# 6

3.4K 207 4
                                    

"Dek" ucap kak Edgar.

"Hmm."

"Lo dari tadi diem aja. Udah kayak patung tau nggak."

"Tau Fel, lo kok diem aja ngomong kali sama kita" ucap Marco juga.

"Emang kenapa? Salah ya kalo diem?" Tanya Feli.

"Ya enggak sih, tapi kan lo dari tadi diem aja emang nggak capek lo diem terus" sahut Marco.

"Ngomong kali sama kita, udah kayak ilang aja suaranya ditelan bumi nggak ngomong sama kita kita" timpal Nathan.

"Abis aku juga nggak tau apa yang kalian omongin, ya mending aku diem aja kan daripada ganggu" sambil tersenyum tak bersalah.

"umur lo nggak jauh beda sama kita kan" tanya Nathan penasaran.

"iya sih. Umurku 16 tahun, emang kenapa?"

"kan nggak jauh beda" ucap Nathan dan Marco serempak dan saling menatap karena bicara bersamaan.

"Ya kan aku baru 8 bulan balik kesini, dan 8 bulan itu juga jarang keluar. Lagipula waktu di Aussie nggak jauh beda sama sekarang, aku jarang keluar disana. Lebih singkatnya aku itu ansos."

"Yah rugi dong Fel kamu kan cantik  kenapa juga harus menutup diri padahal kan masa muda enak di jalani bareng sama temen terus hangout gitu?" Pekik Marco.

"Aku sih nggak terlalu suka sama dunia luar kak makanya aku agak menutup diri, ini aja aku mau kesini di paksa kak Edgar."

"Ya nggak apa kali Fel sekali-sekali dateng ke pesta kayak gini, siapa tau ada yang mau temenan sama kamu atau lebih gitu" ucap Nathan.

"Iya----"

Belum sempat menyelesaikan perkataanku kak Edgar lebih dulu menyelaku.

"Eh eh itu tadi maksudnya apaan tuh."

"Apaan sih Gar."

"Lo nggak usah pura-pura nggak tau deh."

"Wah jangan-jangan lo beneran mau pdkt sama Feli ya."

"Gak usah kompor lo Co."

Setelah itu kak Edgar dan Marco tertawa terbahak-bahak sedangkan si empunya hanya mendengus sebal.

"Sering-sering deh ikut kakak lo biar bisa ketemu temen yang kayak kita ber-dua, ehh enggak salah ber-tiga sama jason yang punya acara. Ya gak Than" ucap marco setelah tawanya mereda.

"Iya bener, kapan-kapan deh kita keluar bareng sama kakakmu juga tuh" sahut Nathan.

"Iya deh, tapi aku nggak janji ya."

"Ehh udah deh nanya nya, dek lo mau pulang sekarang atau gimana?" Tanya kak Edgar tiba-tiba padaku.

"Mending pulang aja deh ya, kasian gue liat lo di intropeksi sama dua intel gila ini" lanjut kak Edgar dengan nada jailnya.

"Ye lo Gar ngatain kita berdua gila. Kalau kita gila lo juga gila dong. Kan lo tiap hari kumpul sama kita" ucap Marco tidak terima.

"Tau lo Gar sama sahabat sendiri kayak gitu" sahut Nathan dan gue hanya tersenyum lebar melihat tingkah mereka bertiga.

"Yaudah pulang sana lo, tuh liat adek lo keliatan udah capek" ucap Nathan.

"Lo merhatiin adek gue ya dari tadi? Gue aja gak merhatiin dia? Lo naksir ya sama adek gue." ucap kak Edgar dengan nada menyindir sekaligus penasaran.

"Apaan sih lo!!" Ucapku dan Nathan bersamaan.

"Tuh kan, wah jangan jangan jodoh nih. Ngomong aja barengan."

Pipiku terasa memanas karena perkataan kak Edgar dan rasanya perut ku seperti ada beribu kupu-kupu yang berterbangan, bagaimana tidak dia berbicara seperti itu kepadaku dan Nathan. Dapat dilihat secara gamblang Nathan itu tampan, idaman para perempuan dan pastinya perempuan mana pun akan senang mendengarnya. Tapi tunggu apa kataku? Senang? Hell no!! Sampai kapan pun aku tak akan senang berdekatan dengan Nathan atau semacamnya.

"Ehh pipi lo merah Fel" tanya kak Edgar dan marco bebarengan sambil menunjuk pipiku yang memang terasa panas.

Ah shitt umpat ku dalam hati "ehh eng-enggak kok kak" jawabku terbata bata dan malu juga sih sebenernya.

"Jujur aja deh Fel, kan gue keren orang nya tampan lagi" goda Nathan padaku.

"Enggak kok" ucapku yang mengelak. Maksudnya aku mengelak kalau pipiku merah bukan mengelak kalau nathan itu tampan dan keren loh karena itu kenyataan yang tidak bisa dihindari.

"Ayo kak pulang" sambil menarik tangan kak Edgar keluar ruangan.

"Eh lo main tarik tarik aja dek."

"Biarain wleeek. Udah ah pulang yuk kak" sambil menjulurkan lidahku dan kak Edgar hanya menggelengkan kepala heran.

Kak Edgar dan aku berjalan menuju parkiran dan pulang, selama perjalanan pulang kita berdua hanya berdiam diri tanpa obrolan.

Aku menatap keluar jendela, sesekali memainkan kaca jendela yang berembun karena diluar memang sedang gerimis dan masih memikirkan perkataan kak Edgar tentangku dan Nathan, dan herannya kenapa aku harus memerah. Aku dan Nathan saja tidak pernah dekat.

Ah udah deh gak usah di pikir  batinku.

"Dek."

Aku menoleh ke kak Edgar.

"Lo mikirin apaan sih?"

Aku hanya menggelengkan kepalaku.

"Lo nggak bisa ngomong ya dek."

"Lo mikirin Nathan ya kan" ucapnya usil.

Aku langsung menatap kak Edgar dengan tajam "apaan sih lo."

"Oh iya lo harus jelasin ke gue kenapa lo bisa kenal sama Nathan padahal dia kelas 10 dan bukannya dulu waktu gue masih satu smp sama lo, temen deket lo cuma 2 doang deh?"

"haru banget emang?"

"Ya harus lah, gue penasaran tau!"

"Wih adek gue penasaran sama Nathan, suka ya sama dia."

"Ihh enggak lah ngapain suka sama dia" ucapku sewot.

"Gak usah sewot juga kali."

"Ih biarin, orang gue yang ngomong. Mulut mulut gue kan. Pokok nya lo harus jelasin ke gue nanti kak. HARUSS" jawabku penuh penekanan pada kata 'harus'.

"Iya deh iya adekku yang cantik."

Aku hanya mendengus sebal setelah itu tidak ada percakapan lagi selama perjalanan hanya suara mp3 yang diputar oleh kak Edgar mengalun dengan indah sehingga membuatku tertidur. Memang perjalanan antara rumah dan gedung tadi lumayan jauh dan rasanya badanku sudah remuk semua.

Beautiful NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang