Setiap hari zia rajin menjalani terapinya hingga menunjukan perkembangan yang cukup pesat. Kini zia dapat berjalan walaupun terkadang masih limbung dan terjatuh layaknya anak kecil yang baru bisa berjalan.
Kedekatannya dengan Nathan pun semakin akrab. Seperti yang dia katakan pada zia bahwa dirinya akan membantu zia melupakan Al dan membuatnya jatuh cinta kepada nathan.
Sedangkan al, seperti biasa masih mengunjungi zia. Walau hatinya sakit melihat kedekatan zia dengan nathan, namun itu lebih baik untuk mereka. Karna jika zia bersamanya, maka zia lah yang akan terluka. Sebab Al memutuskan untuk menikahi hana, demi anak yang ada dalam kandungan hana. Dia tidak ingin anak itu menjadi yatim piatu setelah hana pergi nantinya.
*******
Pagi ini Al tengah berbincang dengan tante nazwa seperti biasa.
"Kapan zia bisa pulang tante?"
"Besok dia udah bisa pulang. Sebenarnya hari ini pun bisa... hanya saja zee harus menjalani pemeriksaan terakhir al"
"Oo... kalo gitu besok al jemput ya... kebetulan lagi gak ada kerjaan" tawar al.
"Kamu ini baik banget sih... coba aja kalau belum punya pacar... udah tante jodohin sama zia pasti"
"Tante bisa aja... lagian al juga kan udah anggap tante sebagai mama al sendiri.."
"Andai dulu kembaran zee gak meninggal pasti tante juga punya anak laki" lirihnya.
"Udah tante.. kan ada al... oiya.. zee masih lama ya terapinya"
"Sebentar lagi al.. tuh anaknya dateng..." tunjuk nazwa ke arah zia yang baru saja memasuki ruangan bersama nathan.
"Hati.. hati..."
Nathan memapah zia secara perlahan lalu mendudukkannya di ranjang. Melihat al berada dalam satu ruangan bersama mereka, membuat nathan sedikit tak rela meninggal kan zia. Namun pekerjaannya mengharuskan dia untuk bertanggung jawab sebagai seorang dokter yang harus menangani pasien lainnya selain zia.
"Makasih kak..." zia tersenyum simpul.
"Sama - sama... jangan lupa minum obatnya... tante.. al... saya permisi kalau begitu" pamit nathan sopan.
"Makasih ya nath..." ucap mama zee.
Sepeninggalan nathan tante nazwa sengaja memberikan waktu untuk zia dan al berbicara berdua saja.
"Gimana...."
"Baik kak.. udah makin lancar kok jalannya..."
"Syukurlah.. hmm hubungan kamu sama dia?" Tanya al.
"Dia? kak nathan... kak?"
"Iya..."
"Baik kok.. dia sabar banget ngajarin aku jalan.. kayak papa dulu pas ngajarin aku jalan waktu kecil" kekeh zia membuat al tersenyum.
"Dia kayaknya suka sama kamu zee"
"Emang... kak nathan kan udah bilang.. hmm kalo bahasa gaulnya sih nembak kali ya kak" ceplos zia, mata al membelalak sempirna.
"Kamu terima?"
"Yakali kak... zee gak tau.. zee mau jalanin aja dulu apa yang ada.. lagian kaka nanya mulu kayak polisi tau..." kesal zia.
"Kalo kaka sama kak hana gimana"lanjutnya.
"Baik" jawab al malas.
"Kenapa kelihatan lesu gitu? Ada masalah kah sama kak hana? Cerita coba siapa tau zee bisa kasih saran"
"udah hampir siang aku berangkat kerja dulu.. besok ke sini lagi... kamu minum obatnya ya"
Tanpa menjawab pertanyaan zia, al mengecup kening zia tulus. Lalu pergi meninggalkan zia yang masih terkejut atas apa yang al lakukan padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Another Love
RandomTAMAT [17 Juni - 10 September 2016] Bukan tentang siapa yang datang duluan. Tapi tentang siapa yang datang dan tak pernah pergi. Do not wait for a happy smile. But, smile for happy. - Gwen Zia -