#16

2.9K 160 7
                                    

"Eh fel, gue disuruh jemput saudara gue di airport. Lo ikut gue dulu baru gue anterin pulang nggak apa 'kan?" Tanya nathan.

"Oh iya nggak apa kok."

"saudara gue kalo nggak di jemput tepat waktu bisa ngomel-ngomel nanti" aku hanya membalas dengan senyuman.

Selama perjalanan pun mobil dalam keadaan hening tanpa suara hingga tiba di airport.

"lo mau ikut gue keluar atau lo tunggu di mobil? "tanyanya.

"gue ikut keluar aja tapi nggak ikut lo. Gue mau beli minumam dulu."

"kalo lo mau cari minum biar gue aja yang beliin."

"eh ngak usah biar gue sendiri aja yang beli."

"beneran nih nggak apa."

"iya nggak apa kok."

"yaudah yuk turun" dan aku hanya tersenyum lalu turun dari mobil. Aku dan nathan berjalan berdampingan and you know semua orang pada lihatin kita, secara sekarang aku bukan versi nerd. Apalagi nathan huh! Perempuan yang melihatnya dengan tatapan lapar. Sungguh aku tidak suka itu.

Waktu berbeda arah, aku pun berjalan ke arah cafe yang terdekat dan memesan caramel macchiato. Saat akan kembali ke mobil aku merasa ada yang mengikutiku terus. Sebenarnya sih sejak aku turun dari mobil aku sudah merasa ada yang mengikuti tapi tadi aku hanya mengira orang iseng. Tapi kenapa aku merasa tidak enak sekarang. Baru saja aku akan membuka pintu, seseorang menahan pergelanganku untuk membuka pintu dan membalikan badanku secara kasar.

Aku lihat orang itu memakai jaket hitam dengan penutup kepala dan juga masker hitam yang dipakainya. Tiba-tiba orang itu mendorong bahuku sampai punggungku terasa menempel dengan pintu mobil.

"aww" rintihku pelan.

"lo siapa?" tanyaku dengan nada takut penuh cemas kali aja orang ini mau merampokku atau mencelakakanku.

"lo nggak perlu tau siapa gue" jawab seseorang itu yang aku yakini itu perempuan tapi aku merasa kenal dengan suara itu tapi dimana aku pernah mendengernya lagi pula suaranya agak berubah karena dia pake masker kan.

"te-terus mau lo apa?"

"mau gue?" aku hanya terdiam dan mendengarkan apa yang akan di ucapkan selanjutnya. Tetapi sebelum melanjutkan ucapannya perempuan itu mendekatkan wajahnya ke wajahku dan melihat setiap jengkal wajahku. Lalu tangannya terulur ke arahku dan jari-jari lentik itu mulai mengelus lembut pipi kiriku tapi tetap dengan aura yang menyeramkan dan seringai yang muncul dari bibirnya –aku mengetahui karena sebelah matanya sedikit menyipit- yang membuat aku merinding dan jantungku berdetak lebih cepat.

"mau gue, lo nggak boleh deketin nathan dan edgar kalau lo nggak mau wajah cantik lo ini jadi rusak dengan pisau gue. Kalo lo tetep dengan pendirian lo yang menjerumuskan lo ke dalam lubang neraka, gue nggak segan-segan buat..."

"for what?" tanyak ku.

"for kill you."

"l-lo siapa sih? Kenapa gue harus ngejauh dari mereka berdua" ucapku dengan gelisah okey aku takut mataku sudah memanas sekarang. Kak edgar tolongin adekmu ini...

"udah gue bilang bukan, lo nggak perlu tau siapa gue" dan teriakan nathan pun terdengar. Akhirnya ada yang menolongku.

"Feliii" teriak nathan sambil berlari di ikuti oleh seorang perempuan yang mengikutinya dari belakang. Perempuan di depanku ikut menoleh juga ke arah nathan dan sesegera mungkin dia berlari meninggalkanku.

"fel lo nggak apa kan? Lo diapain sama orang itu" tanyanya terburu.

"kakak kenapa? Kok diem? Nggak diancem sama orang itu kan?"

Beautiful NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang