Cahaya matahari menyusup masuk dari celah jendela ke dalam ruang inap milik zia. Membuat dirinya terbangun tanpa suara.
Senyum zia terukir saat menyadari mamanya tengah tertidur pulas tepat di sampingnya, di amatinya wajah sang mama tampak lemah dan tidak terurus. Namun tetap menampakkan aura kelembutan yang zia rindukan.
"Kamu sudah bangun sayang" ucap farhan memecah lamunan zia.
Zia ingin menjawab namun hanya gerak bibir saja yang terlihat tanpa ada suara yang keluar dari mulut mungil zia.
"Jangan bicara dulu.. kamu masih lemah nak.."
"Ah.. zee udah bangun pa.. mama gak mimpi kan.. anak kita sudah bangun kan?" Sela nazwa yang ntah sejak kapan telah duduk dengan tegak di kursinya.
"iya... ma.. anak kita bener - bener siuman kok"
Nazwa bangkit dari duduknya lalu memeluk tubuh zia erat seakan melepas rindu yang telah lama di pendamnya pada sang anak.
"Mama bahagia sayang... jangan tinggalin mama lagi ya nak... mama bisa gila kalau kamu pergi ninggalin mama lagi" lirihnya.
Nazwa memperhatikan zia dengan penuh ke hati - hatian seakan takut zia terluka.
"Ma.." panggil zia lirih namun tetap terdengar oleh nazwa.
"Iya sayang.. kamu butuh apa? ada yang sakit? Mana yang sakit?" Ucap nazwa khawatir.
"Nggak.. zee mau duduk ma.. dan ini... zee udah gak perlu selang oksigen lagi kan.. rasanya gak nyaman ma.." jawab zia pelan.
"Mama panggil dokter nathan dulu"
Nazwa memijat tombol merah yang terletak di atas ranjang milik zia. Sesaat kemudian dokter nathan memasuki ruangan tempat zia di rawat.
Dengan senyum sumringah nathan menyapa zia. "Good morning Zia.."
"Morning too dokter..."
"Gimana apa kamu sudah merasa lebih baik? Saya periksa dulu ya" balas nathan sambil melakukan tugasnya memeriksa perkembangan zia.
Sesuai permintaan zia, seluruh alat bantu yang melekat di tubuhnya kini telah di lepas. Mengingat perkembangan zia cukup pesat dan tidak lagi memerlukan alat bantu lagi.
Nathan juga mengingatkan bahwa zia butuh terapi untuk membuat otot - otot tubuhnya bekerja kembali pasca kecelakaan dan koma yang dia alami.
"Apa zee akan lumpuh selamanya?" Tanya zia tiba - tiba.
"Zee gak inget apa pun sebelum ini, jadi apa yang zee alami? Dokter bisa jelaskan? Zee janji gak akan nurut semua kata mama dan dokter..." sambungnya.
Nathan nampak ragu namun kedua orang tua zia memberika persetujuan agar nathan bicara jujur pada zia.
"Hmm... kamu mengalami kecelakaan yang menyebabkan sebagian memori atau ingatan kamu hilang dan mengacaukan sebagian syaraf tubuh kamu. Saya pastikan kamu bisa berjalan seperti dulu lagi jika kamu rutin menjalani terapi.. saya yakin kamu bisa zia" jelas nathan.
"Baiklah... kapan zee mulai terapi?"
"Besok pagi jadwal terapi kamu sudah bisa di jalankan"
"Kalo gitu.. zee boleh gak jalan - jalan ke luar hari ini.. zee sumpek di kamar terus" rengeknya.
"tentu saja... mau saya temani?" Tawar nathan.
Zia menatap kedua orang tuanya dengan penuh harap. "Jangan lama - lama ya... kalo di temenin dokter nathan papa dan mama tidak khawatir.. tapi kamu jangan nyusahin dokter ya.." pesan Farhan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Another Love
RandomTAMAT [17 Juni - 10 September 2016] Bukan tentang siapa yang datang duluan. Tapi tentang siapa yang datang dan tak pernah pergi. Do not wait for a happy smile. But, smile for happy. - Gwen Zia -