengaja... aku harus gimana biar kamu lepasin aku" al tak berani menatap wajah zia.
Baginya wajah pucat zia kini sangat menakutkan tatapan membunuh zia membuatnya ingin lompat dari gedung tertinggi. Walaupun tak ada darah atau luka di tubuh zia namun wujud zia yang sekarang ini cukup membuat al bergidik ngeri.
"Karna lo... orang tua gue jadi sedih... karna lo gua jadi gak jelas gini dan gue gak mau tau lo harus tanggung jawab"
"Iya aku tanggung jawab... apa pun itu akan aki turutin semua kemauan kamu"
"Tatap mata gue.. lo laki kan" bentak zia kesal. Dia merasa dirinya seperti hantu saat al menunduk ketakutan seperti itu. Bukankah dia memang hantu tapi dia belum mati jadi dia bukan manusia ataupun hantu.
Al memberanikan diri menatap wajah pucat zia."Gue mau lo temuin mama tiap hari... mama pasti kesepian apa lagi papa pasti harus kerja juga... pokoknya tiap hari lo harus luangin waktu lo om. Bilang ke mama kalo gue sayang mama dan baik - baik aja. Trus lo harus ngeyakinin mereka kalo gue masih bisa liat mereka" ucap zia sendu namun kembali meninggi saat menatap wajah al.
"Tapi aku bisa di kira gila... nggak.. nggak... mama kamu aja masih marah sama aku" tolak al, zia dengan penuh amarah menatap kembali tepat di mata al.
"O...okey... aku lakuin... aku janji... aku akan berkunjung tiap hari hmmm mulai besok" ucap al meyakinkan.
"Bagus... gue capek... gue ngantuk... gue tidur sini ya... dan lo jangan ngeliatin gue kayak hantu gitu... emang gue seserem itu apa om"
Zia tidur di atas ranjang al tanpa memperdulikan al yang kini tengah gusar karna keberadaan zia di hidupnya. Baru malam ini mereka bisa berbicara dan bernegosiasi. Apa jika al menyanggupinya zia akan berhenti menganggu al.
**********
Esok paginya al berpamitan ingin ke rumah sakit menjenguk Zia serta menjalankan janjinya semalam. Al menyetir dengan gugup karna sedari tadi zia berada di kursi belakang.
"Santai kali om. Ntar lo nabrak orang lagi trus lo di gentayangin lagi" sindir zia.
Al hanya dia tanpa merespon. Mereka akhirnya sampai di ruang inap zia. Nampak nazwa tengah membaca sebuah buku dongen di samping tubuh zia dengan tatapan kosong. Zia yang melihatnya begitu teriris dan sakit matanya kini berkaca - kaca. Al yang menyadari itu segera mrnghampiri ibu zia.
"Pagi tante.."
"....."
"Tante.. al bawa makan... tante sudah makan? Apa yang tante lakukan?" Tanya al ramah namun tak ada respon.
"Pagi ziaa... mama kamu lagi bacain cerita... mama kamu gak mau makan nih... nanti kalo kamu bangun omelin mama kamu ya" ucapnya lagi.
"Ma.. mama makan dong.. nanti siapa yang jagain zia kalo mama sakit" ucap zia serak karna dia tengah menangis sambil menatap sendu ke arah sang ibu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Another Love
RandomTAMAT [17 Juni - 10 September 2016] Bukan tentang siapa yang datang duluan. Tapi tentang siapa yang datang dan tak pernah pergi. Do not wait for a happy smile. But, smile for happy. - Gwen Zia -