Keluarga Mu

2.3K 122 2
                                    

Sudah seminggu sejak kunjungan terakhirnya ke rumah Keenan, dan Farhan mengetahuinya karna mereka tiba di rumah pada waktu yang bersamaan. Walaupun Zia berbohong tapi Farhan tetap saja mengetahuinya. Hingga akhirnya Zia tidak di izinkan keluar rumah hingga pernikahannya perlangsung, belum lagi ponselnya di ambil oleh Farhan.

Zia melancarkan aksi mogok makannya untuk menentang sang Papa namun sia- sia karna Farhan tidak terpengaruh sedikitpun, sedangkan Nazwa mati - matian membujuk dua orang yang sangat keras kepala itu.

Hingga suatu sore kegaduhan terjadi di ruang keluarga mereka. Terdengar Farhan tengah membentak seseorang, Zia yang penasaran pun akhirnya keluar dari kamarnya. Di lihatnya Keenan sedang berlutut di hadapan Papanya yang tengah menahan emosi dan siap melayangkan pukulannya pada pria itu.

"Papa...Hentikan." Teriakan Zia sukses membuat mereka semua memandangnya.

Zia segera berjalan mendekati mereka dan membantu Keenan untuk berdiri. "Hentikan drama ini. Kenapa Papa semurka itu pada Keenan."

"Kau sebentar lagu menjadi istri orang Zia. Berhenti menemui pria Eropa ini." Ucap Farhan dengan menunjuk Keenan.

"Sudah ku bilang aku tidak akan menikah. Jika Papa ingin. Papa saja yang menikah dengan Nathan." Zia berbicara dengan nada tinggi. Mungkin ia akan menjadi anak durhaka setelah berani membentak Papanya sendiri.

"Kau..."

Ucapan Farhan terpotong oleh Keenan. "Om izinkan saya untuk berbicara dengan Ai sebentar saja." Keenan berkata penuh harap.

"Zia...Nama putriku Zia bukan Ai!"

"Sudahlah Pa, berikan mereka waktu untuk bicara." Nazwa menenangkan Farhan dan meminta untuk meninggalkan mereka berdua saja.

Zia menyentuh sudut bibir Keenan yang sedikit lebam, mungkin tadi Papanya sempat memukul pria itu.

"Maaf." Zia menunduk penuh sesal, karna dirinya Keenan terluka dan itu sudah tidak dapat di hitung lagi.

"Bukan salah mu." Keenan berusaha meyakinkan Zia dengan senyum tulusnya. "Ayahmu benar Zia...."

Dia memandang Keenan bingung. "Maksudmu?"

"Menikahlah dengan pria yang telah di pilihkan oleh orang tuamu. Seperti yang kau bilang, aku harus bahagia bersama wanita yang lebih baik bukan? Dan kau juga harus bahagia bersama pria pilihan mereka. Dendam mu sudah terbalaskan. Tugasku untuk menjagamu sudah selesai, kini tugas calon suami mu lah yang harus menjagamu." Suara Keenan terdengar sedikit bergetar menahan tangis namun ia tidak ingin Zia melihatnya lemah seperti ini.

"Dengarkan aku Zia. Aku akan tetap mencintaimu sampai kapan pun. Aku akan mengatakan ini pada Ayah dan membuatnya mengerti. Aku akan kembali ke Jepang dan mungkin tidak akan kembali ke sini. Semoga kau bahagia Zia." Sebisa mungkin Keenan tersenyum walau nyatanya hati pria itu sungguh amat terluka. Dia terpaksa melepaskan Zia, mengingat penolakan dari Farhan dan permintaan pria paruh baya itu untuk menjauh dari kehidupan putrinya.

"Kapan?" Lirih Zia. "Kapan kau akan pergi?" Air matanya sudah menggenangi pelupuk mata Zia dan bersiap untuk jatuh.

"Setelah kalian menikah. Setidaknya aku memiliki momen yang akan ku perlihatkan pada ayah bahwa putrinya telah menikah dan bahagia."

"Kau berbohong padaku Ken." Kini tangisnya tak dapat di bendung lagi dan mengalir begitu saja.

Keenan yang melihatnya begitu kelabakan,mencoba menenangkan Zia. Di peluknya Zia dengan begitu erat, namun tangisannya semakin menjadi.

Farhan yang mengetahui itu segera memisahkan mereka dan mengusir Keenan dari rumahnya.


"Maaf Zia...Maaf..."

Another LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang