BAB 9

37 4 0
                                    

Elina melirik jam yang menempel pada dinding bercat ungu pastel di kamarnya, baru saja tugas essay untuk presentasi besok telah ia garap sekali gerak. Jadi sekarang dia punya banyak waktu menyambar ponsel dan berleha-leha dengan jam malamnya.

Rhosyi : Besok jadwal latihan Modern dance 'kan?

Belum sempat jemari Elina mengetikan balasan, Line berikutnya berdatangan.

Rhosyi : Gue boleh lihat?
Rhosyi : Sepupu gue besok ada futsal. Daripada gue kaya kambing bego nungguin dia.
Rhosyi :Tapi kalau itu menganggu, gak masalah kalau gak boleh.

Elina : Kenapa enggak, jadi punya asisten pribadi gue nanti.

Rhosyi : Tai.
Rhosyi : Modus lo boleh juga.

Elina : Bercanda, gak usah dimasukin ke perut 'tar kenyang.

Rhosyi : Bercanda lo receh tapi gue ketawa.
Rhosyi : Oke, see you tomorrow.

Elina : See you.

Elina tersenyum membaca obrolan line-nya dengan Rhosyi yang dirasa cukup menghibur, pembawaan Rhosyi yang santai dan tanpa kesan mencampuri urusan membuat Elina mudah menerimanya.

Setelah mencari nomer yang memang menjadi rencananya memengang ponsel, Elina men-deal nomer tersebut dan melakukan Video call.

"Hai, gue ganggu?" Sapa Elina setelah layar tunggu pada ponselnya berganti wajah Natalia, dari pandangan matanya yang layu dan senyum Natalia yang sedikit dipaksakan membuat Elina tau temannya tidak dalam mood yang baik. "Kenapa tuh muka kusut banget kaya gak disetrika?" Tanya Elina setengah bercanda.

"Habis ngerjain makalah PKN." Jawab Natalia mulai membenarkan posisi nyamanya.

"Bohong."

"Tuh tau... Eh, enggak gue beneran habis ngerjain makalah PKN. Kalau gak percaya lo kesini aja, gue beneran..."

"Gue percaya." Potong Elina. "Anggep aja gue pura-pura percaya, terserah lo aja. Buat malam ini gue akan jadi sahabat bego yang mau aja dibegoin sahabatnya." Kata Elina santai, tapi ada isyarat tajam dan menikam pada kalimatnya.

Seketika Natalia diam mengigit bibirnya. "Gue malu ngomongnya." Gumamnya pelan.

Elina ingin tertawa tapi itu akan merobohkan bentengnya untuk menohok Natalia agar mau bercerita. "Kita temenan udah berapa lama sih, Tal? Waktu lo ketauan ngompol didepan gue habis nonton film horror aja gak malu."

Natalia memutar bola matanya. "YaTuhan, itu jaman gue masih bau bawang. Lo gak tau sekarang gue pakai Parfum Hollister?"

Giliran Elina yang memutar bola matanya. "Well, gue lebih suka parfum bayi."

"Kok jadi ajang promosi gini, sih." Setelah mengatur nafasnya Natalia berdehem. "Jadi... gue gak tau gue kenapa?" Jawab Natalia Lesu.

Rasanya Elina ingin melempar sepatunya pada kepala Natalia, tapi Elina tau lemparanya tidak akan sampai kerumah Natalia. Jadi dia hanya mendengus keras.

"Tapi gue beneran gak tau kenapa sama gue? Kaya.. ah Tai rasanya. Mau dikeluarin susah tapi kalau didiemin serasa makin busuk didalem." Kata Natalia mengusap wajahnya.

"Gue suka perumpamaan lo, terdengar kaya cewek yang lagi di-php sama gebetan gak peka."

Siapa sangka ucapan santai tanpa niat terselumbung Elina serasa menohok Natalia? Tapi dengan cepat Natalia menetralkan ekspresinya sebelum Elina menyadari itu.

CIRCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang